malpraktek membahas mengenai upaya-upaya pencegahan malpraktek dan kendala-kendala dalam menentukan malpraktek, sedangkan dalam skripsi ini
membahas mengenai pertanggungjawaban dan kebijakan hukum dalam malpraktek. Hal ini sejalan dengan pemeriksaan di Perpustakaan Departemen
Hukum Pidana, dan tidak ada judul yang sama. Dengan demikian, dilihat dari permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini, maka dapat
dikatakan bahwa skripsi ini adalah merupakan karya penulis yang asli.
Permasalahan yang dibahas di dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran dari penulis yang dikaitkan dengan teori-teori hukum yang berlaku maupun doktrin-
doktrin yang ada, dalam rangka melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara, dan apabila ternyata di kemudian hari terdapat judul dan permasalahan yang sama, maka penulis bertanggung jawab sepenuhnya terhadap skripsi ini.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian tindak pidana malpraktek.
Tidak ditemukan penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan strafbaar feit di dalam KUHP maupun di luar KUHP, oleh karena itu para
ahli hukum berusaha untuk memberikan arti dan isi dari istilah itu, yang sampai saat ini belum ada keseragaman pendapat. Pengertian tindak
pidana penting dipahami untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur tindak pidana ini dapat menjadi patokan dalam
Universitas Sumatera Utara
upaya menentukan apakah perbuatan seseorang itu merupakan tindak pidana atau tidak.
7
Tindak pidana seringkali disebut sebagai peristiwa pidana. Menurut hukum positif, demikian Pompe, peristiwa pidana itu suatu peristiwa yang
oleh undang-undang ditentukan mengandung handeling perbuatan dan nalaten pengabaian; tidak berbuat; berbuat pasif biasanya dilakukan di
dalam beberapa keadaan, merupakan bagian suatu peristiwa. Uraian perbuatan dan keadaan yang ikut serta, yang disebut gedragstype itulah
disebut uraian delik.
8
Adapun defenisi malpraktik medik pada intinya mengandung salah satu unsur berikut.
9
1. Dokter atau tenaga medis kurang menguasai ilmu pengetahuan medis
dan keterampilan yang sudah berlaku umum di kalangan profesi medis. 2.
Dokter dan tenaga medis memberikan pelayanan medik di bawah standar tidak lege artis.
3. Dokter dan tenaga medis melakukan kelalaian berat atau kurang hati-
hati, yang dapat mencakup : a.
Tidak melakukan sesuatu tindakan yang seharusnya dilakukan, atau
b. Melakukan sesuatu tindakan yang seharusnya tidak dilakukan.
7
Mohammad Ekaputra, Dasar-dasar Hukum Pidana ,USU Pers, Medan, 2010, halaman : 74.
8
H.A.Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana 1, Sinar Grafika, Jakarta , 2007, halaman : 226.
9
Hanafiah, M.Yusuf dan Amri Amir, Op,cit, halaman : 97.
Universitas Sumatera Utara
4. Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum.
Dalam praktiknya banyak sekali hal yang dapat diajukan sebagai malpraktik, seperti salah diagnosis atau terlambat diagnosis karena
kurang lengkapnya pemeriksaan, pemberian terapi yang sudah ketinggalan zaman, kesalaha teknis waktu melakukan pembedahan,
salah dosis obat, salah metode tes atau pengobatan, perawatan yang tidak tepat, kelalaian dalam pemantauan pasien, kegagalan
komunikasi, dan kegagalan peralatan. Malpraktik medik adalah kelalaian seorang dokter atau tenaga
medis untuk mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau
orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama. Yang dimaksud dengan kelalaian di sini ialah sikap kurang hati-hati, yaitu
tidak melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang
seorang dengan sikap hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut. Kelalaian diartikan pula dengan melakukan tindakan
kedokteran di bawah standar pelayanan medik. 2.
Pelaku-pelaku tindak pidana malpraktek.
Pelaku-pelaku tindak pidana malpraktek medik ialah para tenaga medis yang dalam penulisan skripsi ini adalah bidan. Keberadaan bidan di Indonesia
sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan janinnya. Pelayanan
Universitas Sumatera Utara
kebidanan berada di mana-mana dan kapan saja selama ada proses reproduksi manusia.
Ada beberapa pengertian tentang bidan. Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bidan adalah profesi yang khusus, dinyatakan suatu
pengertian bahwa bidan adalah orang pertama yang melakukan penyelamat kelahiran sehingga ibu dan bayinya lahir dengan selamat. Tugas yang diemban
oleh bidan, berguna untuk kesejahteraan manusia. Bidan juga dinamakan midwife atau pendamping isteri. Kata bidan berasal
dari bahasa Sansekerta “Wirdhan” yang artinya “Wanita Bijaksana”.
10
Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1.
Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat. 2.
Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan, yang ditujukan untuk maksud profesi yang bersangkutan.
3. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah.
4. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai dengan kode
etik yang berlaku. 5.
Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya.
6. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang
diberikan. 7.
Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya.
10
Heni Puji Wahyuningsih, Op,cit, halaman : 101.
Universitas Sumatera Utara
I. Arti dan Ciri Jabatan Profesional
Secara populer seseorang pekerja dibidang apapun sering diberi predikat profesional dalam bahasa keseharian tersebut adalah seorang pekerja yang
terampil atau cakap dalam kerjanya, biarpun ketrampilan atau kecakapan tersebut produk dari fungsi minat dan belajar dari kebiasaan.
Pengertian jabatan profesional perlu dibedakan dari jenis pekerjaan yang menuntut dan dapat dipenuhi lewat pembiasaan melakukan ketrampilan tertentu
magang, keterlibatan langsung dalam situasi kerja di lingkungannya, dan ketrampilan kerja sebagai warisan orang tuanya atau pendahulunya. Seseorang
pekerja profesional perlu dibedakan dari seorang teknisi keduanya pekerja profesional dan teknisi dapat saja terampil dalam unjuk kerja yang sama
misalnya : menguasai teknik kerja yang sama dapat memcahkan masalah- masalah teknis dalam bidang kerjanya, tetapi seorang pekerja profesional dituntut
menguasai visi yang mendasari ketrampilannya. Dari kesimpulan di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa bidan tergolong jabatan profesional karena memnuhi
ketiga macam persyaratan di atas. Secara lebih rinci, ciri-ciri jabatan profesional tersebut adalah sebagai
berikut termasuk bidan.
11
1. Bagi pelakunya secara nyata defacto dituntut berkecakapan kerja
keahlian sesuai dengan tugas-tugas khusus serta tuntutan dari jenis jabatannya cenderungke spesialisasi.
11
Ibid, halaman : 102-104.
Universitas Sumatera Utara
2. Kecakapan atau keahlian seseorang pekerja profesional bukan sekedar
hasil pembiasaan atau latihan rutin yang terkondisi, tetapi perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang mantap. Jabatan yang terprogram secara
relevan serta berbobot, terselanggara secara efektif-efesien, dan tolok ukur evaluatifnya terstandar.
3. Pekerja profesional dituntut berwawasan sosial yang luas, sehingga pilihan
jabatan serta kerjanya didasari oleh kerangka nilai tertentu, bersikap positif terhadap jabatan dan perannya, dan bermotivasi serta berusaha untuk
berkarya sebaik-baiknya. Hal ini mendorong pekerja profesional yang bersangkutan untuk selalu meningkatkan menyempurnakan diri serta
karyanya. Orang tersebut secara nyata mencintai profesinya dan memiliki etos kerja yang tinggi.
4. Jabatan profesional perlu mendapat pengesahan dari masyarakat dan atau
negaranya. Jabatan profesional memiliki syarat-syarat serta kode etik yang harus dipenuhi oleh pelakunya, hal ini menjamin kepantasan berkarya dan
sekaligus merupakan tanggung jawab sosial pekerja profesional tersebut. Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, perlu dibahas bahwa
bidan jabatan profesional. Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu jabatan struktural dan jabatan fungsional. Jabatan struktural adalah jabatan yang secara
tegas ada dan diatur berjenjang dalam suatu organisasi, sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya yang
vital dalam kehidupan masyarakat dan negara. Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat jabatan fungsional juga berorientasi kualitatif.
Universitas Sumatera Utara
Dalam konteks inilah jabatan bidan adalah jabatan fungsional profesional, dan wajarlah apabila bidan tersebut mendapat tunjangan fungsional.
II. Bidan adalah Jabatan Profesional
Sesuai dengan uraian tersebut diatas, sudah jelas bahwa bidan adalah jabatan profesional. Persyaratan dari bidan sebagai jabatan profesional telah
dimiliki oleh bidan tersebut. Persyaratan tersebut adalah : 1.
Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersidat khusus atau spesialis.
2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan sebagai tenaga
profesional. 3.
Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat. 4.
Mempunyai kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh pemerintah.
5. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas.
6. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur.
7. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah.
8. Memiliki kode etik bidan.
9. Memiliki etika kebidanan.
10. Memiliki standar kebidanan.
11. Memiliki standar praktek.
12. Memiliki standar pendidikan yang mendasar dan mengembangkan
profesi sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
Universitas Sumatera Utara
13. Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahan
pengembangan kompetensi.
3. Pertanggungjawaban tindak pidana malpraktek.