Kecepatan Angin dengan Demam Berdarah Dengue Temperatursuhu dengan Demam Berdarah Dengue

Sintorini 2007 menyatakan bahwa curah hujan mempengaruhi angka hinggap per jam nyamuk Aedes AHJ. Curah hujan dan AHJ bersama-sama mempengaruhi jumlah kasus DBD di DKI Jakarta.

2.8.4.2 Kelembaban dengan Demam Berdarah Dengue

Musim hujan dan musim kemarau memiliki pengaruh pada tingkat suhu lingkungan. Pengaruh ini cenderung bersifat lokal dengan periode waktu tertentu hal ini dikarenakan tingkat suhu dan kelembaban lebih kompleks dan dipengaruhi oleh fenomena global, regional dan topografi serta vegetasi. Saat pergantian musim penghujan ke musim kemarau suhu udara berkisar antara 23-31 C, ini merupakan range suhu yang optimum untuk perkembangbiakan nyamuk 24-28 C akan menstimulus nyamuk untuk menjadi lebih agresif dalam mancari mangsa dan menimbulkan frekuensi gigitan nyamuk semakin meningkat yang pada akhirnya tentu akan meningkatkan probabilitas tertular penyakit Achmadi, 2008. Apabila kelembaban terlampau rendah yaitu dibawah suhu 2 C sampai 42 C maka telur akan menetas dalam waktu 4 hari. Dalam keadaan optimal perkembangan telur sampai nyamuk dewasa berlangsung selama sekurang-kurangnya 9 hari Soedarmo, 2009.

2.8.4.3 Kecepatan Angin dengan Demam Berdarah Dengue

Menurut Poorwo dalam Purba 2006 menyatakan bahwa angin sangat mempengaruhi arah terbang nyamuk dan nyamuk melakukan perkawinannya di udara. Penelitian Andriani 2001 menyatakan semakin tinggi kecepatan angin maka semakin sulit nyamuk untuk terbang karena tubuhnya yang kecil dan ringan sehingga mudah terbawa angin. Kecepatan angin akan mempengaruhi penyebaran nyamuk Ae. Universitas Sumatera Utara aegypti. Kecepatan angin akan mempengaruhi daya jangkau terbang nyamuk Ae. aegypti.Semakin luas daya jangkau nyamuk maka semakin banyak kesempatan untuk kontak dengan manusia sehingga umur dan masa reproduksi nyamuk akan semakin panjang WHO dalam Silaban, 2006. Berdasarkan penelitian Sungono 2004 di Jakarta Utara pada tahun 1999- 2003 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara kecepatan angin dengan insiden DBD. Sedangkan menurut penelitian Sulaksana dalam Purba 2006, kecepatan angin11-14mdetik atau 22-28knot maka akan menghambat perkembangan nyamuk sehingga penyebaran vektor menjadi terbatas. Berdasarkan hasil penelitian Dini dkk, 2010 menyatakan bahwa fluktuasi rata-rata kecepatan angin di Kabupaten Serang tahun 2007-2008 hanya 2,5 knot yang berarti jauh dari batas kecepatan angin yang menghambat aktivitas terbang nyamuk yaitu 22-28 knot. Nyamuk Ae. aegypti merupakan nyamuk dalam rumah sehingga pengaruh angin dalam penyebaran vektor ini sangat kecil.

2.8.4.4 Temperatursuhu dengan Demam Berdarah Dengue

Iklim berpengaruh terhadap pola penyakit infeksi karena agen penyakit baik virus, bakteriparasit dan vektor bersifat sensitif terhadap suhu, kelembaban dan kondisi lingkungan ambient lainnya. Penyakit yang ditularkan melalui nyamuk seperti DBD berhubungan dengan kondisi cuaca yang hangat WHO dalam Sitorus, 2003. Menurut Sintorini 2007 yang mengutip dari WHO 2002, penyakit yang ditularkan melalui nyamuk seperti Demam Berdarah Dengue DBD, malaria dan demam kuning berhubungan dengan kondisi cuaca yang hangat. Sebaliknya influenza berhubungan dengan kondisi cuaca yang dingin dan meningitis berhubungan dengan Universitas Sumatera Utara kondisi lingkungan yang kering. Waktu yang dibutuhkan untuk setiap stadium vektor DBD dari mulai telur, larva dan pupa serta bentuk dewasanya sangat bergantung keadaan lingkungan seperti suhu Dini dkk, 2010. 2.9 Kerangka Teori Penyakit Demam Berdarah Dengue dapat terjadi karena adanya faktor pendukung yaitu faktor lingkungan yang meliputi lingkungan fisik antara lain suhu udara, curah hujan, kelembaban udara dan kecepatan angin. Lingkungan biologi yaitu keberadaan tanaman di sekitar rumah yang bisa menjadi tempat nyamuk untuk beristirahat dan berkembang biak. Lingkungan biologi yaitu keberadaan tanaman di sekitar rumah yang bisa menjadi tempat nyamuk untuk beristirahat dan berkembang biak. Lingkungan sosial seperti perilaku masyarakat yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya penularan penyakit Demam Berdarah Dengue antara lain kebiasaan menguras Tempat Penampungan Air, kebiasaan menutup Tempat Penampungan Air, kebiasaan mengubur barang bekas dan kebiasaan menggantung pakaian. Faktor lingkungan mendukung perkembangbiakan nyamuk Ae.aegypty dan Ae.albopictus sehingga dapat meningkatkan kepadatan nyamuk tersebut. Nyamuk yang mengandung virus Dengue dapat kontak dengan manusia sehingga menimbulkan kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue DBD. Demam Berdarah Dengue semakin menyebar seiring dengan perubahan iklim seperti tingginya curah hujan di bulan-bulan tertentu sepanjang tahun, suhu udara optimum, kelembaban optimum dan arah angin yang menyebabkan vektor berpindah tempat dengan cepat memicu terjadinya penyakit Demam Berdarah Dengue. Universitas Sumatera Utara Kepadatan vektor, suhu dan kelembaban sangat berpengaruh terhadap penularan Demam Berdarah Dengue. Suhu dan kelembaban berpengaruh terhadap umur nyamuk. Kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Gambar 2.6 Kerangka Teori Modifikasi Depkes 2007 dan Widoyono 2008 Lingkungan Fisik : 1. Curah Hujan 2. Kecepatan Angin 3. Kelembaban Udara 4. TemperaturSuhu udara Lingkungan Biologi keberadaan tanaman disekitar rumah Perilaku : 1. Kebiasaan menguras TPA 2. Kebiasaan menutup TPA 3. Kebiasaan mengubur barang bekas 4. Kebiasaan menggantung pakaian Bionomik Nyamuk : 1. Tempat berkembang biak 2. PerilakuNyamuk menggigitdan istirahat 3. Penyebaran Kepadatan nyamuk Ae.aegypty dan Ae.albopictus Vektor mengandung virus Dengue Penderita yang mengandung virus Dengue Kejadian Demam Berdarah Dengue DBD Universitas Sumatera Utara

2.10 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori di atas, maka disusun kerangka konsep di bawah ini berdasarkan variabel-variabel yang diteliti. Variabel dependen adalah kejadian Demam Berdarah Dengue DBD. Kondisi iklim yang meliputi curah hujan, kelembaban udara, kecepatan angin dan temperatursuhu udara merupakan bagian lingkungan fisik yang dapat berperan terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue baik langsung maupun tidak langsung. Variabel independen terdiri dari curah hujan, kecepatan angin, kelembaban udara dan temperatursuhu udara. Berdasarkan kerangka teori dan keterbatasan data yang ada maka kerangka konsep dalam penelitian ini sebagai berikut gambar 2.7 : Variabel Independen Variabel Dependen Gambar 2.7 Kerangka Konsep Kejadian Demam Berdarah Dengue DBD Curah Hujan Kecepatan Angin Kelembaban Udara Temperatur Udara Universitas Sumatera Utara BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi ekologi komparasi multi group multiple group comparasion studies. Studi ekologi komparasi multi group adalah mengkomparasi rerata tingkat paparan X dan penyakit dalam group populasi Y Chandra, B, 2008.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di Kota Medan yaitu pada tiga kecamatan meliputi kecamatan Medan Barat, Medan Perjuangan dan Medan Tuntungan. Data penelitian yang dipakai merupakan data sekunder yaitu dari bidang Pengendalian Masalah Kesehatan PMK Dinas Kesehatan Kota Medan periode Januari 2010 sampai Desember 2012. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan oleh beberapa pertimbangan yaitu Kota Medan merupakan wilayah endemis penyakit kasus Demam Berdarah Dengue DBD dimana angka jumlah kasus penyakit Demam Berdarah Dengue DBD relatif lebih tinggi pada tahun tersebut dibanding daerah lain seperti Deli Serdang, Pematang Siantar, Langkat dan Binjai serta pencatatan dan pelaporan kasus relatif baik. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Nopember 2012 sampai selesai. Universitas Sumatera Utara

3.3 Objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh data iklim kota Medan yang tercatat di Stasiun Klimatologi Sampali Medan dan seluruh data jumlah kasus Demam Berdarah Dengue DBD di Kota Medan yang tercatat di bidang Pengendalian Masalah Kesehatan PMK Dinas Kesehatan Kota Medan. 3.4 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data iklim yang meliputi curah hujan, temperatur udara, kelembaban udara dan kecepatan angin dari Stasiun Klimatologi Sampali Medan untuk Kecamatan Medan Barat, Medan Perjuangan dan Medan Tuntungan selama tiga periode Januari 2010 - Desember 2012. Data kasus Demam Berdarah Dengue DBD diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan pada untuk Kecamatan Medan Barat, Medan Perjuangan dan Medan Tuntungan selama tiga periode Januari 2010 - Desember 2012.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel Dependen

1. Kasus Demam Berdarah Dengue DBD adalah Jumlah seluruh kasus DBD yang tercatat dan dilaporkan di Dinas Kesehatan Kota Medan yang beralamat Kecamatan Medan Barat, Medan Perjuangan dan Medan Tuntungan. Hasil ukur : Jumlah kasus pertahun Skala Ukur : Rasio Universitas Sumatera Utara Variabel Independen 1. Curah Hujan adalah rerata jumlah air hujan yang turun dengan ukuran 1mm adalah 1mmx1m 2 = 0,0001 m 3 atau 1 liter perbulan. Hasil Ukur : mm Skala Ukur : Rasio 2. Kecepatan angin adalah rerata laju pergerakan angin per hari secara horizontal dengan bumi. Hasil Ukur : Knot Skala Ukur : Rasio 3. Kelembaban adalah rerata konsentrasi uap air di udara per bulan. Hasil Ukur : Skala Ukur : Rasio 4. Temperatursuhu udara adalah rerata derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu di daerah penelitian per bulan. Hasil Ukur : C Skala Ukur : Rasio 3.6 Metode Analisis Data Analisis hubungan dilakukan dengan menggunakan metode analisis korelasi dan regresi linier gandamultiple regression linier Arikunto, 2010. Dengan desain penelitian tersebut diharapkan dapat diketahui pengaruh keadaan iklim lingkungan terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue DBD di kota Medan. Data iklim Universitas Sumatera Utara berbentuk data bulanan dan data kasus DBD didapatkan dalam bentuk data bulanan perkecamatan. Selanjutnya data dianalisis komputer dengan metode statistik meliputi 1. Analisis Univariat secara statistik digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel dalam penelitian ini yaitu curah hujan, kecepatan angin, kelembaban udara, temperatursuhu udara dan kasus DBD di Kecamatan Medan Barat, Medan Perjuangan dan Medan Tuntungan. Hasil analisis disajikan dalam bentuk narasi, tabel dan grafik. 2. Analisis Bivariat secara statistik digunakan untuk melihat pengaruh antara iklim curah hujan, kecepatan angin, kelembaban, temperatursuhu udara dengan kasus DBD di Kecamatan Medan Barat, Medan Perjuangan dan Medan Tuntungan selama tiga tahun 2010-2012. Untuk menganalisis derajat atau keeratan hubungan antara keadaan iklim lingkungan yang berupa curah hujan, kecepatan angin, kelembaban, temperatursuhu udara dengan kasus DBD di Kecamatan Medan Barat, Medan Perjuangan dan Medan Tuntungan digunakan uji korelasi. Sedangkan untuk mengetahui bentuk hubungan antara dua variabel digunakan koefisien korelasi Pearson atau Metode Pearson Product Moment. Uji korelasi untuk menentukan koefisien korelasi r. Koefisien korelasi r dapat diperoleh dari formula berikut : � �� = � ∑ �� − ∑ � . ∑ � �{� . ∑ � 2 − ∑ � 2 } . { � . ∑ � 2 − ∑ � 2 } Universitas Sumatera Utara Keterangan : r = koefisien korelasi n = jumlah sampel X = variabel independen Y = variabel dependen Nilai korelasi r berkisar 0 s.d 1 atau bila dengan disertai arahnya nilainya antara -1 s.d +1 : r = 0 ; artinya tidak ada hubungan linier r = - 1 ; artinya hubungan linier negatif sempurna r = +1 ; artinya hubungan linier positif sempurna Selain untuk mengetahui derajatkeeratan hubungan, korelasi dapat juga untuk mengetahui arah dua variabel. Hubungan variabel dapat berpola positif atau negatif. Hubungan positif terjadi bila kenaikan suatu variabel diikuti kenaikan variabel yang lain. Sedangkan hubungan negatif dapat terjadi bila kenaikan suatu variabel diikuti penurunan variabel yang lain. Menurut Colton dalam Hastono 2010, kekuatan hubungan dua variabel secara kualitatif dapat dibagi dalam empat area sebagai berikut Tabel 3.1 : Tabel 3.1 Kekuatan Hubungan Dua Variabel Secara Kualitatif No Parameter Nilai Interpretasi 1 Kekuatan korelasi r 0,00-0,25 Tidak ada hubunganhubungan lemah 0,26-0,50 Hubungan sedang 0,51-0,75 Hubungan kuat 0,76-1,00 Hubungan sangat kuatsempurna Universitas Sumatera Utara Koefisien korelasi yang telah dihasilkan merupakan langkah pertama untuk menjelaskan derajat hubungan linier antara dua variabel. Selanjutnya perlu dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui apakah hubungan antara dua variabel tadi secara signifikan atau hanya karena faktor kebetulan. Uji hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel. Selanjutnya untuk mengetahui bentuk hubungan dua variabel dilakukan analisis regresi. Analisis regresi merupakan suatu model matematis yang dapat digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan antar dua atau lebih variabel. Tujuan analisis regresi adalah untuk membuat perkiraan prediksi nilai variabel jumlah kasus Demam Berdarah Dengue DBD variabel dependen melalui variabel faktor-faktor iklim variabel independen. Untuk melakukan prediksi digunakan persamaan garis yang dapat diperoleh dengan menggunakan metode kuadrat terkecil least square. Metode kuadrat terkecil least square merupakan suatu metode pembuatan garis regresi dengan cara meminimalkan jumlah kuadrat jarak antara nilai Y yang teramati dan Y yang diramalkan oleh garis regresi itu. Secara matematis persamaan garis sebagai berikut : Y = a + bX Keterangan : Y = Variabel dependen X = Variabel independen Universitas Sumatera Utara a = Intercept, perbedaan besarnya rata-rata variabel Y ketika variabel X = 0 b = Slope, perkiraan besarnya perubahan nilai variabel Y bila nilai variabel X berubah satu unit pengukuran. Ukuran yang penting dan sering digunakan dalam analisis regresi adalah koefisien determinasi atau disimbolkan R 2 R square. Koefisien determinan dapat dihitung dengan menggunakan nilai r atau dengan formula R 2 = r 2 . Koefisien determinasi berguna untuk mengetahui seberapa besar variasi variabel dependen Y dapat dijelaskan oleh variabel independen X. Atau dengan kata lain R 2 menunjukkan seberapa jauh variabel independen dapat memprediksi variabel dependen. Besarnya nilai R square antara 0 s.d 1atau antara 0 s.d 100 Riyanto, A , 2009. 3. Analisis Multivariat digunakan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh antara variabel terikat kejadian Demam Berdarah Dengue DBD dengan seluruh variabel bebas yang diteliti yaitu curah hujan, kecepatan angin, kelembaban, temperatursuhu udara dengan menggunakan uji regresi persamaan regresi linier berganda dengan rumus : Y = ɑ + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 Keterangan : Y = Variabel dependen kejadian Demam Berdarah Dengue X =Variabel independen curah hujan X 1 , kecepatan angin X 2 , kelembaban X 3 dan temperatursuhu udara X 4 . α = Intercept, perbedaan besarnya rata-rata variabel Y ketika variabel X = 0 Universitas Sumatera Utara b=Slope, perkiraan besarnya perubahan nilai variabel Y bila nilai variabel X berubah satu unit pengukuran. Uji statistik regresi linier ganda didasarkan pada hubungan fungsional atau kausal dua variabel bebas atau lebih dengan satu variabel terikat yaitu variabel bebas curah hujan X 1 , kecepatan angin X 2 , kelembaban X 3 , temperatur udara X 4 dengan variabel terikat Kejadian Demam Berdarah Dengue Y. Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Kota Medan merupakan Ibu kota Propinsi Sumatera Utara yang memiliki 21 Kecamatan dan 158 kelurahan. Diantaranya 3 kecamatan menjadi lokasi penelitian yaitu Kecamatan Medan Barat, Medan Perjuangan dan Medan Tuntungan. Letak Geografis Kota Medan diantara 3”30’ – 3”43’ LU dan 98”35’ – 98”44’BT dengan