57
4.4 PENGARUH
WAKTU VULKANISASI
DAN PENAMBAHAN
ALKANOLAMIDA PADA PENGISI SELULOSA MIKROKRISTALIN DARI TEPUNG KULIT SINGKONG TERHADAP SIFAT-SIFAT
MEKANIK PRODUK LATEKS KARET ALAM
Berikut ini merupakan pembahasan mengenai pengaruh waktu vulkanisasi dan penambahan alkanolamida pada pengisi selulosa mikrokristalin dari tepung kulit
singkong terhadap sifat-sifat mekanik produk lateks karet alam diantaranya adalah sebagai berikut :
4.4.1 DENSITAS SAMBUNG SILANG CROSSLINK DENSITY FILM LATEKS KARET ALAM
Gambar 4.8 menunjukkan pengaruh waktu vulkanisasi dan penambahan alkanolamida pada pengisi selulosa mikrokristalin dari tepung kulit singkong
terhadap densitas sambung silang crosslink density produk lateks karet alam.
Gambar 4.8 Pengaruh Waktu Vulkanisasi dan Penambahan Alkanolamida Pada Pengisi Selulosa Mikrokristalin Terhadap Densitas Sambung Silang
Crosslink Density Produk Lateks Karet Alam Gambar 4.8 menunjukkan hubungan waktu vulkanisasi dan penambahan
alkanolamida pada densitas sambung silang crosslink density produk lateks karet alam. Sampel kontrol merupakan sampel lateks karet alam murni tanpa penambahan
pengisi selulosa mikrokristalin dan alkanolamida. Densitas sambung silang crosslink density menunjukkan jumlah ikatan sambung silang yang terjadi dalam
produk lateks karet alam. Sambung silang membuat produk lateks karet alam menjadi lebih elastis dan kuat [60, 61].
Universitas Sumatera Utara
58 Dari gambar 4.8 juga dapat dilihat bahwa bahwa nilai densitas sambung
silang pada waktu vulkanisasi 20 menit lebih besar dibandingkan pada waktu vulkanisasi 10 menit untuk semua variasi penambahan alkanolamida. Hal ini
disebabkan karena semakin lama waktu vulkanisasi, maka jumlah densitas sambung silang yang terjadi dalam partikel karet akan bertambah, menyebabkan meningkatnya
ikatan sambung silang [16]. Penambahan bahan penyerasi alkanolamida hingga 2,5 meningkatkan nilai
densitas sambung silang, penambahan alkanolamida lebih dari 2,5 juga akan menaikkan densitas sambung silang. Hal ini disebabkan bahan penyerasi yang di
tambahkan dalam produk vulkanisat sedikit sehingga tidak berpengaruh secara signifikan pada tingkat pembengkakan Swell yang berhubungan terhadap nilai
densitas sambung silang [14].
Universitas Sumatera Utara
59
4.4.2 KEKUATAN TARIK TENSILE STRENGTH FILM LATEKS KARET ALAM
Gambar 4.9 menunjukkan pengaruh waktu vulkanisasi dan penambahan alkanolamida pada pengisi selulosa mikrokristalin dari tepung kulit singkong
terhadap kekuatan tarik tensile strength produk lateks karet alam.
Gambar 4.9 Pengaruh Suhu Vulkanisasi dan Penambahan Alkanolamida Pada Pengisi Selulosa Mikrokristalin Terhadap Kekuatan Tarik Tensile Strength
Produk Lateks Karet Alam Gambar 4.9 menunjukkan hubungan waktu vulkanisasi dan penambahan
alkanolamida pada kekuatan tarik tensile strength produk lateks karet alam. Sampel kontrol merupakan sampel lateks karet alam murni tanpa penambahan pengisi
selulosa mikrokristalin dan alkanolamida. Kekuatan tarik merupakan besarnya beban maksimum F maks yang digunakan untuk memutuskan sampel per luas
penampang awalnya Ao. Dari Gambar 4.9 juga dapat dilihat bahwa nilai kekuatan tarik pada waktu
vulkanisasi 20 menit lebih besar dibandingkan pada waktu vulkanisasi 10 menit untuk semua variasi penambahan alkanolamida. Hal ini dikarenakan semakin lama
waktu vulkanisasi, jumlah densitas sambung silang bertambah yang menyebabkan nilai kekuatan tarik meningkat [16].
Penambahan penyerasi alkanolamida akan meningkatkan kekuatan tarik dari produk lateks karet alam. Namun, penambahan penyerasi alkanolamida di atas 1
akan menyebabkan penurunan sifat kekuatan tarik walaupun waktu vulkanisasi bertambah. Hal ini disebabkan pada densitas sambung silang yang tinggi, nilai
Universitas Sumatera Utara
60 kekuatan tarik tidak berbanding lurus dengan meningkatkannya densitas sambung
silang tetapi setelah mencapai nilai optimal kekuatan tarik akan menurun [62].
4.4.3 PEMANJANGAN SAAT PUTUS ELONGATION AT BREAK PRODUK LATEKS KARET ALAM
Gambar 4.10 menunjukkan pengaruh waktu vulkanisasi dan penambahan alkanolamida pada pengisi selulosa mikrokristalin dari tepung kulit singkong
terhadap pemanjangan saat putus elongation at break produk lateks karet alam.
Gambar 4.10 Pengaruh Waktu Vulkanisasi dan Penambahan Alkanolamida Pada Pengisi Selulosa Mikrokristalin Terhadap Pemanjangan Saat Putus
Elongation at Break Produk Lateks Karet Alam Gambar 4.10 menunjukkan hubungan waktu vulkanisasi dan penambahan
alkanolamida pada pemanjangan saat putus elongation at break produk lateks karet alam. Sampel kontrol merupakan sampel lateks karet alam murni tanpa penambahan
pengisi selulosa mikrokristalin dan alkanolamida. Pemanjangan saat putus merupakan persentase panjangnya sampel pada saat di tarik sampai putus.
Dari Gambar 4.10 juga dapat dilihat bahwa nilai pemanjangan saat putus pada waktu vulkanisasi 10 menit lebih besar dibandingkan pada waktu vulkanisasi 20
menit untuk semua variasi penambahan alkanolamida. Penambahan penyerasi alkanolamida dalam produk lateks karet alam akan membuat nilai pemanjangan saat
putus semakin menurun. Zhao et al [63] meneliti bahwa semakin besar nilai densitas sambung silang maka produk vulkanisat yang dihasilkan akan menurunkan nilai
pemanjangan saat putus. Hal ini disebabkan semakin lama waktu vulkanisasi,
Universitas Sumatera Utara
61 menyebabkan bertambahnya ikatan sambung silang yang akan membatasi
pergerakan dari rantai makromolekul dalam karet sehingga menurunkan keelastisan dari produk vulkanisat.
4.4.4 MODULUS TARIK TENSILE MODULUS FILM LATEKS KARET ALAM
Gambar 4.11 dan gambar 4.12 menunjukkan pengaruh waktu vulkanisasi dan penambahan alkanolamida pada pengisi selulosa mikrokristalin dari tepung kulit
singkong terhadap modulus tarik tensile modulus produk lateks karet alam.
Gambar 4.11 Pengaruh Waktu Vulkanisasi dan Penambahan Alkanolamida Pada Pengisi Selulosa Mikrokristalin Terhadap M
100
Produk Lateks Karet Alam
Gambar 4.12 Pengaruh Waktu Vulkanisasi dan Penambahan Alkanolamida Pada Pengisi Selulosa Mikrokristalin Terhadap M
300
Produk Lateks Karet Alam
Universitas Sumatera Utara
62 Gambar 4.11 dan Gambar 4.12 menunjukkan hubungan waktu vulkanisasi
dan penambahan alkanolamida pada modulus tarik tensile modulus produk lateks karet alam. Sampel kontrol merupakan sampel lateks karet alam murni tanpa
penambahan pengisi selulosa mikrokristalin dan alkanolamida. Modulus tarik saat pemanjangan 100 M
100
merupakan jumlah gaya yang diberikan pada saat sampel memiliki pemanjangan sebesar 100. Modulus tarik saat pemanjangan 300 M
300
merupakan jumlah gaya yang diberikan pada saat sampel memiliki pemanjangan sebesar 300.
Modulus tarik tensile modulus menunjukkan nilai keelastisan elasticity dari produk vulkanisat. Nilai modulus tarik yang kecil menunjukkan sifat bahan yang
elastis elastic sedangkan nilai modulus tarik yang besar menunjukkan sifat bahan yang kaku dan getas stiff. Oleh karena itu, nilai modulus tarik memiliki hubungan
berbanding terbalik dengan pemanjangan saat putus elongation at break [59]. Dari Gambar 4.11 dan 4.12 menunjukkan bahwa nilai modulus tarik pada
waktu vulkanisasi 20 menit lebih besar dibandingkan pada waktu vulkanisasi 10 menit untuk semua variasi penambahan alkanolamida. Semakin lama waktu
vulkanisasi maka nilai modulus tarik dari produk lateks karet alam meningkat. Penambahan penyerasi alkanolamida di atas 1 akan menurunkan nilai
modulus tarik produk vulkanisat. Hal ini disebabkan telah tercapai nilai optimal dari produk lateks karet alam yang dibuktikan pada sifat kekuatan tarik dan terlihat
bahwa nilai modulus tarik berbanding lurus terhadap nilai kekuatan tarik [14].
Universitas Sumatera Utara
63
4.5 KARAKTERISTIK FOURIER TRANSFORM INFRARED FTIR