PENGUJIAN DAN KARAKTERISASI .1 UJI KEKUATAN TARIK TENSILE STRENGTH

17 1. Pencelupan berkoagulan basah 2. Pencelupan berkoagulan kering Pencelupan berkoagulan basah ialah teknik pencelupan dimana pembentuk dilapisi oleh koagulan dicelupkan ke dalam formulasi lateks semasa koagulan itu masih basah. Contoh koagulan yang digunakan dalam pencelupan berkoagulan basah asam asetat. Pencelupan berkoagulan kering pembentukan dimasukkan ke dalam formulasi lateks selepas koagulan yang meliputi pembentukan dikeringkan dahulu. Contoh koagulan yang digunakan dalam pencelupan berkoagulan kering ialah kalsium nitrat. Pencelupan berkoagulan kering lebih sering digunakan dari pada pencelupan berkoagulan basah. Keburukan dari koagulan basah ini sering menetes ke dalam tangki lateks menyebabkan penghilang kestabilan lateks terjadi di dalam tangki lateks dan partikel kecil karet akan terhasil. Tangki lateks yang berisi partikel kecil karet tidak dapat digunakan untuk menghasilkan produk, karena partikel kecil karet ini akan melekat pada permukaan produk dan mengakibatkan kecacatan. Ketebalan untuk film yang dihasilkan dengan teknik pencelupan berkoagulan tergantung pada masa rendaman dwell time, kepekatan koagulan dan juga jumlah kandungan padatan lateks TSC lateks karet alam yang digunakan. Peningkatan nilai faktor-faktor di atas akan meningkatkan ketebalan film yang terhasil [28]. 2.7 PENGUJIAN DAN KARAKTERISASI 2.7.1 UJI KEKUATAN TARIK TENSILE STRENGTH Uji tarik terdiri dari meregangkan sampel karet pada kecepatan searagam dalaam alat uji tarik dan merekam nilai tegangan pada sampel dan menghasilkan perpanjanga pada lebih atau kurang dari interval waktu biasa. Kurva yang terbentuk dengan perpanjangan pada ordinat dan tegangan pada ordiant axis dinamakan kurva tarik tensile curve. Tegangan tarik adalah rasio dari gaya total yang diberikan pada sampel Universitas Sumatera Utara 18 ke bagian potongan awal dari sampel. Tegangan tarik pada titik patahan dari sampel karet di sebut kekuatan tarik, atau gaya per satuan luas dari bagian patahan dimana diaplikasi ketika sampel terputus. Maksimum perpanjangan disebut perpanjangan pada putus atau perpanjangan terakhir. dengan menurunkan suhu, perpanjangan maksimum dari sampel akan menurun. laju rengangan mempengaruhi kedua nilai dari kekuatan tarik dan perpanjangannya. pada variasi laju rengangan, ditemukan bahwa semakin tinggi laju rengangan maka semakin baik nilai dari kekuatan tarik dan perpanjangan. komposisi komponen seperti pengisi, sulfur, pemercepat dan pelunak memiliki pengaruh besar terhadap kurva tarik dari berbagai komponen karet, jumlah beban per luas dari bagian patahan pada nilai perpanjangan di sebut modulus [39]. Kekuatan tarik dapat dinyatakan dengan persamaan di bawah ini [33] : ..............................................................2.1 Dimana : = kekuatan tarik MPa F = beban N A = luas spesimen m 2 g = percepatan gravitasi m 2 s b = lebar spesimen mm d = tebal spesimen mm Perpanjangan saat putus Elongation at break, dinyatakan sebagai persentase dari panjang gauge awal, sesuai dengan persamaan berikut [40] : �� ������ �� �� � ������� �� � −������� ���� ������� ���� � ..........2.2

2.7.2 UJI DENSITAS SAMBUNG SILANG CROSSLINK DENSITY

Analisa swelling indeks adalah penentuan densitas sambung silang secara fisika yang mengukur sambung silang kimia dan fisika. Sampel seberat lebih kurang 0,2 g dipotong berbentuk empat segi bujur. Universitas Sumatera Utara 19 Densitas sambung silang meningkat menunjukkan bahwa film tersebut telah mengalami sambung silang yang baik. Nilai densitas sambung silang yang tinggi juga menggambarkan bahwa film lateks karet alam mengalami sambung yang sempurna semasa proses pemvulkanan dilakukan. Densitas sambung silang film lateks karet alam adalah berhubungan erat dengan sifat-sifat mekanik bahan seperti kekuatan tarik dan modulus bahan [41]. Uji kerapatan sambung silang crosslink density dihitung dengan menggunakan persamaan Flory-Rehner seperti persamaan 2.3 berikut [42] : 2 1 ln 2 1 1 3 1 2 r r r r r s c v v v v v v M v         ............................... 2.3                      1 1 u u s s r r W W W v   .........................................................2.4 Dimana : v = densitas sambung silang M c = berat molekul V r = fraksi volum dari karet χ = parameter interaksi antara jaringan karet dengan pelarut = 0,393 ρ r = densitas karet = 0,913 grcm 3 ρ s = densitas pelarut = 0,856 grcm 3 W s = berat karet yang membengkak W u = berat karet yang tidak membengkak

2.7.3 KARAKTERISASI FOURIER TRANSFORM INFRA RED FT-IR

Spektrofotometer infra merah terutama ditujukan untuk senyawa organik yaitu menentukan gugus fungsional yang dimiliki senyawa tersebut. Pola pada daerah sidikjadi sangat berbeda satu dengan yang lain, karenanya hal ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi senyawa tersebut. Penetapan secara kualitatif dapat dilakukan dengan membandingkan tinggi peak transmitansi pada panjang gelombang tertentu Universitas Sumatera Utara 20 yang dihasilkan oleh zat yang diuji dan zat yang standar. Dalam ilmu material analisa ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya reaksi atau interaksi antara bahan-bahan yang dicampurkan. Selain itu, nilai intensitas gugus yang terdeteksi dapat menentukan jumlah bahan yang bereaksi atau yang terkandung dalam suatu campuran [43].

2.7.4 KARAKTERISASI SCANNING ELECTRON MICROSCOPE SEM

Analisa SEM dilakukan untuk mempelajari sifat morfologi terhadap sampel. SEM adalah adalah alat yang dapat membentuk bayangan permukaan spesimen secara mikroskopik. Berkas elektron dengan diameter 5-10 nm diarahkan pada spesimen. Interaksi berkas elektron dengan spesimen menghasilkan beberapa fenomena yaitu hamburan balik berkas elektron, sinar x, elektron sekunder, dan absorpsi elektron. Teknik SEM pada hakekatnya merupakan pemeriksaan dan analisa permukaan. Data atau tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan atau dari lapisan yang tebalnya sekitar 20 um dari permukaan. Gambar permukaan yang diperoleh merupakan tofografi dengan segala tonjolan, lekukan dan lubang pada permukaan. Gambar toforgrafi diperoleh dari penangkapan elektron sekunder yang dipancarkan oleh spesimen. Sinyal elektron sekunder yang dihasilkan ditangkap oleh detektor yang diteruskan ke monitor. Pada monitor akan diperoleh gambar yang khas menggambarkan struktur permukaan spesimen. Selanjutnya gambar di monitor dapat dipotret dengan menggunakan film hitam putih atau dapat pula direkam ke dalam suatu disket. Sampel yang dianalisa dengan teknik ini harus mempunyai konduktifitas yang tinggi, karena polimer mempunyai konduktifitas rendah, maka bahan perlu dilapisi dengan bahan konduktor bahan pengantar yang tipis. Bahan yang biasa digunakan adalah perak, tetapi jika dianalisa dalam waktu yang lama, lebih baik digunakan emas atau campuran emas dan palladium [44]. Universitas Sumatera Utara 21

2.7.5 ANALISA KANDUNGAN AMILUM

Amilum pati merupakan hompolimer glukosa deng an ikatan α-glikosidik. Berbagai macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai karbonnya, serta lurus atau bercabangnya rantai molekul. Amilum pati yang berikatan dengan Iodin I 2 akan menghasilkan warna biru. Sifat ini dapat digunakan untuk menganalisis adanya pati. Hal ini disebabkan oleh struktur molekul iodin dan terbentuklah warna biru. Bila pati dipanaskan, spiral merenggang, molekul-molekul iodin terlepas sehingga warna biru menghilang. Pati akan merefleksikan warna biru bila berupa polimer glukosa yang lebih besar dari 20, misalnya molekul-molekul amilosa. Bila polimernya kurang dari 20 seperti amilopektin, maka akan dapat dihasilkan warna merah. Sedangkan desktrin dengan polimer 6,7 dan 8 membentuk warna coklat. Polimer yang lebih kecil dari 5 tidak memberikan warna dengan iodin [45].

2.7.6 X-RAY DIFFRACTION XRD

Kaidah difraksi sinar x sangat penting khususnya dalam penentuan struktur kristal. Kaidah ini digunakan seiring dengan kenyataan bahwa panjang gelombang sinar x berorde sama dengan kisi kristal sehingga kisi kristal berperan sebagai kisi difraksi. Lebih lanjut kaidah difraksi sinar x dapat juga digunakan untuk menentukan ukuran kristal atau butir, fase dan komposisi suatu padatan [46]. Sinar x juga dapat dihasilkan melalui peristiwa “pengereman” elektron yang dipercepat yang disebut peristiwa Bremsstrahlung. Pancaran sinar x akibat transisi elektron akan memberikan suatu spektrum karakteristik. Artinya puncak-puncak intensitas spektrum sinar x terbentuk dengan panjang gelombang tertentu. Sedangkan sinar x yang berasal dari gejala Bremsstrahlung membentuk spektrum yang kontinyu dan rendah. Misal untuk padatan tembaga Cu sebagai target pada sumber sinar x, intensitas spektrum sinar x karakteris tik Kα yang dihasilkan memiliki panjang gelombang sekitar 1.54 Å. Universitas Sumatera Utara 22 Sinar-x memiliki daya tembus yang cukup besar dan panjang gelombangnya berorde 10-10 m yang bersesuaian dengan ukuran kisi kristal. Karena itu sinar x dapat digunakan untuk menganalisis struktur kristal bahan padatan melalui peristiwa difraksi. Peristiwa difraksi sinar x pada kristal padatan dinyatakan dengan persamaan Bragg [46]: 2 d hkl Sin Ɵ = n ………………………..2.5 Dengan hkl adalah jarak antar bidang kristal, � adalah sudut difraksi, � adalah panjang gelombang dan n = 1, 2, 3 … Gambar 2.5 Sinar x datang dan terdifraksi oleh atom-atom kristal [46]

2.8 APLIKASI DAN KEGUNAAN PRODUK LATEKS KARET ALAM

Dokumen yang terkait

Pengaruh Suhu Vulkanisasi Pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Tepung Kulit Singkong Termodifikasi Penyerasi Alkanolamida

3 50 110

Pengaruh Suhu Vulkanisasi dan Pembebanan Selulosa Mikrokristalin dari Tepung Kulit Singkong dengan Penambahan Alkanolamida sebagai Bahan Penyerasi Alkanolamida pada Pembuatan Film Lateks Karet Alam

1 24 127

Pengaruh Waktu Vulkanisasi Pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristalin dari Tepung Kulit Singkong Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

0 0 23

Pengaruh Waktu Vulkanisasi Pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristalin dari Tepung Kulit Singkong Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

0 0 2

Pengaruh Waktu Vulkanisasi Pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristalin dari Tepung Kulit Singkong Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

0 0 6

Pengaruh Waktu Vulkanisasi Pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristalin dari Tepung Kulit Singkong Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

0 0 17

Pengaruh Waktu Vulkanisasi Pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristalin dari Tepung Kulit Singkong Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

0 1 7

Pengaruh Waktu Vulkanisasi Pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristalin dari Tepung Kulit Singkong Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

0 0 15

Pengaruh Suhu Vulkanisasi Pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Tepung Kulit Singkong Termodifikasi Penyerasi Alkanolamida

0 0 6

Pengaruh Suhu Vulkanisasi Pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Tepung Kulit Singkong Termodifikasi Penyerasi Alkanolamida

0 0 25