48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 KARAKTERISASI SELULOSA MIKROKRISTALIN DARI TEPUNG
KULIT SINGKONG Bahan yang diperoleh dari hasil hidrolisis asam klorida pada hidrolisis α-
selulosa dari tepung kulit singkong dikarakterisasi untuk membuktikan bahwa bahan tersebut merupakan selulosa mikrokristalin. Berikut ini merupakan pembahasan hasil
analisa dan karakterisasi dari bahan yang diperoleh.
4.1.1 ANALISA SIFAT FISIKA DAN SIFAT KIMIA SELULOSA MIKROKRISTALIN DARI TEPUNG KULIT SINGKONG
Selulosa mikrokristalin diperoleh dari hasil hidrolisis α-selulosa dari tepung
kulit singkong dengan menggunakan asam klorida 1,5 N. Selulosa mikrokristalin yang diperoleh dianalisa sifat fisika dan sifat kimianya menurut standar United States
pharmacopeia USP XXI. Pemeriksaan selulosa mikrokristalin meliputi bentuk,
warna, kelarutan dalam air, analisa pH dan analisa kandungan amilum. Berikut ini merupakan hasil pemeriksaan sifat fisika dan sifat kimia dari selulosa mikrokristalin
yang diperoleh. Tabel 4.1 Hasil Pemerikasaan Selulosa Mikrokristalin dari Tepung Kulit Singkong
Pemeriksaan Persyaratan
Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan: - Bentuk
- Warna Serbuk halus
Putih Serbuk dengan
ukuran11µm – 54 µm
Putih kekuningan Kelarutan dalam air
Tidak larut Tidak larut
pH 5,5
– 7 7
Kandungan amilum Tidak bereaksi dengan iodium
Tidak Bereaksi
Pada proses hidrolisis, bagian amorf dari selulosa yang bersifat reaktif akan terhidrolisis sehingga menurunkan derajat polimerisasi dari selulosa tersebut yang
kemudian mengarah ke pembentukan oligosakarida dan pada akhirnya dapat menjadi D-glukosa [53]. Patiamilum adalah polimer glukosa yang mempunyai 2 macam
Universitas Sumatera Utara
49 struktur, yaitu amilosa berantai lurus dan amilopektin berantai cabang. Pati
mempunyai struktur molekul yang berbentuk spiral, bila pati berikatan dengan iodin maka akan terbentuk warna biru [54].
Gambar 4.1 Reaksi antara pati dengan iodin [54] Dari hasil pemeriksaan, filtrat selulosa mikrokristalin yang diperoleh tidak
bereaksi dengan iodium tidak terbentuk warna biru. Hal ini disebabkan oleh senyawa hasil hidrolisis yang terbentuk tidak mengandung glukosa. Dengan kata
lain, hasil hidrolisis yang diperoleh merupakan selulosa mikrokristalin. Hal ini disebabkan oleh proses hidrolisis selama 45 menit akan memutusan bagian amorf
dari selulosa dan tidak sampai ke tahap pembentukan glukosa.
Universitas Sumatera Utara
50
4.1.2 ANALISA SCANNING ELECTRON MICROSCOPE SEM SELULOSA MIKROKRISTALIN DARI TEPUNG KULIT SINGKONG
Berikut ini merupakan hasil karakterisasi Scanning Electron Microscope SEM selulosa mikrokristalin dari tepung kulit singkong.
a b Gambar 4.2 Analisa SEM Selulosa Mikrokristalin
a Perbesaran 500x b Perbesaran 1000x Gambar 4.2 menunjukkan hasil analisa SEM partikel pengisi selulosa
mikrokristalin dengan perbesaran 500x dan 1000x. Hasil analisa SEM menunjukkan bahwa morfologi ukuran partikel selulosa mikrokristalin yang dihasilkan dari tepung
kulit singkong tidak beraturan dengan ukuran berkisar antara 11µm – 54 µm. Selain
itu, selulosa mikrokristalin berbentuk seperti agregat yang tidak saling berhubungan dan dapat dilihat bahwa selulosa mikrokristalin tidak mengandung zat pengotor
impurites.
Universitas Sumatera Utara
51
4.1.3 KARAKTERISTIK FOURIER TRANSFORM INFRA RED FTIR TEPUNG KULIT SINGKONG DAN SELULOSA MIKROKRISTALIN
Berikut ini merupakan karakterisasi FTIR Fourier Transform Infra Red tepung kulit singkong dan selulosa mikrokristalin, dilakukan untuk mengidentifikasi
perubahan gugus fungsi dari selulosa mikrokristalin.
Keterangan analisa gugus fungsi [55] : -
3325,12 cm
-1
: regang alkohol O –H
- 2890,50 cm
-1
: regang alkana C –H
- 1620,32 cm
-1
: regang alkena C=C -
1248,24 cm
-1
: regang eter C –O
Gambar 4.3 Karakteristik FTIR Tepung Kulit Singkong dan Selulosa Mikrokristalin
Dari Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa, terjadinya penurunan puncak serapan bilangan gelombang 3325,12 cm
-1
pada selulosa mikrokristalin yang menujukkan keberadaan gugus hidrogen OH sebagai gugus fungsi utama dalam selulosa.
Kemudian, terdapat puncak serapan dengan bilangan gelombang 2890,50 cm
-1
yang menunjukkan adanya gugus alkana C-H pada ujung struktur selulosa. Selain itu,
terdapat penurunan puncak serapan dengan bilangan gelombang 1620,32 cm
-1
dan 1248,24 cm
-1
yang menunjukkan adanya gugus C=C pada cincin aromatik lignin dan hemiselulosa, jadi selulosa mikrokristalin yang dihasilkan masih mengandung
3325,12 2890,50
1248,24 1620,32
Universitas Sumatera Utara
52 komponen seperti hemiselulosa dan lignin dalam jumlah sedikit jika dibandingkan
dengan tepung kulit singkong [55].
4.1.4 KARAKTERISTIK X-RAY
DIFFRACTION XRD
SELULOSA MIKROKRISTALIN DARI TEPUNG KULIT SINGKONG
Karakterisasi X-Ray Diffraction XRD selulosa mikrokristalin dan tepung kulit singkong dilakukan untuk mengatahui derajat kristalinitas dari selulosa
mikrokristalin. Karakterisasi X-Ray Diffraction XRD selulosa mikrokristalin dapat dilihat pada Gambar 4.4 di bawah ini.
Gambar 4.4 Karakterisasi XRD Selulosa Mikrokristalin dan Tepung Kulit Singkong
Gambar 4.4 menunjukkan hasil analisa XRD tepung kulit singkong dan selulosa mikrokristalin dari tepung kulit singkong. Dari gambar 4.4 terdapat puncak
serapan pada 2θ = 18,85
o
dan 22,09
o
yang menunjukkan daerah amorf dan kristalin dari selulosa.
Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa pada grafik tepung kulit singkong dengan puncak pola difraksi yang semakin rapat, menunjukkan ukuran partikel yang
18,85 o
22,09 o
Universitas Sumatera Utara
53 besar dan terlihat pada grafik selulosa mikrokristalin yang semakin lebar puncak pola
difraksinya yang mengindikasi ukuran partikel selulosa mikrokristalin yang kecil hal ini dibuktikan dari perhitungan ukuran partikel kristal selulosa mikrokristalin dengan
metode Debye-Schererr dan didapat ukuran partikel kristal selulosa adalah 49,83 µm [46].
Dari grafik XRD tepung kulit singkong dan selulosa mikrokristalin terjadi perubahan dimana sebagian banyak puncak pada tepung kulit singkong telah
termodifikasi, hal ini disebabkan bagian amorf dari tepung kulit singkong telah terhidrolisis oleh asam sehingga bagian kristal meningkat menyebabkan kristanilitas
dari selulosa mikrokristalin meningkat [56]. Derajat Kristanilitas dari selulosa mikrokristalin dihitung menggunakan metode Segal dan didapat nilai derajat
kristanilitasnya adalah 92,59 [57].
Universitas Sumatera Utara
54
4.2 KARAKTERISTIK FOURIER TRANSFORM INFRA RED FTIR BAHAN PENYERASI ALKANOLAMIDA