BAB III KAJIAN PUSTAKA
3.1. Pemahaman Gender
Gender tidak sama dengan jenis kelamin karena gender adalah perbedaan tingkah laku antar jenis kelamin yang dikonstruksikan oleh masyarakat. Gender
secara konseptual berbeda dengan jenis kelamin sex, dia lebih bermakna sebagai perilaku sosial, sehingga untuk memahami konsep gender harus dibedakan dengan
pengertian jenis kelamin yang merupakan pemberian Tuhan kodrat. Sementara gender sifatnya bukan biologis dan bukan pula kodrat Tuhan, melainkan diciptakan
oleh masyarakat melalui proses sosial dan budaya yang panjang. Gender menurut Mansour Fakih 1996, gender: “walaupun merupakan suatu sifat yang melekat pada
kaum laki-laki maupun perempuan, tetapi merupakan konstruksi secara sosial maupun kultural”. Identifikasinya berupa maskulinitas dan feminitas, maskulin
adalah karakteristik seksual yang bersifat kelaki-lakian, dan feminin adalah karakteristik seksual yang bersifat kewanitaan.
Mansour Fakih 1996 memahami gender terutama berkaitan dengan adanya unsur-unsur yang melekat dan sifatnya bertolak belakang dualisme. Sedangkan
Mosse dalam Chaze, 1996 menyatakan bahwa gender sebenarnya secara biologis sudah melekat ketika manusia dilahirkan, namun berbeda dengan jenis kelamin yang
secara fisiologis biologis dapat dikenali, laki-laki dan perempuan. Gender cenderung
FIRMAN EDDY : PERANAN GENDER DALAM ARSITEKTUR STUDI KASUS : ARSITEKTUR KARO, 2008 USU e-Repository © 2008
bersifat abstrak, dia berada pada aras konseptual. Gender menjadi isu sosial karena memang dikonstruksikan oleh masyarakatnya sendiri, baik disengaja atau pun tidak.
Menurut Illich 1982 bahwa gender adalah sesuatu yang lain dan lebih dari sekedar jenis kelamin. Ia mengisyaratkan polaritas sosial yang sifatnya fundamental
dan takkan serupa di dua tempat yang berlainan. Apa yang tak bisa atau yang harus bisa dilakukan seorang lelaki berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain. Namun
selama ini fakta penting itu selalu lolos dari mata para antropolog sosial, dan peristilahan mereka telah menjadi topeng unisex yang menutupi kenyataan. Gender
dapat digunakan untuk membeda-bedakan tempat, waktu, alat-alat, tugas-tugas, bentuk-bentuk wicara, gerak-gerik, dan persepsi, yang dihubungkan dengan lelaki,
dan perempuan dalam kebudayaan. Asosiasi itu membentuk gender sosial karena ia secara khusus terikat pada tempat dan waktu tertentu. Gender mengisyaratkan
keterkaitan saling melengkapi komplementer yang sifatnya sukar diterka dan tidak simetris, hanya metafora yang dapat meraihnya. Transisi dari dominasi gender
menjadi dominasi jenis kelamin merupakan perubahan kondisi manusia yang tanpa preseden. Pada masyarakat industri saat ini dimana perempuan memiliki kesetaraan
ekonomis dengan kaum lelaki, apapun corak ekonomisnya, perempuan selalu memperoleh lebih sedikit dibanding lelaki.
Dari beberapa pendapat diatas tentang gender maka dapat disimpulkan bahwa gender adalah lebih kepada konstruksi sosial yang ditentukan oleh kultur dalam
hubungannya dengan pembentukkan ruang pada sebuah rumah.
FIRMAN EDDY : PERANAN GENDER DALAM ARSITEKTUR STUDI KASUS : ARSITEKTUR KARO, 2008 USU e-Repository © 2008
3.2. Gender Dalam Konteks Arsitektur Tradisi Dan Tradisional