penari dan bunyi-bunyian sangkuten gong bila ada upacara pemujaan di dalam rumah.
• Ujung kayu, ditempati keluarga tumpak bala seribu, merupakan anak beru Bena
kayu yang bertugas mengatur tamu yang bagaimanapun jumlahnya harus tertib.
4.1. Analisa Peranan Gender Dalam Pembentukkan Ruang Pada Arsitektur Tradisional Karo
Dalam menganalisa peranan gender dalam tulisan ini menurut uraian yang sudah dijabarkan bab dua, yaitu Sekilas Tentang Arsitektur Tradisional Karo.
Analisa dimulai dengan melihat pemetaan aktifitas dan teritorial gender laki-laki maupun perempuan didalam penggunaan ruang-ruang dan waktu.
Peranan gender di analisa dari proses pembangunan rumah tradisional mulai dari upacara ritual memulai pembangunan, pelaksanaan fisik konstruksinya, sampai
dengan memulainya penggunaan ruang- ruang yang ada, yang disertai dengan upacara-upacara adat, dapat diamati pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1. Analisa peranan gender dari proses pembangunan rumah tradisional yang disertai dengan upacara-upacara adat.
Kegiatan Gender
Gender Laki-Laki Gender Perempuan
Kesimpulan
• Tahapan awal
mendirikan rumah tahap
persada arih permufakatan.
Dominan
• Sebagai raja bakal
pemilik rumah bena kayu.
Dominan
• Persada arih
dilakukan antara bena kayu dengan istrinya
sebagai penentu kebijakan awal.
Peran gender laki-laki dan
perempuan sama-sama
dominan.
• Penentuan
pengadaan kayu Tidak dominan
• Dilakukan oleh seorang
Dominan
• Seorang anak gadis
Peran gender perempuan
FIRMAN EDDY : PERANAN GENDER DALAM ARSITEKTUR STUDI KASUS : ARSITEKTUR KARO, 2008 USU e-Repository © 2008
sebagai tanda dimulainya
pembangunan rumah nderasi
dukun dan dilakukan penebangan oleh
beberapa orang laki- laki.
tanggung yang masih perawan dan lengkap
orang tuanya ikut menentukan akan
kebaikan kayu. sangat
menentukan secara adat dan
ritual.
• Jaminan
terselenggarana pendirian rumah
Dominan
• Pemilik rumah
menjamin penyediaan bahan dan pelaksanaan.
• Tukang pande
menjamin penyelesaian pekerjaannya.
• Penghulu menetapkan
waktu pekerjaan, dan pemberi jaminan belit.
Tidak dominan
• Tidak terlibat dalam
kesepakatan penjaminan ini.
Peran gender laki-laki sebelum
upacara formal melakukan
kesepakatan untuk menjamin
terselesaikannya pembangunan
rumah.
• Upacara
pembangunan elemen-elemen
arsitektural dan sturktural.
Dominan
• Pihak anak beru dan
pengetua adat memimpin upacara
penaikkan balok, pendirian tiang,
pembuatan teras depan, dan elemen dinding.
Tidak dominan
• Pihak pemberi istri
kalimbubu selalu dilibatkan dalam
upacara seperti waktu menaikkan
balok-balok utama bangunan.
Peran gender laki-laki lebih
dominan dalam tahapan
pelaksanaan konstruksi
bangunan.
• Upacara
menyediakan tanah untuk
dapur ngelengkapi
taneh dapur Tidak dominan
• Walaupun dilakukan
oleh pihak anak beru penerima perempuan
dan masih dipimpin oleh seorang guru
dukun.
Dominan
• Walupun dari pihak
anak beru namun dilakukan oleh
perempuan yang masih gadis dan
lengkap keluarganya yang berhak
membawa dan menjunjung tanah
bakal dapur, mengisi, membawa ranting
kayu bersenandung. Peran gender
perempuan sangat dominan
menunjukkan peranannya
dalam menguasai dapur tungku.
• Memasuki
rumah baru dengan ritual
membawa dan menghidupkan
tunggu. Tidak dominan
• Anak beru simada
rumah penerima istri pengetua rumah dalam
posisi pasif dan menunggu.
Dominan
• Pihak pemberi istri
kalimbubu selaku pembawa tungku
simaba diliken dan yang memasang
tungku sebagai tanda dimulainya
penghunian rumah.
• Melibatkan istri
Peran gender perempuan
sangat dominan dalam ritual
memasuki atau memulai
penggunaan rumah.
FIRMAN EDDY : PERANAN GENDER DALAM ARSITEKTUR STUDI KASUS : ARSITEKTUR KARO, 2008 USU e-Repository © 2008
kemberahen kalimbubu dalam
upacara.
• Upacara
selesainya pengerjaan
rumah selamatan dan
persembahan bagi para begu.
Dominan
• Melibatkan pengetua
rumah siwaluh jabu jabu bena kayu, anak
beru, tukang pande, dan penghulu kampung,
dalam hal perlunasan biaya, imbalan, dan
pantangan rumah.
Tidak dominan
• Hampir tidak terlibat
dalam pelunasan biaya-biaya
pembangunan rumah. Peran gender
laki-laki sangat dominan
terutama dari pihak anak beru
dan tukang- tukang.
Dari proses pembangunan rumah tradisional mulai dari upacara ritual memulai pembangunan, pelaksanaan fisik konstruksinya, sampai dengan penggunaan ruang- ruang yang ada, yang disertai
dengan upacara-upacara adat, terlihat peranan gender perempuan dan gender laki-laki, terlihat sama- sama dominan.
Sumber : Hasil analisa tahun 2007
Kemudian peranan gender yang di analisa dari penggunaan ruang- ruang yang ada sehari-harinya termasuk pada hari-hari tertentu apabila ada acara adat
seberti kelahiran anak, kematian, dan lain-lainnya, dapat diamati pada tabel-tabel di bawah ini, didahuliui dengan tabel pemetaan aktifitas sebagai berikut:
Tabel 4.2. Pemetaan aktifitas gender terhadap ruang-ruang.
Pemetaan Aktifitas Gender Terhadap Ruang-Ruang Bapak laki-laki
• Sering berada di ruang satu kelompok keluarga di waktu pagi
hari pada saat tidur malam, bercengkrama dengan keluarganya, makan, dan bersiap- siap ke ladang, namun tidak dominan.
• Bersinteraksi dengan kelompok keluarga lainnya di pinggiran
lobah koridor, terutama diwaktu senggang, dan malam hari, namun tidak dominan.
• Pada saat upacara adat, mendominasi ruang komunal dari
keseluruhan ruang yang ada sebagai ruang publik. •
Sebagai jabu benana kayu keturunan pendiri kampung bangsa teneh atau simantek kuta yang berlaku sebagai pemimpin rumah
FIRMAN EDDY : PERANAN GENDER DALAM ARSITEKTUR STUDI KASUS : ARSITEKTUR KARO, 2008 USU e-Repository © 2008
baik kedalam maupun keluar, mendominasi ruang-ruang keluarga bersama dalam keseharian maupun bila ada masalah-
masalah dalam keluarga besar. •
Sering juga berada di bagian bawah rumah panggung untuk membersihkan kandang atau bahkan kadang-kadang memberi
makan apabila tidak ke ladang. •
Pada upacara adat kamatian, mendominasi ruang beranda teras ture untuk memandikan jenasah gender laki-laki.
• Pada upacara adat lainnya seperti upacara memasuki rumah,
dan menyediakan tanah untuk dapur, seorang guru dukun mendominasi ruang komunal yang ada.
Ibu perempuan •
Dominan berada di ruang satu kelompok keluarga di pagi hari sampai pada saat tidur malam, bercengkrama dengan
keluarganya, makan, dan bersiap membantu ke ladang. •
Dominan bersinteraksi dengan kelompok keluarga lainnya di pinggiran lobah koridor, hampir disepanjang hari bila tidak
keluar rumah. •
Dominan berada di beranda teras ture sepanjang hari terutama bila menganyam mbayu, menjaga anak, memberi makan anak,
dan lain sebagainya, bahkan pada saat-saat saklar seperti saat melahirkan anak.
• Dominan pada area dapur tungku terutama pada saat pagi dan
siang hari, dan juga beriteraksi secara dominan dengan para tempat penyimpanan bahan makanan, alat dapur, perkakas
kerja, maupun tempat sesaji yang berada persis di atas dapur.
• Sering juga berada di bagian bawah rumah panggung untuk
memberi makan ternak, atau kadang-kadang turut membantu membersihkannya.
• Pada upacara adat seperti upacara menyediakan tanah untuk
dapur, dan upacara memasang tungku pihak gender perempuan menjadi tokoh sentral dan mendominasi ruang komunal yang
ada.
Sumber : Hasil analisa tahun 2007
Tabel 4.3. Analisa peranan gender penggunaan ruang-ruang yang ada sehari- hari, termasuk hari-hari tertentu bila ada acara adat.
FIRMAN EDDY : PERANAN GENDER DALAM ARSITEKTUR STUDI KASUS : ARSITEKTUR KARO, 2008 USU e-Repository © 2008
Ruang Gender Perempuan
Gender Laki-Laki
• Ruang satu kelompok
keluarga sebagai ruang tidur, makan,
dan berinteraksi terhadap
keluarganya •
Gang antara kedua kelompok keluarga
lobah koridor. •
Ruang komunal bila ada acara adat
• Dapur tungku
• Beranda ture
• Area bawah lantai
kandang •
Tempat penyimpanan para
• Dominan
• Dominan
• Dominan
• Dominan
• Dominan
• Dominan
• Dominan
• Dominan
8 keluarga di dalam rumah
siwaluh jabu
Tampak bahwa peranan gender perempuan mendominasi penggunaan ruang-ruang yang ada di dalam rumah tradisional Karo dengan mengumpulkan 6 nilai
dominasi dibandingkan dengan gender laki-laki yang hanya 2 nilai dominasi
Sumber : Hasil analisa tahun 2007
Dari analisa di atas, terilihat bahwa peranan gender pada rumah tradisional Karo dapat berlaku pada upacara-upacara ritual pembuatan rumah dan pemakaian
ruang-ruang yang ada, dan tampak peranan gender perempuan lebih mendominasinya. Namun yang menjadi perbandingan adalah bagaimana peranan
gender dan fungsinya terhadap ruang-ruang yang ada di rumah Karo pada saat itu masih terlihat pada rumah orang Karo kontemporer. Hal inilah yang akan dilihat pada
pengkajian berikutnya.
FIRMAN EDDY : PERANAN GENDER DALAM ARSITEKTUR STUDI KASUS : ARSITEKTUR KARO, 2008 USU e-Repository © 2008
Dari keseluruhan analisa ini, dapat dilihat bahwa rumah tersebut direncanakan berdasarkan kebutuhan untuk beberapa keluarga, yang berdasarkan atas
tata cara adat budaya. Beberapa aspek yang berdasarkan kebudayaan diantaranya terlihat dengan
adanya prosesi upacara dari awal pembangunan rumah dan ruang komunal yang cukup luas yang digunakan untuk acara-acara kekeluargaan dan adat. Dengan site
yang efisien disertai ornamen, aksesories eksterior yang sederhana, dan konsepsi struktural yang juga ditentukan oleh ketentuan adat, seperti keharusan untuk
mengadakan pemena tempat sirih, juga terdapat beberapa perabot sakral, seperti tempat duduk khusus untuk pemimpin. Juga terdapat aturan-aturan adat dalam
pembagian ruang-ruang dan penggunaannya, termasuk konsepsi sirkulasi. Di rumah ini perletakan lahan perternakan ditempatkan di bawah bangunan.
Juga terdapat beberapa aspek yang mengambarkan peranan gender dalam pembentukkan rumah tradisional Karo, seperti pada ruang-ruang komunal pada saat-
saat dilakukan upacara adat, tampak gender laki-laki lebih dominan. Sedangkan hampir semua ruang yang digunakan sehari-hari merupakan ruang-ruang yang
sangat dominan digunakan oleh gender perempuan. Di sini terlihat bahwa peranan gender dapat mempengaruhi didalam pembentukkan bangunan rumah tradisional
Karo.
FIRMAN EDDY : PERANAN GENDER DALAM ARSITEKTUR STUDI KASUS : ARSITEKTUR KARO, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB V PERANAN GENDER DALAM PEMBENTUKKAN RUANG