Uji Hipotesis Uji Normal Gain

Dari tabel 4.8 dipeoleh F hitung F tabel 1,56 1,74 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima yang artinya data postes kedua kelas memiliki varians yang homogen.

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan pada data pretes dan postes kedua kelas yang terbukti berdistribusi normal dan homogen. Pengujian hipotesis pada data pretes ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas tersebut mempunyai nilai yang sama atau tidak. Sedangkan pengujian hipotesis pada data postes dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah Problem Based learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Berikut hasil penghitungan uji hipotesis untuk data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tabel 4.9 Uji Hipotesis Hasil Pretes Keterangan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Sampel 36 36 Rata-rata 29,972 31,333 S² 71,985 88,993 t hitung 0,678 t tabel 2,00 Kesimpulan Ho diterima, Ha ditolak Dari hasil penghitungan diperoleh nilai t hitung 0,678 dan t tabel 2,00. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa t hitung t tabel 0,678 2,00. Hal ini berarti bahwa pada taraf signifikansi 0,05 Ho diterima dan Ha ditolak, dan ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kemampuan berpikir kritis yang sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tabel 4.10 Uji Hipotesis Hasil Postes Keterangan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Sampel 36 36 Rata-rata 62,25 54,417 S² 126,69 81,15 t hitung 3,43 t tabel 2,00 Kesimpulan Ho ditolak, Ha diterima Dari penghitungan diperoleh nilai t hitung 3,43 dan t tabel 2,00. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa t hitung t tabel 3,43 2,00. Hal ini berarti bahwa pada taraf signifikansi 0,05 Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah Problem Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

d. Uji Normal Gain

Gain merupakan selisih antara nilai pretes dan nilai postes. Untuk memperkuat hasil kesimpulan dan untuk mengukur signifikansi peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah pembelajaran digunakan uji normal gain. Berdasarkan data nilai rata-rata pretes, postes, dan normal gain kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dapat dibuat tabel perbandingan sebagai berikut. Tabel 4.11. Perbandingan Nilai Rata-Rata Kelas Eksperimen dan Kontrol Kelas Nilai Rata-rata Pretes Postes N-Gain Eksperimen 29,972 62,25 0,468 Kontrol 31,333 54,417 0,331 Dari perbandingan hasil pretes dan postes kedua kelas, serta penghitungan normal gain, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.12 Uji Hipotesis Rata-Rata Normal Gain Keterangan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Sampel 36 36 Rata-rata 0,468 0,331 Sd 0,160 0,148 S² 0,0257 0,0220 t hitung 14,27 t tabel 2,00 Kesimpulan t hitung t tabel terdapat perbedaan peningkatan Dari hasil penghitungan diperoleh nilai t hitung 14,27 dan t tabel 2,00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa t hitung t tabel 14,27 2,00. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikansi 0,05, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selain dengan uji t untuk melihat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis yang signifikan antara kedua kelas, data N-gain setiap siswa pada kedua kelas juga dikategorikan sesuai dengan kategori N-gain yang telah disediakan. Perbandingan persentase N-gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut: Tabel 4.13 Perbandingan Persentase Kategori N-Gain pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kategori N-gain Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Tinggi 3 orang 8,33 Tidak ada Sedang 25 orang 69,45 23 orang 63,89 Rendah 8 orang 22,22 13 orang 36,11

B. Hasil Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat ketercapaian proses pembelajaran siswa, yaitu pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah Problem Based LearningPBL. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun, dimana semua indikator yang diobservasi dalam penelitian ini dikembangkan dari setiap tahap pembelajaran yang dimiliki oleh model pembelajaran berdasarkan masalah Problem Based LearningPBL yang dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan. Berdasarkan lima tahap pembelajaran yang dimiliki oleh model pembelajaran berdasarkan masalah Problem Based LearningPBL ini dikembangkanlah menjadi 17 indikator yang akan diobservasi. Pengembangan indikator ini terdapat pada Lampiran 5, sedangkan data hasil observasinya terdapat pada Lampiran 37. Adapun ringkasan data hasil observasi tersebut sebagai berikut: Tabel 4.14 Data Hasil Observasi No Tahap Pembelajar- an PBL Indikator Jumlah Indikator yang Tercapai Jumlah Indikator yang tidak Tercapai 1 Tahap 1 1. Siswa memahami tujuan pembelajaran. 2. Siswa menunjukkan minat dan motivasi terhadap masalah yang disajikan. 3. Siswa memahami masalah yang disajikan. 4 2 2 Tahap 2 1. Mulai menuliskan tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah-masalah yang disajikan. 2. Merencanakan pemecahan masalah secara bersama-sama dalam kelompoknya. 2 2 3 Tahap 3 1. Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber sebagai persiapan pemecahan masalah. 2. Melakukan penyelidikan dalam upaya pemecahan masalah. 9 5