Manusia Sebagai Makhluk Sosial Konsep Petani

15 tersebut. Sikap baru atau tindakan dari hasil pemikiran yang dipengaruhi oleh habitus, modal dan ranah ini membentuk tindakan yang disebut praktik. Penelitian ini fokus pada kehidupan sosial petani ngalas. Dimana, habitus, modal dan ranah alas brambang membentuk praktik sosial yang menyebabkan adanya keterbatasan kehidupan sosial petani ngalas.

2.5 Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Dalam Bouman 1976:31 kehidupan sosial dipandang sebagai satuan tabiat kejiwaan yang lebih tinggi dan lebih sesuai, yang telah tumbuh dari satuan “biologis”. Unsur-unsur keharusan biologis itu ialah: a. Dorongan untuk makan. Menurut kenyataan pengalaman, bahwa penyelenggaraan makan lebih mudah dilakukan dengan kerja sama daripada oleh tindakan perseorangan. b. Dorongan untuk mempertahankan diri. Terutama pada keadaan-keadaan primitif dari pertumbuhan pertama hidup berkelompok manusia, maka dorongan untuk mempertahankan diri harus menjadi cambuk untuk bekerja sama, juga dengan hasil bahwa kelompok yang paling besar dan paling teratur dapat mengalahkan yang lain. c. Dorongan untuk melangsungkan jenis. Teristimewa penggabungan diri secara naluri untuk pemeliharaan keturunan. Kerabat adalah agaknya yang menjadi inti segala gerombolan yang lebih besar yang timbul kemudian. Dalam melangsungkan kehidupan, petani ngalas sebagai makhluk sosial membutuhkan masyarakat lain. Selama melangsungkan kehidupan di Desa Brambang Darussalam, Kecamatan Tlogosari, Kabupaten Bondowoso maupun ngalas, petani ngalas menjalani kehidupan bersama masyarakat yang tinggal berdekatan dalam lingkungan sosial. Dapat dilihat dari kehidupan petani ngalas selama di Desa Brambang Darussalam, Kecamatan Tlogosari, Kabupaten Bondowoso dan di alas brambang. Tetapi, kehidupan sosial yang dijalani oleh petani ngalas selama ngalas mengalami keterbatasan. Sehingga, penelitian ini mengarah pada kehidupan sosial petani ngalas di Desa Brambang Darussalam, Kecamatan Tlogosari, Kabupaten Bondowoso. 16

2.6 Konsep Petani

Menurut Wolf dalam Landsberger dan Alexandrov 1984:9-10 petani adalah penduduk yang secara eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan yang otonom tentang proses cocok tanam. Kategori itu mencakup penggarapan atau penerima bagi hasil maupun pemilik penggarap selama mereka ini berada pada posisi pembuat keputusan yang relevan tentang bagaimana pertumbuhan tanaman mereka.Lenin dalam Landsberger dan Alexandrov 1984:19, ada tiga kelompok dalam pembagian klasik kaum tani yaitu: 1 kaum tani yang kaya termasuk tengkulak mungkin memperkerjakan sendiri beberapa buruh upahan tetapi yang jelas bisa menghasilkan sejumlah penting surplus yang bisa dipasarkan, 2 petani menengah yang merupakan penyewa dan atau memiliki petak tanah sendiri yang sempit, yang menghasilkan sekedar surplus tetapi dengan jumlah yang sedikit dan 3 petani miskin yang hidup terutama dari menjual tenaganya kepada tuan tanah. Dari pernyataan di atas kita tahu bahwa petani merupakan profesi sebagian masyarakat desa yang mengelola lahan untuk menghasilkan produksi barang yang dapat mendatangkan pendapatan. Dalam hal tersebut petani dibagi menjadi tiga, pertama petani kaya yang merupakan petani pemilik lahan pertanian yang luas. Kedua, petani yang mempunyai lahan sempit dan menyewa lahan pertanian. Ketiga petani penyakap buruh tani yaitu petani yang tidak mempunyai lahan pertanian, hanya mengerjakan atau mengelola lahan pertanian milik petani kaya yang nantinya hasil dari lahan pertanian tersebut dibagi dengan pemilik lahan dan penyakap jadi pembagian hasil ini dikenal dengan istilah sistem bagi hasil. Sedangkan buruh tani merupakan pekerja upahan yang diupah untuk bekerja di lahan pertanian dalam proses perawatan tanaman pertanian. Dalam pernyataan di atas, petani ngalas merupakan tipe penyakap karena petani ngalas merupakan petani yang memanfaatkan lahan milik perhutani bukan lahan milik pribadi. Sistem bagi hasil juga berlaku dalam pengerjaan lahan perhutani ini. Tetapi sistembagi hasil ini berlaku ketika tanaman kopi telah berbuah. Banyaknya 17 kopi yang disetorkan kepada pihak perhutani disesuaikan dengan jumlah pohon kopi yang dipanen.

2.7 Kebutuhan Pangan