27 lelang. Sejak awal juli 2005, Bank Indonesia menggunakan “BI rate” suku bunga BI, yaitu
Bank Indonesia mengumumkan target suku bunga SBI untuk melakukan pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam melakukan pelelangan
atau dalam pelaksanaan peminjaman kredit. Jika masyarakat ingin melakukan peminjaman kredit, suka bunga merupakan faktor eksternal yang sering dilihat. Jika pada suatu bank memiliki
suku bunga yang tinggi, maka permintaan kredit yang dilakukan masyarakat akan menjadi menurun. Sebaliknya jika suku bunga suatu bank mengalami penurunan, maka minat masyarakat
akan permintaan .kreditnya menjadi meningkat.
2.3 PENELITIAN TERDAHULU
Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian terdahulu yang dapat dilihat pada table dibawah ini.
Table 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti dan Tahun
Publikasi Tujuan Penelitian
Variabel Hasil Penelitian
1 Luh Gede
Meydianawathi 2007
Menganalisis faktor penawaran Kredit
pada Bank Umum di Indonesia
Jumah Penyaluran
Kredit, Dana Pihak
Ketiga, ROA, CAR,
NPL Dana Pihak Ketiga,
ROA, dan CAR berpengaruh positif dan
signifikan, NPL memiliki pengaruh
negatif signifikan terhadap jumlah
penyaluran kredit 2
Hapsari 2008 Meneliti pengaruh
LDR, NPL, ROA, dan ROE terhadap
pemberian kredit LDR, NPL,
ROA, dan ROE
Cash Ratio terhadap volume kredit
berpengaruh negatif, sedangkan LDR dan
28 KPR studi kasus
pada PD. BPR di Jawa Tengah
ROA berpengaruh positif terhadap
volume kredit.
3 Fransisca dan Hasan
Sakti Siregar 2009 Meneliti Pengaruh
Faktor Internal Bank Terhadap Volume
Kredit. Dana Pihak
Ketiga, CAR, NPL, ROA
DPK berpengaruh positif tidak
signifikan, NPL berpengaruh negative
tidak signifikan, ROA berpengaruh
positifsignifikan, secara simultan
berpengaruh signifikan 4
Dias Satria dan Rangga Bagus
Subegti 2010
Determinasi Penyaluran Kredit
Bank Umum Di Indonesia Periode
2006-2009 ROA, NPL,
BOPO, CAR, Dana Pihak
Ketiga, Penem
patan Dana pada
SBI, market share
CAR, ROA, dan SBI berpengaruh signifikan,
sedangakan NPL, BOPO, Dana pihak
Ketiga, dan market share
tidak signifikan berpengaruh terhadap
jumlah penyaluran kredit
5 Yulhasnita
2013 Pengaruh Risiko
Kredit, DPK, Likuiditas dan
Tingkat Tefiiensi pada Volume Kredit
CAR, ROA, ROE, BOPO,
LDR CAR, ROA, dan LDR
berpengaruh negatif tidak signifikan, ROE
positif tidak signifikan, dan BOPO berpengaruh
negatif signifikan terhadap penyaluran
kredit
29
2.4 Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Dana Pihak Ketiga DPK terhadap Jumlah Penyaluran Kredit
Dana pihak ketiga DPK merupakan sumber dana terbesar yang diandalkan perbankan dan dibutuhkan suatu bank dalam menjalankan operasinya. Bank dapat memanfaatkan dana dari
pihak ketiga ini untuk ditempatkan pada pos - pos yang menghasilkan pendapatan bagi bank, salah satunya yaitu dalam bentuk kredit. Hampir semua bank mengandalkan penghasilan
utamanya dari jumlah penyaluran kredit oleh karena itu pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan Dendawijaya,2003. Menurut Defi
Maulidina 2006, Desi Arisandi 2008 dan Billy Arma P. 2010 DPK berpengaruh positif terhadap jumlah penyaluran kredit.
H1 : Terdapat pengaruh positif Dana Pihak Ketiga terhadap jumlah kredit perbankan
2.4.2 Pengaruh
Loan to Deposit Ratio terhadap Jumlah Penyaluran Kredit
Loan to Deposit Ratio LDR dapat digunakan untuk menilai seberapa jauh kemampuan
bank yang mengandalkan kredit sebagai sumber utama likuiditasnya dalam membayar kewajiban jangka pendeknya seperti penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dan juga bunga yang
harus diberikan kepada para nasabahnya. Kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan akan semakin rendah jika LDR semakin tinggi dikarenakan jumlah dana yang digunakan untuk
penyaluran kredit semakin besar. Sebaliknya, kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan akan semakin tinggi jika LDR bank tersebut semakin rendah. Oleh karena itu hal tersebut
memiliki pengaruh terhadap kemampuan kredit pada suatu bank karena jika nilai LDR ini semakin tinggi maka menunjukkan kemampuan kredit yang telah disalurkan oleh bank juga
semakin tinggi guna memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dan sebaliknya, semakin rendah
30 nilai LDR yang ada menunjukkan bahwa kemampuan kredit yang disalurkan oleh bank juga
semakin rendah guna memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Galih 2011 dan Yuwono 2012 LDR berpengaruh positif terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan
H2= Terdapat pengaruh positif Loan to deposit ratio LDR terhadap jumlah penyaluran kredit
2.4.3 Pengaruh
Capital Adequacy Ratio terhadap Jumlah Penyaluran Kredit
Capital Adequacy Ratio CAR merupakan rasio kinerja bank yang digunakan untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang disalurkan oleh bank Dendawijaya, 2003. CAR
merupakan faktor internal bank yang menentukan penyaluran kredit perbankan Yuwono, 2012. Jika nilai CAR tinggi maka akan meningkatkan kemampuan dalam hal finansial termasuk
mengantisipasi kerugian yang timbul dari aktivitas penyaluran kredit perbankan. Dengan tingkat CAR yang besar sekaligus akan meningkatkan kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan
kreditnya. Oleh karena itu semakin tinggi kecukupan modal, maka semakin besar pula kemampuan perbankan dalam menyalurkan kreditnya. Menurut Satria dan Subegti 2010 dan
Oktaviani 2012 CAR berpengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit.
H3 = Terdapat Pengaruh negatif Capital adequacy ratio CAR terhadap jumlah penyaluran kredit
2.4.4 Pengaruh
Non Performing Loan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit
Non Performing Loan NPL merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur banyaknya
peminjaman kredit yang mengalami kendala dalam melunasi kewajibannnya. Rasio NPL ini menggambarkan risiko kredit, semakin tinggi nilai NPL maka risiko kredit yang ditanggung oleh
bank juga semakin besar Ali, dalam Pratama, 2010. Menurut Francisca 2008, kredit bermasalah yang tinggi dapat menimbulkan keengganan pihak bank untuk menyalurkan kredit
31 karena harus membentuk cadangan penghapusan yang besar. Besaran modal yang memiliki
pengaruh terhadap kegiatan penyaluran kredit pada akhirnya akan ikut terkikis jika harus menyediakan pencadangan yang lebih besar Pratama, 2010. Dengan demikian semakin besar
tingkat kredit bermasalah atau macet yang ditunjukkan melalui rasio NPL ini,maka akan menurunkan jumlah kredit yang disalurkan oleh bank. Menurut Meydianawathi 2007, Arisandi
2008, dan Pratama 2010 NPL berpengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit
perbankan
H4 = Terdapat Pengaruh negatif Non performing loan NPL terhadap jumlah penyaluran kredit
2.4.5 Pengaruh
Return on Asset ROA terhadap Jumlah Penyaluran Kredit
Return on Asset ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan Dendawijaya, 2003. Semakin besar ROA maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank, dan artinya semakin baik
pula posisi dana tersebut dari segi penggunaan asset. Dengan kata lain bank tersebut semakin optimal dalam penggunaan aktivanya untuk memperoleh pendapatan, maka kegiatan kredit yang
dilakukan oleh bank telah dioptimalkan dalam rangka memperoleh pendapatan. Dendawijaya 2003 mengemukakan bahwa kegiatan perkreditan yang dilakukan bank mencapai 70-80
dari kegiatan usaha bank, sehingga penyaluran kredit menjadi kegiatan yang cukup dominan dalam menghasilkan profitabilitas perbankan. Laba yang diperoleh bank akan sangat diperlukan
untuk memperkokoh strukur modal bank guna meningkatkan ekpansi kreditnya. Oleh karena itu, kemampuan bank dalam menyalurkan kreditnya akan semakin meningkat jika nilai ROA yang
dimiliki perbankan menunjukkan nilai yang tinggi. Menurut Meydianawathi 2007, Arisandi 2008, Satria dan Subegti 2010, dan Galih 2011 ROA berpengaruh positif terhadap jumlah
penyaluran kredit perbankan.
32
H5 = Terdapat Pengaruh Return on assets ROA terhadap jumlah penyaluran kredit
2.4.6 Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI terhadap Jumlah Penyaluran Kredit
Sertifikat Bank Indonesia SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI
diterbitkan oleh BI sebagai salah satu piranti Operasi Pasar Terbuka, kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh BI dengan bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter.
Tingkat suku bunga ini ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang PBI No. 410PBI2002. SBI merupakan instrumen yang menawarkan return yang cukup kompetitif serta
bebas risiko risk free gagal bayar Ferdian, 2008. Kegiatan dalam manajemen perbankan dalam meminimalkan risiko kredit macet ialah mencari alternatif investasi yang lebih baik yaitu
salah satunya melakukan penempatan suku bunga pada SBI yang memiliki tingkat risiko paling rendah. Oleh karena itu, jika suku bunga SBI yang ditempatkan meningkat maka penyaluran
kredit perbankan dapat berkurang. Menurut Billy Arma P. 2010 SBI berpengaruh negatif terhadap kredit perbankan.
H6 : Penempatan suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit
2.5 KERANGKA KONSEPTUAL