mendapatkan aset yang dibutuhkan untuk mempertahankan tingkat pertumbuhannya Syamsuddin, 2000.
Total assets turnover mengukur intensitas perusahaan dalam
menggunakan aktivanya. Ukuran penggunaan aktiva paling relevan adalah penjualan, karena penjualan penting bagi laba. Horngren dn Horrison 2001
menyatakan bahwa total assets turnover atau investment turnover TATO atau ITO, merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dengan jumlah
penjualan yang diperoleh selama periode tertentu. Rasio ini merupakan ukuran sampai seberapa jauh aktiva telah dipergunakan dalam kegiatan perusahaan atau
menunjukan berapa kali aktiva berputar dalam periode tertentu Syamsuddin, 2000. Apabila dalam menganalisis rasio ini selama beberapa periode menunjukan
suatu trend yang cenderung meningkat, memberikan gambaran bahwa semakin
efisiensi penggunaan aktiva sehingga hasil usaha akan meningkat Sinaga, 2011.
2.1.5 Nilai Perusahaan
Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini dikembangkan oleh Profesor
James Tobin 1967. Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian
dari setiap rupiah. Jika rasio-Q diatas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada
pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Jika rasio-q dibawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah menarik. Jadi rasio - Q merupakan
ukuran yang lebih teliti tentang seberapa efektif manajemen memanfaatkan
Universitas Sumatera Utara
sumber-sumber daya ekonomis dalam kekuasaannya. Wahyudi dan Hartini 2006 menemukan bahwa beberapa perusahaan dapat mempertahankan rasio-q yang
lebih besar dari satu. Teori ekonomi mengatakan bahwa rasio - Q yang lebih besar dari satu akan menarik arus sumber daya dan kompetisi baru sampai rasio – Q
mendekati satu. Seringkali sukar untuk menentukan apakah rasio – Q yang tinggi mencerminkan superioritas manajemen atau keuntungan dari dimilikinya hak
paten Wahyudi, 2006.
2.1.6 Kepemilikan Institusional
Investor institusional yang sering sebut sebagai investor yang canggih sophisticated sehingga seharusnya lebih dapat menggunakan informasi periode
sekarang dalam memprediksi laba masa depan dibanding investor non institusional. Antonio 2011 menemukan hubungan yang negatif antar
discretionary accrual yang tidak diekspektasi dengan imbal hasil di sekitar tanggal pengumuman karena investor institusional mempunyai akses atas sumber
informasi yang lebih tepat waktu dan relevan yang dapat mengetahui keberadaan pengelolaan laba lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan investor individual.
Kerstein dan Rai 2007 menemukan bahwa nilai absolut diskresioner berhubungan negatif dengan kepemilikan institusional. Hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa ada efek feedback dari kepemilikan institusional yang dapat mengurangi pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan. Jika pengelolaan laba
tersebut efisien maka kepemilikan institusional yang tinggi akan meningkatkan pengelolaan laba tetapi jika pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan bersifat
Universitas Sumatera Utara
oportunis maka kepemilikan institusional yang tinggi akan mengurangi earnings management Chang, 2008.
2.1.7 Kepemilikan Manajerial