Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pengembangan Wilayah Kabupaten Toba Samosir

(1)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

KABUPATEN TOBA SAMOSIR

T E S I S

OLEH :

BOBBY NELSON BATUBARA

097003056

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

KABUPATEN TOBA SAMOSIR

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Wilayah dan Desa pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

OLEH :

BOBBY NELSON BATUBARA

097003056

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR

Nama Mahasiswa : BOBBY NELSON BATUBARA Nomor Pokok : 097003056

Program Studi : PERENCANAAN WILAYAH DAN DESA

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak) Ketua

(Dr. Rujiman, SE, MA) Anggota

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE)

Direktur,


(4)

Tanggal Lulus : 12 Januari 2012

Tanggal diuji pada

Tanggal : 12 Januari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak Anggota : 1. Dr. Rujiman, SE, MA

2. Dr. Tavi Supriana, MS 3. Dr. H.B Tarmizi, SE, SU 4. Agus Suriadi, S.Sos, M.Si


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan Tesis yang berjudul :

“PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR”.

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Desember 2011 Yang membuat pernyataan


(6)

ABSTRAK

Tesis ini menjelaskan pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Lain-lain PAD yang Sah terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dikaitkan dengan pengembangan wilayah Kabupaten Toba Samosir.

Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data runtun waktu (time series) selama 8 tahun yaitu tahun 2002-2009. Objek yang diteliti adalah hasil laporan keuangan pemerintah Kabupaten Toba Samosir tentang komponen Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Lain-Lain PAD yang Sah serta PDRB Kabupaten Toba Samosir dalam bentuk laporan triwulan selama delapan tahun yaitu tahun 2002-2009 terdiri dari 32 triwulan. Laporan keuangan selama 32 triwulan dijadikan sampel dalam penelitian. Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder dan pengolahan data menggunakan teknik analisis Regresi Berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pajak Daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Toba Samosir. Karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak daerah sabagai salah satu sumber pendapatan asli daerah yang digunakan dalam membiayai pembangunan daerah melalui APBD. Retribusi Daerah dan Lain-lain PAD yang Sah berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan bersifat meningkatkan PDRB Kabupaten Toba Samosir.

Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah (PAD), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Lain-lain PAD yang Sah


(7)

ABSTRACT

The thesis examined effect of Legal Local Taxes, Levies, Other Regional Income on Gross Regional Domestic Product (GDP) associated with regional development of Toba Samosir.

Data in the study was time series, ranging from 2002 to 2009 (8 years). Object under study is the result of government financial reports Toba Samosir of components revenue consists of local taxes, levies, and other legitimate revenue and GDP Toba Samosir District in the form of quarterly reports of submarine 8 years from 2002 to 2009 consists of 32 quarters. Quarterly financial statements during the 32 sampled in the study. Collected data is secondary data and data processing using multiple regression analysis techniques.

The result shows that local taxes would not significantly affect Gross Regional Domestic Product ( GDP) of Toba Samosir. Due to the lack of public awareness to pay local taxes as a source of revenue used to finance regional development through the regional budget. Levies and other legal regional incomes significant effect on the Gross Regional Domestic Product (GDP) and GDP is increasing Toba Samosir.

Keywords : Regional Income, Gross Regional Domestic Product (GDP), Local


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan tesis dengan

judul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pengembangan

Wilayah Kabupaten Toba Samosir”. Adapun penulisan tesis ini merupakan tugas akhir untuk mencapai derajat Strata Dua (S2) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara pada program Perencanaan Wilayah dan Desa (PWD).

Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak mengalami kesulitan-kesulitan namun dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Prof.Dr.Ir. A. Rahim

Matondang, MSIE yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Magister USU Medan pada studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Desa (PWD).

2. Bapak Prof.Dr.lic.rer.reg.Sirojuzilam,SE selaku Ketua Program Studi Sekolah

Pascasarjana USU Medan yang telah menyetujui judul dan membimbing penulis selama mengikuti pendidikan magister.

3. Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak yang bersedia menjadi Ketua Komisi

Pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan dan arahan sangat banyak dan bermanfaat bagi penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.


(9)

4. Bapak Dr. Rujiman, SE.MA selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan dan arahan yang sangat bermanfaat bagi penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

5. Ibu Dr. Tavi Supriana, MS, Bapak Dr. H.B. Tarmizi, SE, SU dan Bapak Agus

Suriadi, S.Sos, M.Si yang bersedia menjadi dosen penguji serta memberi saran dan masukan untuk kesempurnaan tesis ini.

6. Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten

Toba Samosir, Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Toba Samosir, Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir.

7. Buat orangtua Penulis yang telah banyak memberikan dukungan berupa doa,

moral dan materil bagi Penulis, serta seluruh keluarga yang juga memberikan semangat bagi Penulis untuk menyelesaikan pendidikan Magister di Sekolah Pascasarjana USU Medan.

8. Buat istriku Rani Imelda Marisi, S.Kom yang telah setia menemani penulis

untuk menyelesaikan pendidikan Magister di Sekolah Pascasarjana USU Medan.

9. Pengelola, Dosen Pengajar dan Staf Sekretariat Magister Sekolah Pascasarjana

pada program Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Desa Universitas Sumatera Utara Medan.

10. Teman-teman PWD Sekolah Pascasarjana USU Angkatan 2010, yang penuh

dengan rasa persahabatan dalam memberi sumbangan pikiran dan semangat selama perkuliahan hingga menjadai kenangan yang tak terlupakan.


(10)

Dengan segala kerendahan hati, tulisan ini masih banyak kekurangan namun penulis berharap dapat memberikan manfaat sebagai bahan referensi untuk keperluan pengembangan ilmu pengetahuan dan kiranya tesis ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Medan, Januari 2012

Penulis,


(11)

RIWAYAT HIDUP

Bobby Nelson Batubara, lahir di Medan pada tanggal 05 April 1974, anak keenam dari enam bersaudara dari Bapak B.H Batubara dan Ibu D. Sibarani.

Pendidikan Penulis dimulai dari SD RK Setia Budi Medan tamat tahun 1987, SMP Methodist 7 Medan tamat tahun 1990, SMA Negeri 4 Medan tamat tahun 1993, dan kuliah S-1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Sumatera Utara Medan tamat tahun 2001.

Penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Toba Samosir sejak tahun 2006 sampai dengan sekarang.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Landasan Teori ... 6


(13)

2.1.2 Otonomi Daerah ... 9

2.1.3 Pendapatan Asli Daerah ... 12

2.1.4 Pajak Daerah ... 14

2.1.5 Retribusi Daerah ... 17

2.1.6 Lain-lain PAD Yang Sah ... 18

2.1.7 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 19

2.2 Penelitian Terdahulu ... 20

2.3 Kerangka Konseptual ... 21

2.4 Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Lokasi Penelitian ... 24

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

3.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 24

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 25

3.5 Model dan Teknik Analisa Data ... 25

3.5.1 Perumusan Model ... 25

3.5.2 Pengujian Normalitas Data ... 27

3.5.3 Pengujian Asumsi Klasik ... 27

3.5.3.1 Pengujian Heterokedastisitas ... 27


(14)

3.5.3.3 Pengujian Multikolinearitas ... 28

3.5.4 Pengujian Hipotesis ... 28

3.6 Definisi Operasional ... 29

3.6.1 Variabel Independent ... 29

3.6.2 Variabel Dependent ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 31

4.1.1 Pemerintahan ... 34

4.1.2 Penduduk dan Ketenagakerjaan ... 36

4.2 Hasil Penelitian ... 38

4.2.1 Deskripsi Data ... 38

4.2.2 Pengujian Normalitas Data ... 40

4.2.3 Pengujian Asumsi Klasik ... 41

4.2.2.1 Pengujian Heterokedastisitas ... 41

4.2.2.2 Pengujian Autokorelasi ... 42

4.2.2.3 Pengujian Multikolinearitas ... 43

4.2.4 Pengujian Hipotesis ... 44

4.2.4.1 Uji Statistik secara Parsial ... 45

4.2.4.2 Uji Statistik secara Serentak ... 51


(15)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

5.1 Kesimpulan ... 54

5.2 Saran ... 54


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Data Kecamatan, Nama Ibukota Kecamatan dan Jumlah

Desa serta Jumlah Kelurahan Tahun 2009 ... 34

4.2 Luas Wilayah Masing-masing Kecamatan, Banyaknya Penduduk, Dan Jarak Ibukota ke Kecamatan ke Ibukota Kabupaten Tahun 2009 ... 35

4.3 Luas Wilayah Masing-masing Kecamatan, Banyaknya Penduduk, Dan Kepadatan Penduduk Tahun 2009 ... 37

4.4 Deskripsi Data ... ... 39

4.5 Uji Autokorelasi . ... 42

4.6 Uji Multikolinearitas ... 44

4.7 Hasil Uji Statistik Pengaruh Variabel Pajak Daerah, Retribusi Daerah Dan Lain-lain PAD yang Sah terhadap PDRB ... 44


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Pilar-pilar Pengembnagan Wilayah menurut Misra (1977) ... 7

2.2 Pilar-pilar Pengembangan Wilayah menurut Budiharsono (2005) ... 8

2.3 Model Leviathan ... 16

2.4 Kerangka Konseptual Penelitian ... 22

4.1 Uji Normalitas .... ... 40


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Data Sampel PAD terhadap PDRB ... 59 2 Hasil Uji Regresi PDRB Harga Berlaku ... 60 3 Hasil Uji Regresi PDRB Harga Konstan ... 66


(19)

ABSTRAK

Tesis ini menjelaskan pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Lain-lain PAD yang Sah terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dikaitkan dengan pengembangan wilayah Kabupaten Toba Samosir.

Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data runtun waktu (time series) selama 8 tahun yaitu tahun 2002-2009. Objek yang diteliti adalah hasil laporan keuangan pemerintah Kabupaten Toba Samosir tentang komponen Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Lain-Lain PAD yang Sah serta PDRB Kabupaten Toba Samosir dalam bentuk laporan triwulan selama delapan tahun yaitu tahun 2002-2009 terdiri dari 32 triwulan. Laporan keuangan selama 32 triwulan dijadikan sampel dalam penelitian. Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder dan pengolahan data menggunakan teknik analisis Regresi Berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pajak Daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Toba Samosir. Karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak daerah sabagai salah satu sumber pendapatan asli daerah yang digunakan dalam membiayai pembangunan daerah melalui APBD. Retribusi Daerah dan Lain-lain PAD yang Sah berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan bersifat meningkatkan PDRB Kabupaten Toba Samosir.

Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah (PAD), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Lain-lain PAD yang Sah


(20)

ABSTRACT

The thesis examined effect of Legal Local Taxes, Levies, Other Regional Income on Gross Regional Domestic Product (GDP) associated with regional development of Toba Samosir.

Data in the study was time series, ranging from 2002 to 2009 (8 years). Object under study is the result of government financial reports Toba Samosir of components revenue consists of local taxes, levies, and other legitimate revenue and GDP Toba Samosir District in the form of quarterly reports of submarine 8 years from 2002 to 2009 consists of 32 quarters. Quarterly financial statements during the 32 sampled in the study. Collected data is secondary data and data processing using multiple regression analysis techniques.

The result shows that local taxes would not significantly affect Gross Regional Domestic Product ( GDP) of Toba Samosir. Due to the lack of public awareness to pay local taxes as a source of revenue used to finance regional development through the regional budget. Levies and other legal regional incomes significant effect on the Gross Regional Domestic Product (GDP) and GDP is increasing Toba Samosir.

Keywords : Regional Income, Gross Regional Domestic Product (GDP), Local


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah daerah pada masa lalu masih memungkinkan untuk mendapatkan bantuan khusus dari pemerintah pusat jika mengalami kesulitan keuangan atau kurang mampu membangun prasarana yang sangat dibutuhkan di wilayahnya. Perubahan paradigm pemerintahan pada masa sekarang ini ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999, pemerintah pusat mencoba meletakkan kembali arti penting otonomi daerah pada posisi yang sebenarnya, yaitu bahwa otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundangan. Tujuannya antara lain adalah untuk mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Kewenangan daerah tersebut mencakup seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain.

Sejalan dengan kewenangan tersebut, Pemerintah Daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerah melalui pendapatan asli daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil badan usaha milik daerah, dan


(22)

lain-lain PAD yang sah yang diharapkan dapat membantu pemerintah daerah untuk membiayai pembangunan. Ketergantungan pada bantuan pusat harus seminimal mungkin, sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi bagian keuangan sendiri terbesar.

Menggali pendapatan asli daerah tidak berarti menetapkan tarif yang tinggi dari objek yang ada ataupun memperbanyak jenis kutipan dari objek yang sama, karena apabila besarnya kutipan per jenis kegiatan di wilayah kita jauh melebihi kutipan di wilayah tetangga, hal ini bisa membuat investor memindahkan alokasi kegiatannya ke wilayah lain dan investor baru enggan masuk ke wilayah kita. Apabila hal ini terjadi, kerugian wilayah tersebut akan sangat besar karena pertumbuhan ekonomi akan sangat terhambat. Dengan dana yang tersedia, pemerintah daerah harus mampu memacu pertumbuhan ekonomi wilayah sehingga objek pajak menjadi bertambah. Kalau objek pajak bertambah, walaupun dengan menggunakan tarif yang wajar, pendapatan dari daerah akan terus meningkat. Ini berarti pemerintah daerah harus jeli dalam menetapkan visi, misi, srategi, dan prioritas dalam perencanaan pembangunan wilayah (Tarigan, 2004).

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pelaksanaan pembangunan. Hal ini ditunjukkan adanya kenaikan PDRB dari tahun ke tahun. PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang dapat memberikan petunjuk sejauh mana perkembangan ekonomi dan struktur ekonomi suatu daerah. Rata-rata PDRB Kabupaten Toba Samosir dari tahun 2002 hingga tahun 2009 sebesar Rp. 532.365.881.250,-. Sampai dengan tahun 2009


(23)

perekonomian Kabupaten Toba Samosir masih didominasi 3 (tiga) sektor yaitu sektor pertanian, sektor pariwisata, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Dengan dana yang diperoleh dari pendapatan asli daerah (PAD) tersebut pemerintah daerah diharapkan mampu mengembangkan wilayahnya masing-masing. Di samping itu dengan pengembangan wilayah juga diharapkan adanya peningkatan penerimaan daerah untuk membiayai urusan-urusan otonomi. Pengembangan wilayah dan otonomi daerah yang merupakan satu proposisi yang simetrik. Ini berarti pengembangan wilayah merupakan pendekatan terhadap pembangunan daerah dengan konotasi pembangunan terpadu yang akan meningkatkan penerimaan daerah untuk mendukung otonomi daerah. Sebaliknya dari sudut otonomi daerah, pengembangan wilayah dituntut mengembangkan sumber-sumber yang spesifik daerah (Mubyarto dan Budyanto, 1997). Atas latar belakang iniah maka peneliti tertarik untuk melakukan analisa tentang pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) terhadap pemngembangan wilayah Kabupaten Toba Samosir.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas permasalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah pajak daerah berpengaruh terhadap PDRB Kabupaten Toba Samosir ?

2. Apakah retribusi berpengaruh terhadap PDRB Kabupaten Toba Samosir?

3. Apakah lain-lain PAD yang sah berpengaruh terhadap PDRB Kabupaten Toba


(24)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh pajak daerah terhadap PDRB Kabupaten Toba

Samosir.

2. Untuk mengetahui pengaruh retribusi daerah terhadap PDRB Kabupaten Toba

Samosir.

3. Untuk mengetahui pengaruh lain-lain PAD yang sah terhadap PDRB Kabupaten

Toba Samosir.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Dengan meneliti pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) terhadap PDRB maka

dapat diketahui kemampuan pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah dalam mendukung pengembangan wilayah Kabupaten Toba Samosir pada masa otonomi daerah.

2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan

Kekayaan Daerah Kabupaten Toba Samosir dalam menetapkan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah.

3. Sebagai bahan studi bagi akademia untuk mengkaji pajak daerah dan retribusi


(25)

4. Sebagai tugas akhir peneliti untuk menyelesaikan studi di Sekolah Pasca Sarjana USU pada program Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Desa (PWD).


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengembangan Wilayah

Pada dasarnya pengembangan adalah proses dimana individu, kelompok, organisasi, institusi dan masyarakat meningkatkan kemampuannya untuk :

1. Menjalankan fungsi pokok, memecahkan masalah, menentukan dan

mencapai tujuan.

2. Memahami dan menghubungkan kebutuhan pengembangan mereka

dalam konteks yang luas dan dengan cara yang terus menerus (Milen, 2004).

Wilayah sebagai suatu kesatuan geografis memiliki potensi bagi dijalankannya suatu aktifitas pembangunan dan pengembangan wilayah. Dan wilayah (region) juga merupakan suatu unit geogarfi yang membentuk suatu kesatuan. Pengertian unit geografi adalah ruang sehingga bukan merupakan aspek fisik tanah saja, tetapi lebih dari itu meliputi aspek-aspek lain, seperti ekonomi, biologi, social, dan budaya (Wibowo dan Soetriono, 2004).

Menurut Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya merupakan peningkatan nilai manfaat wilayah bagi mayarakat suatu wilayah tertentu, mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat


(27)

kesejahteraan masyarakat yang rata-rata membaik, disamping menunjukkan lebih banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya. Sedangkan menurut Misra (1977) pengembangan wilayah ditopang oleh empat pilar (tetraploid discipline) yaitu geografi, ekonomi, perencanaan kota dan teori lokasi. Seperti terlihat pada gambar berikut ini :

Namun pendapat Misra mengenai pengembangan wilayah ini terlalu sederhana. Aspek biogeofisik tidak hanya direpresentasikan dengan teori geografi maupun teori lokasi. Oleh karena itu menurut Budiharsono (2005) pengembangan wilayah setidak-tidaknya perlu ditopang oleh 6 pilar/aspek, yaitu (1) aspek biogeofisik; (2) aspek ekonomi; (3) aspek social budaya; (4) aspek kelembagaan ; (5) aspek lokasi dan (6) aspek lingkungan.

GEOGRAFI EKONOMI

PERENCANAAN KOTA

TEORI LOKASI PENGEMBANGAN

WILAYAH


(28)

Dari gambar diatas dapat dilihat berbagai analisis yang dapat dilakukan terhadap pengembangan wilayah, yaitu aspek biogeofisik meliputi kandungan sumber daya hayati, sumber daya nirhayati, jasa-jasa maupun sarana dan prasarana yang ada di wilayah tersebut.

Sedangkan aspek ekonomi meliputi kegiatan ekonomi yang terjadi di sekitar wilayah. Aspek sosial meliputi budaya, politik, dan hankam yang merupakan pembinaan kualitas sumber daya manusia, posisi tawar (dalam bidang politik), budaya masyarakat serta pertahanan dan keamanan.

Aspek lokasi menunjukkan keterkaitan antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya yang berhubungan dnegan sarana produksi, pengelolaan maupun pemasaran. Aspek lingkungan meliputi kajian mengenai bagaimana proses produksi mengambil input apakah merusak atau tidak.

ASPEK BIOGEOFISIK

ASPEK LINGKUNGAN ASPEK

EKONOMI ASPEK

SOSIAL

ASPEK LOKASI ASPEK

KELEMBAGAAN

PENGEMBANGAN WILAYAH


(29)

Aspek kelembagaan meliputi kelembagaan masyarakat yang ada dalam pengelolaan suatu wilayah apakah kondusif atau tidak. Kelembagaan juga meliputi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah maupun lembaga-lembaga sosial ekonomi yang ada di wilayah tersebut.

Analisa pengembangan wilayah yang dilakukan dalam penelitian ini dilihat dari aspek ekonominya. Di dalam aspek ekonomi ini terdapat pendapatan asli daerah. Kemudian peneliti akan melihat pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) terhadap pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan pengembangan wilayah Kabupaten Toba Samosir.

2.1.2 Otonomi Daerah

Tekad pemerintah pusat untuk meningkatkan pemerintah daerah dalam mengelola daerahnya bersumber dari prinsip dasar yang terkandung dalam UUD 1945 Pasal 18 yang berbunyi : Pemerintahan daerah Indonesia atas dasar besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang, dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam system pemerintahan Negara dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa. UUD 1945 Pasal 18 tersebut dipertegas dengan lahirnya UU No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang kemudian direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.


(30)

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang dimaksud dengan otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Lebih lanjut Suparmoko (2002) menerangkan bahwa yang dimaksud dengan Daerah Otonom adalah kesatuan masyarakat hukum dengan daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakasrsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Dengan demikian Pemerintah Daerah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya dengan menggunakan potensi-potensi yang ada di daerahnya dan juga diharapkan mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah. Pada dasarnya terkandung tiga misi utama pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu : (1) meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan mensejahterakan masyarakat, (2) menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, dan (3) memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat (publik) untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan (Mardiasmo, 2002).


(31)

Dalam penjelasan UU Nomor 32 Tahun 2004 juga dinyatakan bahwa untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber-sumber keuangan sendiri, yang didukung oleh perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta antara propinsi dan kabupaten/kota yang merupakan prasyarat dalam sistem pemerintah daerah. Dengan desentralisasi administratif juga diharapkan adanya pelimpahan wewenang dan tanggung jawab terhadap sumber-sumber keuangan untuk menyediakan pelayanan publik. Pelimpahan wewenang tersebut menyangkut perencanaan, pendanaan dan pelimpahan manajemen fungsi-fungsi pemerintahan dari pemerintah pusat kepada aparat di daerah. Sehingga desentralisasi atau otonomi daerah menuntut pemerintah di daerah agar meningkatkan kemampuan dalam mengumpulkan pendapatan asli daerah untuk membiayai kegiatan di daerahnya dalam bentuk APBD.

Dengan demikian tujuan kebijakan desentralisasi adalah mewujudkan keadilan antara kemampuan dan hak daerah, peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan mengurangi subsidi dari pemerintah pusat, mendorong pembangunan daerah sesuai dengan aspirasi masing-masing daerah (Suparmoko, 2001).


(32)

2.1.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pemerintah daerah pada masa sekarang ini didorong untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengumpulkan sumber-sumber penerimaan daerah dengan maksud agar subsidi dari pemerintah pusat dapat dikurangi sehingga mengurangi beban APBN. Suparmoko (2002) menyatakan bahwa sumber penerimaan daerah terdiri dari : a) pendapatan asli daerah (PAD), b) dana perimbangan, c) pinjaman daerah dan d) lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pendapatan asli daerah sebagai sumber penerimaan daerah yang berasal dari daerah tersebut merupakan sumber dana yang peningkatannya sangat tergantung pada kemampuan pemerintah daerah itu sendiri.

Menurut UU NO. 33 Tahun 2004 bahwa Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah tersebut terdiri dari pajak dan retribusi daerah, keuntungan perusahaan milik daerah, hasil pengolahan kekayaan daerah, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah sumber pendapatan daerah yang murni digali oleh daerah sendiri, dan oleh karena itu daerah mempunyai keleluasaan penuh dalam memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan daerah sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah.

Dalam era otonomi daerah sekarang ini, daerah diberikan kewenangan yang lebih besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.


(33)

Tujuannya antara lain untuk lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, memudahkan masyarakat untuk memantau dan mengontrol penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), selain untuk menciptakan persaingan yang sehat antara daerah dan mendorong timbulnya inovasi.

Sejalan dengan kewenangan tersebut, kewenangan keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintah dan pembangunan di daerahnya melalui sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tuntutan peningkatan PAD semakin besar seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintah yang dilimpahkan kepada daerah disertai pengalihan personil, peralatan, pembiayaan dan dokumentasi (P3D) ke daerah dalam jumlah besar. Sumber-sumber penerimaan daerah yang potensial harus digali secara maksimal, namun tentu saja di dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk diantaranya adalah pajak daerah dan retribusi daerah yang memang telah sejak lama menjadi unsur PAD yang sama (Sidik, 2002).

Sejalan dengan hal diatas Suparmoko (2002) mengatakan peranan pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan daerah yang utama di samping dana perimbangan yang diperoleh dari hasil eksploitasi sumber daya alam akan sangat menentukan kekuatan APBD. Dengan demikian jelaslah bahwa pendapatan asli daerah juga menentukan upaya pemerintah dalam meningkatkan kemampuan keuangan daerah bagi penyelenggaraan rumah


(34)

tangganya sendiri yang dituangkan dalam APBD. Dana APBD tersebut kemudian digunakan untuk pembangunan daerah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Sehingga pembangunan yang dilakukan diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi di wilayah Kabupaten Toba Samosir.

Sehingga optmalisasi sumber-sumber PAD perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah. Untuk itu diperlukan intensifikasi dan ekstensifikasi subjek dan objek pajak daerah.

2.1.4 Pajak Daerah

Halim (2007) menyatakan Pajak Daerah merupakan Pendapatan Daerah yang berasal dari pajak. Lebih lanjut Kesit (2003) menyatakan bahwa Pajak Daerah merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan undang-undang yang berlaku, yang hasilnya digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Mardiasmo (1992) yang dimaksud dengan pajak daerah adalah pajak yang dipungut Daerah berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh Daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga Pemerintahan Daerah tersebut.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, bahwa Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak


(35)

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Wewenang mengenakan pajak atas penduduk untuk membiayai layanan masyarakat merupakan unsur penting dalam pemerintahan daerah. Dalam kehidupan bernegara yang layak, pajak merupakan sumber pendapatan yang utama untuk membiayai kegiatan pemerintah dalam menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang tidak dihasilkan oleh swasta. Pajak disamping berperan sebagai sumber pendapatan (budgetary function) yang utama juga berperan sebagai alat pengatur (regulatory function). Secara makro (regional) yaitu untuk seluruh kabupaten atau kota pengenaan pajak langsung seperti pajak kendaraan bermotor akan mengurangi tingkat pendapatan yang dapat dibelanjakan. Oleh karena itu perlu dipahami apa dampaknya terhadap individu wajib pajak maupun terhadap perekonomian secara keseluruhan.

Pada umumnya setiap kegiatan, termasuk pemungutan pajak, dapat dikaji atau dinilai menurut dampaknya terhadap efisiensi (tingkat output yang dihasilkan) atau distribusi (pemerataan beban dan manfaatnya). Pendapatan asli daerah yang berasal dari pajak daerah merupakan bagian pendapatan asli daerah yang terbesar, kemudian disusul dengan pendapatan yang berasal dari retribusi daerah (Suparmoko, 2002).

Penggalian sumber-sumber keuangan daerah yang berasal dari pajak daerah ditentukan oleh 2 (dua) hal, yaitu : dasar pengenaan pajak dan tarif pajak. Pemerintah Daerah cenderung untuk menggunakan tarif yang tinggi agar


(36)

diperoleh total penerimaan pajak daerah yang maksimal. Pengenaan tarif pajak yang lebih tinggi, secara teoritis tidak selalu menghasilkan total penerimaan maksimum. Hal ini tergantung pada respons wajib pajak, permintaan dan penawaran barang yang dikenakan tarif pajak lebih tinggi. Formulasi model ini dikenal sebagai Model Leviathan.

Model Leviathan ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa peningkatan penerimaan pajak daerah tidak harus dicapai dengan menggunakan tarif pajak yang terlalu tinggi, tetapi dengan pengenaan tarif pajak yang lebih rendah dikombinasikan dengan struktur pajak yang meminimalkan penghindaran pajak dan respon harga dan kuantitas barang terhadap pengenaan pajak sedemikian rupa, maka akan dicapai Total Penerimaan Maksimum (Sidik, 2002).

Tarif Pajak Daerah

Kurva Laffer

Total Penerimaan Daerah t*

T*


(37)

2.1.5 Retribusi Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintahan Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Disamping pajak daerah, sumber pendapatan asli daerah yang cukup besar peranannya dalam menyumbang pada terbentuknya pendapatan asli daerah adalah retribusi daerah. Di beberapa daerah pendapatan yang berasal dari retribusi daerah dapat lebih besar daripada pendapatan dari pajak daerah.

Pemungutan retribusi dibayar langsung oleh mereka yang menikmati suatu pelayanan, dan biasanya dimaksudkan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya pelayanannya. Selanjutnya retribusi hanya akan berpengaruh pada kesediaan menggunakan atau permintaan terhadap jasa atau pelayan maupun produk yang dihasilkan oleh pemerintah. Oleh karena itu retribusi tidak seperti halnya dengan pajak, retribusi hanya akan mengurangi konsumsi tetapi tidak mengurangi kemampuan dan kemauan untuk bekerja, menabung dan berinvestasi. Memang dengan retribusi itu berarti pengeluaran masyarakat akan bertambah, tetapi tidak akan signifikan sifatnya, sehingga tidak akan mempunyai dampak yang terlalu besar dalam perekonomian di daerah.


(38)

Tetapi retribusi dapat berpengaruh dalam hal distribusi pendapatan, karena retribusi dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk melindungi yang lemah dalam perekonomian dan membagikan beban masyarakat itu kepada kelompok berpenghasilan tinggi di daerah yang sama. Karena itu sistem retribusi yang progresif dapat bermanfaat untuk redistribusi pendapatan dalam masyarakat di daerah.

2.1.6 Lain-lain PAD yang sah

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dinyatakan bahwa lain-lain pendapatan asli daerah yang sah antara lain, hasil penjualan aset daerah dan jasa giro. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1978 tentang penerimaan sumbangan pihak ketiga kepada daerah ditegaskan bahwa penerimaan lain-lain antara lain berasal dari penerimaan sumbangan dari pihak ketiga oleh daerah atas dasar sukarela dan tidak mengikat serta dengan persetujuan DPRD Tk. II.

Penerimaan lain-lain pendapatan asli daerah (PAD) yang sah merupakan penerimaan yang didapat atas dasar sukarela sehingga tidak ada kewajiban pemerintah daerah untuk melakukan balas jasa atas pemberian yang dilakukan oleh pihak ketiga. Sehingga tidak menjadi beban pemerintah unutk melakukan timbal balik atas sumbangan yang diberikan. Namun sumbangan ini merupakan


(39)

tanggung jawab moral pemerintah daerah untuk mengalokasikannnya pada pembangunan infrastruktur daerah yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Pendapatan asli daerah tidak seluruhnya memiliki kesamaan, terdapat pula sumber-sumber pendapatan lainnya, yaitu penerimaan lain-lain yang sah, kelompok penerimaan lain-lain dalam pendapatan daerah Tingkat II mencakup berbagai penerimaan kecil-kecil, seperti hasil penjualan alat berat dan bahan jasa. Penerimaan dari swasta, bunga simpanan giro dan bank serta penerimaan dari denda kontraktor. Namun walaupun demikian sumber penerimaan daerah sangat bergantung pada potensi daerah itu sendiri.

2.1.7 Produk Domestik Reginal Bruto (PDRB)

PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang dapat memberikan petunjuk sejauh mana perkembangan ekonomi dan struktur ekonomi daerah. Produk Nasional Bruto (PNB) atau Produk Domestik Bruto (PDB) tersebut dapat dianggap sebagai indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum (Sirojuzilam, 2005).

Menurut Rahardja dan Manurung (2002) yang dimaksud dengan Produk Dosmetik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai barang dan jasa akhir, yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam satu periode (kurun waktu) dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada (berlokasi) dalam perekonomian tersebut. PDRB menurut harga berlaku artinya nilai barang dan jasa dihitung berdasarkan harga pada tahun yang bersangkutan yang berarti


(40)

termasuk kenaikan harga, sedangkan PDRB menurut harga konstan, nilai barang dan jasa yang dihasilkan dihitung berdasarkan tahun dasar.

Cara penghitungan PDRB atas dasar harga konstan telah menghilangkan pengaruh harga atau inflasi, sehingga dapat menunjukkan nilai yang sebenarnya (Widodo, 1990). Dengan mempedomani dan menghitung PDRB tersebut baik berdasarkan harga berlaku maupun berdasarkan harga konstan, dapat dilihat pertumbuhan ekonomi serta tingkat kemakmuran penduduk di suatu daerah, dimana tinggi rendahnya tingkat kemakmuran di suatu daerah biasanya diukur dengan besar kecilnya angka pendapatan perkapita yang diperoleh dari pembagian antara pendapatan regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

2.2 Penelitan Terdahulu

Samuel (2006) melakukan analisa pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam pengembangan wilayah Kabupaten Deli Serdang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh PAD terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara PAD terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Deli Serdang.

Keriahen (2005) melakukan analisa pengaruh otonomi daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) dan sektor-sektor berpotensi yang dapat dikembangkan di Pemerintah Kota Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sektor-sektor dari


(41)

PAD yang berpotensi untuk dapat dikembangkan dalam meningkatkan PAD di Pemerintah Kota Medan. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa PAD yang meliputi variabel pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain PAD yang sah berpengaruh signifikan terhadap PAD Kota Medan.

Sembiring (2001) melakukan analisis potensi PAD bagi pengembangan wilayah Kabupaten Karo. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh PAD terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karo. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan PAD berpengaruh signifikan terhadap PDRB dan pendapatan perkapita Kabupaten Karo.

Henri (2009) melakukan penelitian pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) terhadap belanja daerah di Kabupaten Toba Samosir. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah ada pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah terhadap belanja daerah di Kabupaten Toba Samosir. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan secara simultan pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain PAD yang sah berpengaruh positif terhadap belanja daerah di Kabupaten Toba Samosir.

2.3 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini pengembangan wilayah Kabupaten Toba Samosir dilihat melalui salah satu aspek saja yaitu aspek ekonomi. Di dalam aspek ekonomi terdapat komponen pendapatan asli daerah, yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah. Kemudian pendapatan asli daerah tersebut akan digunakan


(42)

pemerintah untuk pembangunan daerah Kabupaten Toba Samosir. Perkembangan PDRB dari tahun ke tahun dapat menunjukkan tingkat perkembangan perekonomian daerah secara makro, agregatif dan sektoral. Dengan adanya perkembangan PDRB dari tahun ke tahun diharapkan dapat mempengaruhi pengembangan wilayah di Kabupaten Toba Samosir.

Kerangka konseptual yang dijadikan dasar dalam penelitian ini adalah :

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Penelitian PENDAPATAN

ASLI DAERAH (PAD)

PAJAK DAERAH (X1)

RETRIBUSI DAERAH (X2)

LAIN-LAIN PAD YANG SAH (X3)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (Y)

PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR


(43)

2.4 Hipotesis Penelitian

Dari kerangka konseptual diatas maka rumusan hipotesis penelitian yang diajukan adalah:

1. Pajak daerah berpengaruh terhadap PDRB Kabupaten Toba Samosir.

2. Retribusi daerah berpengaruh terhadap PDRB Kabupaten Toba Samosir.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Toba Samosir, mulai bulan September sampai dengan Desember Tahun 2011 dengan mengambil objek penelitian di Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Toba Samosir.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan Pemerintahan Kabupaten Toba Samosir, dengan menggunakan data runtun waktu (time series) selama 8 tahun yaitu 2002-2009. Objek yang diteliti adalah hasil laporan keuangan pemerintahan Kabupaten Toba Samosir tentang Pendapatan Asli Daerah dalam bentuk laporan triwulan selama delapan tahun yaitu tahun 2002-2009 terdiri dari 32 triwulan. Laporan keuangan selama 32 triwulan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.

3.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi pada pengaruh pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah terhadap PDRB dalam pengembangan wilayah Kabupaten Toba Samosir.


(45)

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat time series dari tahun 2002 sampai dengan 2009 (8 tahun). Data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah yang terkait :

1. Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara.

2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Toba Samosir.

3. Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir.

4. Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Toba

Samosir.

3.5 Model dan Teknik Analisa Data 3.5.1 Perumusan Model

Untuk menguji apakah ada pengaruh antara Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan lain-lain PAD yang sah terhadap PDRB digunakan analisis regresi sebagai berikut :

Y = f (Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Lain-lain PAD yang sah)……...(1)

Fungsi diatas selanjutnya ditranformasikan dalam bentuk :

Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 dimana :

+ µ ………...……...……….(2)

Y = Produk Domestik Regional Bruto

Xi =

X

Pajak Daerah


(46)

X3 b

= Lain-lain PAD yang sah

0 = Konstanta

b1, b2, b3, b4

µ = error term

= Koefisien Regresi

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diambil dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2009 (8 tahun). Data ini kemudian dianalisi dalam bentuk laporan Triwulan setiap tahunnya selama delapan tahun menjadi 32 triwulan dijadikan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teori Insukrindo sebagai berikut :

Y1 = ¼ [ Yt + - 4,5/12 ( Yt – Y(t-1) ) ] Y2 = ¼ [ Yt + - 1,5/12 ( Yt – Y(t-1) ) ] Y3 = ¼ [ Yt + 1,5/12 ( Yt – Y(t-1) ) ] Y4 = ¼ [ Yt + 4,5/12 ( Yt – Y(t-1) ) ] dimana :

Y1 = data pada triwulan pertama Y2 = data pada triwulan kedua Y3 = data pada triwulan ketiga Y4 = data pada triwulan keempat Yt = data pada tahun berjalan Yt-1 = data pada tahun sebelumnya


(47)

3.5.2 Pengujian Normalitas Data

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang dimiliki distribusi normal. Untuk melihat normalitas digunakan data uji statistik.

3.5.3 Pengujian Asumsi Klasik

3.5.3.1 Pengujian Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Dasar analisisnya dapat dilihat :

1) Jika titik-titik yang membentuk pola yang teratur

(bergelombang, melebar kemudian menyempit). Maka identifikasikan telah terjadi heterokedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas

dan dibawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.


(48)

3.5.3.2 Pengujian Autokolerasi

Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode tertentu dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan pengujian Durbin Watson (DW). Jika nilai Durbin Watson terletak antara -2 sampai +2, maka tidak terjadi autokorelasi.

3.5.3.3 Pengujian Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independent. Jika terjadi korelasi maka terdapat masalah multikolinearitas. Pada model regresi yang baik tidak terdapat korelasi di antara variabel independent. Pendeteksiannya dengan menggunakan Tolerance value dan Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance value > 0,1 dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

3.5.4 Pengujian Hipotesis

Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, maka dilakukan pengujian terhadap variabel-variabel penelitian secara parsial dan simultan. Pengujian secara parsial digunakan uji statistik t. uji koefisien


(49)

regresi dengan uji t (t-test) diperlukan untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent.

Pengujian secara simultan digunakan uji signifikansi simultan (uji statistik F) yang bermnaksud unutk menjelaskan pengaruh variable independent terhadap variable dependent.

3.6 Definisi Operasional

3.6.1 Variabel Independent

Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Pajak daerah (X1

2. Retribusi Daerah (X

) adalah jumlah realisasi penerimaan pajak daerah. Realisasi pajak daerah meliputi realisasi berbagai jenis pajak daerah yang ada di Kabupaten Toba Samosir berdasarkan perundang-undangan (dalam rupiah).

2

3. Lain-lain pendapatan asli daerah (PAD) yang sah (X

) merupakan realisasi penerimaan dari retribusi yang dipungut dari masyarakat oleh pemerintahan Kabupaten Toba Samosir berdasarkan perundang-undangan (dalam rupiah).

3) merupakan

penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. Lain-lain PAD yang sah adalah penerimaan dalam bentuk sumbangan dari pihak ketiga kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Toba Samosir (dalam rupiah).


(50)

3.6.2 Variabel Dependent

Variabel dependent yang digunakan dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang merupak keseluruhan nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagi aktifitas ekonomi di Kabupaten Toba Samosir dalam satu periode (dalam rupiah).


(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Gambaran umum wilayah Kabupaten Toba Samosir pada bagian ini mencakup : geografi dan batas wilayah, pemerintahan, penduduk, dan ketenagakerjaan serta pertumbuhan ekonomi. Kabupaten Toba Samosir merupakan salah satu dari 33 Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 2.021,8 Km2

Pembangunan yang dilaksanakan daerah ini ke depan menitikberatkan pada bidang ekonomi dengan skala prioritas sektor pertanian, industri dan pariwisata. Penetapan skala prioritas pembangunan diatas berdasarkan pada potensi dan perkembangan kontribusi masing-masing sektor terhadap Produk Domestik Regional

. Kabupaten Toba Samosir terletak pada posisi 2º 03’ - 2º 40’ Lintang Utara, 98º 56’ - 99º 40’ Bujur Timur dengan batas wilayah sebagai berikut sebelah utara dengan Kabupaten Simalungun, sebelah selatan dengan Kabupaten Tapanuli Utara, sebelah timur dengan Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Asahan serta sebelah barat dengan Danau Toba dan Kabupaten Samosir. Kabupaten Toba Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi dengan ketinggian wilayah berkisar 900-2200 meter dari permukaan laut, dengan topografi dan kontur tanah yang beraneka ragam, yaitu datar, landai, miring dan terjal. Struktur tanahnya yang labil dan berada pada wilayah gempa tektonik dan vulkanik.


(52)

Bruto (PDRB) serta masalah yang timbul sebagai pengaruh krisis ekonomi yang melanda Indonesia yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara keseluruhan.

Di bidang pertanian, wilayah Kabupaten Toba Samosir memiliki lahan cukup luas dan subur untuk dikembangkan menjadi areal pertanian dalam rangka menunjang pertumbuhan industri. Selain tanahnya yang subur sebagaimana diungkapkan diatas, letak Kabupaten Toba Samosir juga sangat strategis dan menguntungkan di dalamnya ekspor hasil-hasil pertanian dan industri. Pada sektor pertanian, disamping peningkatan produksi pertanian tanaman pangan juga dikembangkan tanaman sayuran-sayuran seperti cabe, bawang merah, bawang putih, bawang daun, buncis, kenatng dan lain-lain yang berorientasi ekspor melalui program intensifikasi, ekstensifikasi, serta peningkatan kemampuan para petani.

Pada sektor perkebunan umumnya merupakan usaha yang dikelola secara swadaya oleh rakyat. Masih relatif kecil tanaman perkebunan yang dikelola oleh perusahaan perkebunan. Kopi merupakan komoditi andalan tanaman perkebunan rakyat yang merupakan prospek yang baik dengan luas tanam terluas dibanding tanaman perkebunan lainnya. Tanaman kopi ini tersebar di seluruh kecamatan. Kecamatan Habinsaran merupakan daerah yang mempunyai areal tanaman kopi terluas, yakni 944,25 Ha dengan produksi 785,45 ton.

Sub sektor peternakan dan perikanan pada umumnya di daerah ini dikelola oleh masyarakat sebagai usaha rumah tangga. Pada sektor peternakan meliputi sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, ayam, dan itik. Sub sektor peternakan dan perikanan di daerah ini diarahkan untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil


(53)

peternakan maupun perikanan sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada sektor industri yang diharapkan dapat mendukung perekonomian Kabupaten Toba Samosir terus dikembangkan melalui peningkatan industri kecil, menengah dan industri rumah tangga yang mampu memberdayakan masyarakat luas dan membuka lapangan kerja baru.

Selain sektor-sektor pembangunan tersebut diatas, sektor pariwisata di Kabupaten Toba Samosir juga tak kalah pentingnya untuk terus dikembangkan dan cukup potensial dalam meningkatkan pendapatan asli daerah ini. Kabupaten ini juga banyak menyimpan kekayaan dan keindahan alamnya, keanekaragaman adat istiadat penduduknya yang merupakan potensi yang cukup besar di bidang pariwisata. Objek-objek wisata baik pantai, danau, perkebunan, dan pegunungan di daerah ini yang menunjukkan keindahan alam, iklim, juga seni budayanya yang beranekaragam semuanya dapat dinikmati oleh para wisatawan yang mengunjunginya. Kabupaten

Toba Samosir mempunyai tidak kurang 20 objek wisata yang tersebar di berbagai

kecamatan dan sebahagian telah memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Objek-objek wisata yang terdapat di daerah ini yaitu kawasan wisata pantai dan danau, wisata alam, agrowisata seluruhnya cukup potensial untuk dikembangkan. Untuk mendukung semua objek wisata tersebut, di Kabupaten Toba Samosir juga terdapat berbagai fasilitas seperti hotel/penginapan, rumah makan/restauran dan usaha rekreasi atau tempat hiburan umum yang tersebar di wilayah Toba Samosir.


(54)

Tabel 4.1 Data Kecamatan, Nama Ibukota Kecamatan dan Jumlah Desa serta Jumlah Kelurahan Tahun 2009

NO KECAMATAN NAMA IBUKOTA JUMLAH KELURAHAN

JUMLAH DESA

1 Balige Balige 6 29

2 Laguboti Laguboti 1 21

3 Silaen Silaen 0 19

4 Habinsaran Parsoburan 1 16

5 Pintu Pohan Meranti Pintu Pohan 0 7

6 Borbor Borbor 0 7

7 Porsea Porsea 3 12

8 Ajibata Pardamean Ajibata 1 8

9 Lumban Julu Lumban Julu 0 11

10 Uluan Lumban Binanga 0 15

11 Sigumpar Sigumpar 1 9

12 Tampahan Gurgur 0 6

13 Siantar Narumonda Narumonda I 0 13

14 Nassau Lumban Rau Tengah 0 10

15 Parmaksian Pangombusan 0 10

16 Bonatua Lunasi Lumban Lobu 0 10

Jumlah 13 203

Sumber : BPS, Toba Samosir Dalam Angka 2009

4.1.1 Pemerintahan

Kabupaten Toba Samosir memiliki luas wilayah 2.021,8 Km2 terbagi

dalam 16 Kecamatan, 203 desa dan 13 kelurahan yang didiami oleh berbagai macam penduduk dengan beraneka etnis/suku bangsa, agama dan budaya. Kecamatan Balige yang merupakan ibukota kabupaten, pusat perdagangan, dan


(55)

pusat pemerintahan, jaraknya dengan kota-kota kecamatan sangat bervariasi. Dari 216 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Toba Samosir tahun 2009, sekitar 54,17 persen merupakan desa/kelurahan swakarya, 18,06 persen desa/kelurahan swadaya, dan sisanya 27,77 persen merupakan desa/kelurahan swasembada.

Tabel 4.2. Luas Wilayah Masing-masing Kecamatan, Banyaknya Penduduk, dan Jarak Ibukota ke Kecamatan ke Ibukota Kabupaten Tahun 2009

NO KECAMATAN

LUAS WILAYAH (Km2 BANYAK PENDUDUK (JIWA) )

JARAK KE IBUKOTA KABUPATEN (Km)

1 Balige 91.05 44,389 0

2 Laguboti 73.90 17,608 7

3 Silaen 172.58 12,281 15

4 Habinsaran 408.70 13,939 52

5 Pintu Pohan Meranti 277.27 6,911 39

6 Borbor 176.65 8,307 58

7 Porsea 31.45 11,059 19

8 Ajibata 72.80 6,990 60

9 Lumban Julu 90.90 7,341 40

10 Uluan 91.50 7,509 24

11 Sigumpar 25.20 6,843 11

12 Tampahan 24.45 5,558 10

13 Siantar Narumonda 22.20 5,850 16

14 Nassau 335.50 6,307 76

15 Parmaksian 45.98 8,164 23

16 Bonatua Lunasi 81.67 6,269 24

Jumlah 2,021.80 175,325.00


(56)

4.1.2 Penduduk dan Ketenagakerjaan

Kabupaten Toba Samosir pada Tahun 2009 memiliki penduduk sebanyak 175.325 jiwa, dengan jumlah rumah tangga (RT) 39.339 RT. Jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Toba Samosir lebih kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan pada tahun 2009. Jumlah penduduk Kabupaten Toba Samosir yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 86.326 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 88.999 jiwa. Dengan demikian rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Toba Samosir sebesar 96,99 persen. Angka ini menunjukkan bahwa setiap 100 perempuan terdapat sekitar 96,99 orang laki-laki. Dari 16 kecamatan tahun 2009 di Kabupaten Toba Samosir, ada 1 kecamatan yang memiliki jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuannya, yaitu Kecamatan Nassau dengan rasio jenis kelamin sebesar 100,16. Kecamatan dengan angka sex ratio terkecil di Kecamatan Porsea sebesar 93,92 persen. Kecendrungan ini menunjukkan bahwa kebanyakan laki-laki merantau ke luar daerah baik untuk mencari pekerjaan maupun tujuan melanjutkan pendidikan.

Dari 16 Kecamatan yang ada di Kabupaten Toba Samosir terdapat 2 kecamatan yang mempunyai luas wilayah yang lebih besar dibandingkan kecamatan lainnya yaitu : Habinsaran (408,70 Km2) dan Nassau (335,50 Km2). Kecamatan yang mempunyai luas wilayah lebih kecil dibandingkan Kecamatan

lainnya yaitu : Tampahan (24,45 Km2) dan Siantar Narumonda (22,20 Km2).


(57)

Balige (487,52 Jiwa/Km2) dan Porsea (351,64 Jiwa/Km2), sedangkan wilayah

yang jarang penduduknya yaitu : Nassau (18,80 Jiwa/Km2) dan Pintu Pohan

Meranti (24,93 Jiwa/Km2). Seperti yang terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Luas Wilayah Masing-masing Kecamatan, Banyaknya Penduduk dan Kepadatan Penduduk Tahun 2009

NO KECAMATAN

LUAS WILAYAH (Km2 RUMAH TANGGA ) PENDUDUK (JIWA) KEPADATAN (JIWA/KM2)

1 Balige 91.05 8,512 44,389 487.52

2 Laguboti 73.90 4,210 17,608 238.27

3 Silaen 172.58 2,943 12,281 71.16

4 Habinsaran 408.70 3,227 13,939 34.11

5 Pintu Pohan Meranti 277.27 1,449 6,911 24.93

6 Borbor 176.65 1,951 8,307 47.03

7 Porsea 31.45 2,578 11,059 351.64

8 Ajibata 72.80 1,604 6,990 96.02

9 Lumban Julu 90.90 1,766 7,341 80.76

10 Uluan 91.50 1,776 7,509 82.07

11 Sigumpar 25.20 1,704 6,843 271.55

12 Tampahan 24.45 1,104 5,558 227.32

13 Siantar Narumonda 22.20 1,466 5,850 263.51

14 Nassau 335.50 1,559 6,307 18.80

15 Parmaksian 45.98 1,983 8,164 177.56

16 Bonatua Lunasi 81.67 1,507 6,269 76.76

Jumlah 2,021.80 39,339 175,325.00 86.72

Sumber : BPS, Toba Samosir Dalam Angka 2009

Dari sekitar175.325 jiwa Penduduk Kabupaten Toba Samosir terdapat

62.843 orang atau 35,9 persen yang berumur dibawah 14 tahun mereka merupakan penduduk yang masih anak-anak dan 112.482 orang atau 64,1


(58)

kerja yang terdaftar pada tahun 2009 sebanyak 849 orang, dengan rincian 396 laki-laki dan 543 perempuan dan yang diterima kerja sejumlah 750 orang dari berbagai latar belakang pendidikan.

4.2 Hasil Penelitian

Data yang diperoleh dari penelitian dilapangan merupakan data sekunder. Berupa realisasi pajak daerah, retribusi daerah, lain-lain PAD yang sah dan data PDRB Kabupaten Toba Samosir dari tahun 2002 hingga tahun 2009.

4.2.1 Deskripsi Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir, Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Toba Samosir dan Badan Pembangunan Daerah Kabupaten Toba Samosir. Data penelitian ini berupa hasil laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Toba Samosir tentang pendapatan asli daerah (PAD) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam bentuk laporan triwulan selama 8 (delapan) tahun, yaitu tahun 2002 – 2009 terdiri dari 32 triwulan. Laporan keuangan selama 32 triwulan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.4, maka deskripsi statistik dari data penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :


(59)

1. Rata-rata Pajak Daerah dengan jumlah data 32 adalah 479.483.953,34 dengan standar deviasi 168.524.386,14 hal ini menunjukkan tidak ada out layer pada variabel pajak daerah karena standar deviasinya lebih kecil dari mean.

2. Rata-rata Retribusi Daerah dengan jumlah data 32 adalah

354.079.960,94 dengan standar deviasi 147.220.273,94 hal ini menunjukkan tidak ada out layer pada variabel retribusi daerah karena standar deviasinya lebih kecil dari mean.

3. Rata-rata Lain-lain PAD yang sah dengan jumlah data 32 adalah

1.618.064.260,75 dengan standar deviasi 992.274.349,24 hal ini menunjukkan tidak ada out layer pada variabel lain-lain PAD yang sah karena standar deviasinya lebih kecil dari mean.

4. Rata-rata PDRB dengan jumlah data 32 adalah 532.365.881.250 dengan

standar deviasi 150.950.468.073,31 hal ini menunjukkan tidak ada out layer pada PDRB karena standar deviasinya lebih kecil dari mean.

Tabel 4.4 Deskripsi Data

Mean Std. Deviation N

PDRB Harga Berlaku 532365881250.00 150950468073.313 32

Pajak Daerah 479483953.34 168524386.147 32

Retribusi Daerah 354079960.94 147220273.936 32


(60)

4.2.2 Pengujian Normalitas Data

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel dependent, variabel independent atau keduanya berdistribusi normal atau tidak. Apabila datanya menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas (Singgih, 2000).

Berdasarkan data yang diperoleh dari instansi terkait selanjutnya dengan bantuan komputer pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.


(61)

4.2.3 Pengujian Asumsi Klasik

4.2.3.1 Pengujian Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah ditemukan ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Uji Deteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas berpedoman pada titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas (Singgih, 2000)

Berdasarkan data yang diperoleh dari instansi terkait selanjutnya dengan bantuan komputer pada gambar 4.2 diperoleh uji deteksi Heteroskedastisitas yang menunjukkan titik-titik menyebar secara acak dan tersebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, artinya model regresi tidak menunjukkan terjadinya Heteroskedastisitas.


(62)

4.2.3.2 Pengujian Autokorelasi

Uji Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah ditemukan korelasi antar variabel kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) yang dapat dilihat pada tabel 4.5.

Uji deteksi ada atau tidaknya Autokorelasi berpedomen besaran Durbin-Watson (D-W) yang dari peroleh atas model regresi, apabila :

 Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

 Angka D-W diantara -2 sampai +2berarti tidak ada autokorelasi

positif.

 Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif (Singgih,

2000)

Berdasarkan data yang diperoleh dari instansi terkait selanjutnya dengan bantuan komputer diperoleh uji deteksi Autokorelasi dengan angka D-W 0,372 yaitu antara -2 sampai +2, artinya pada model tidak terdapat autokorelasi.

Tabel 4.5 Uji Autokorelasi

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .911a .830 .812 65483966017.780 .372

a. Predictors: (Constant), Lain-lain Pad yang Sah, Retribusi Daerah, Pajak Daerah b. Dependent Variable: PDRB Harga Berlaku


(63)

4.2.3.3 Pengujian Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah ditemukan korelasi antar variabel independent

Uji deteksi ada atau tidaknya multikolinieritas berpedoman pada besaran VIF dan tolerance suatu model regresi yang dapat dilihat pada tabel 4.6.

Variabel yang menyebabkan multikolinieritas dapat dilihat dari

 Mempunyai nilai varians inflation factor (VIF) lebih besar daripada nilai 10

 Mempunyai nilai Tolerance mendekati lebih kecil daripada 0,1

(Duwi Priyatno, 2009)

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS dan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Toba Samosir, selanjutnya dengan bantuan komputer diperoleh hasil uji multikolinieritas menunjukkan nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10, sehingga tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen.


(64)

Tabel 4.6 Uji Multikolinearitas

Model

Correlations Collinearity Statistics

Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant)

Pajak Daerah .814 .235 .100 .265 3.778

Retribusi Daerah .829 .591 .302 .298 3.354

Lain-lain Pad yang Sah -.615 -.597 -.306 .784 1.276

a. Dependent Variable: PDRB Harga Berlaku

4.2.4 Pengujian Hipotesis

Data Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Lain-lain PAD yang Sah berpengaruh terhadap PDRB diuji secara statistik pada α = 5% dengan hasil seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik Pengaruh variabel Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Lain-lain PAD yang Sah Terhadap PDRB

Variabel Model Significant

Koefisien Regresi T –hitung (p)

Konstanta 333196004382.62 6.344 0

Pajak Daerah 173.831 1.281 0.211

Retribusi Daerah 567.758 3.88 0.001

Lain-lain PAD yang Sah -52.662 -3.933 0.001

T -tabel = 1.701

F -tabel = 2.947

R2 = 0.911

Adj.R.Square = 0.812

F -hitung = 45.575


(65)

4.2.4.1 Uji Statistik secara Partial

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas maka diperoleh hasil uji statistik dengan memasukkan seluruh variabel bebas meliputi : (1) Pajak Daerah, (2) Retribusi Daerah. dan (3) Lain-lain PAD yang Sah dengan hasil berikut :

1. Variabel Pajak Daerah

Pajak daerah tidak berpengaruh nyata terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), hal ini terlihat dari nilai t hitung =1.281 <t tabel = 1.701 pada α 5%. Dapat pula dikatakan bahwa pajak daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan kepercayaan 95%. Tidak signifikannya pengaruh pajak daerah terhadap PDRB disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak daerah sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah yang digunakan dalam membiayai pembangunan daerah melalui APBD. Semakin tinggi penerimaan daerah dari pajak daerah seharusnya akan meningkatkan dana untuk pembangunan yang pada akhirnya akan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Pajak adalah salah satu bentuk peran masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi dan sumber pendapatan daerah yang penting untuk membiayai pemerintahan dan pembangunan daerah. Permasalahan yang dihadapi oleh daerah umumnya berkaitan dengan


(66)

penggalian sumber-sumber Pajak daerah, yang merupakan komponen PAD yang memiliki peran yang terbesar. Untuk itu diperlukan intensifikasi dan ekstensifikasi subjek dan objek pendapatan.

Dalam rangka intensifikasi kemampuan keuangan daerah, Pemerintah daerah melakukan berbagai kebijakan perpajakan, diantaranya dengan menetapkan UU Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pemberian kewenangan dalam pengenaan pajak dan retribusi daerah, diharapkan dapat mendorong Pemerintah Daerah terus berupaya untuk mengoptimalkan PAD, khususnya yang berasal dari Pajak Daerah. Pajak Daerah diharapkan bisa menjadi tulang punggung PAD. Jenis Pajak Daerah yang ada di Kabupaten Toba Samosir antara lain:

a) pajak reklame; b) pajak hiburan;

c) pajak penerangan jalan;

d) pajak pengambilan bahan galian golongan c;

Meski demikian, untuk mencegah hal-hal yang dapat merugikan masyarakat dan dunia usaha, UU membatasi pajak dan retribusi yang dapat dipungut oleh Pemerintah Daerah sebagai berikut: a) pendapatan yang cukup dan elastis; b) adil dan merata secara vertikal dan secara horizontal ; c) administrasi yang fleksibel ; d) secara politis


(67)

dapat diterima oleh masyarakat; dan d) Non-distorsi terhadap perekonomian.

Untuk mengoptimalkan potensi PAD, Pemerintah daerah memiliki dua alat utama (measures), yaitu policy measures dan

administrative measures. Policy Measures mengandalkan kebijakan

yang berwujud penerbitan ketentuan-ketentuan Pemerintah daerah yang menyangkut masalah pokok.

Pemerintah daerah melalui perda menetapkan obyek pajak, mengenai apa saja yang akan dikenai Pajak (basis transaksi / kebendaan). Kebijakan pungutan pajak daerah yang berdasarkan Perda tidak boleh tumpang tindih dengan pungutan pusat akan menimbulkan duplikasi pungutan. “Objek Pajak daerah bukan merupakan objek Pajak pusat”.

Peraturan daerah juga menetapkan subyek pemungutan Pajak, mengenai siapa saja yang akan dipajaki, baik sebagai pembayar, penanggung maupun entitas yang diminta membantu untuk mengumpulkan Pajak (collecting agent).

Ketentuan dalam perda juga menetapkan Tarif Pajak. Tarif bisa berbentuk prosentase atau jumlah rupiah tertentu. Tarif untuk Pajak Kabupaten/Kota ditetapkan dengan Peraturan daerah, tetapi tidak boleh lebih tinggi dari tarif maksimum yang telah ditentukan dalam UU.


(68)

Alat (measures) lain yang perlu dilaksanakan langkah-langkah administratif. Langkah ini berkaitan dengan kapasitas administratif pemerintah daerah, terutama di bidang yang berkaitan dengan pendapatan daerah seperti organisasi, sistem dan prosedur, sistem informasi, sumberdaya manusia.

Selanjutnya, ekstensifikasi perpajakan juga dapat dilakukan, yaitu melalui kebijaksanaan Pemerintah untuk memberikan kewenangan perpajakan yang lebih besar kepada daerah pada masa mendatang. Untuk itu, perlu adanya perubahan dalam sistem perpajakan Indonesia sendiri melalui sistem pembagian langsung atau beberapa basis Pajak Pemerintah Pusat yang lebih tepat dipungut oleh daerah.

Pembangunan yang dilakukan dapat meningkatkan PDRB Kabupaten Toba Samosir. Ini juga menunjukkan peran serta pajak daerah dalam meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Toba Samosir.

2. Variabel Retribusi Daerah

Retribusi daerah berpengaruh nyata terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), hal ini dilihat dari nilai t hitung = 3.880 > t tabel = 1.701 pada α 5%. Dapat pula dikatakan bahwa retribusi daerah berpengaruh signifikan terhadap PDRB dengan tingkat kepercayaan 95%. Dalam penelitian ini sektor retribusi daerah berpengaruh secara


(69)

signifikan terhadap PDRB disebabkan karena retribusi daerah juga merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang digunakan dalam membiayai pembangunan daerah melalui APBD. Didalam retribusi daerah masyarakat dikenakan retribusi karena telah menikmati fasilitas yang disediakan pemerintah daerah. Sehingga semakin jelas bahwa penerimaan retribusi daerah dapat langsung dirasakan oleh masyarakat manfaatnya. Karena dana yang dikumpulkan dari retribusi daerah tersebut digunakan pemerintah untuk pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan masyarakat setempat. Dan semakin tinggi pemerintah daerah dari retribusi akan meningkatkan dana untuk pembangunan yang pada akhirnya akan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Ini juga menunjukkan peran serta retribusi daerah dalam meningkatkan PDRB Kabupaten Toba Samosir.

Untuk meningkatkan pelaksanaan pembangunan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat serta peningkatan pertumbuhan perekonomian di daerah, diperlukan penyediaan sumber-sumber pendapatan asli daerah yang hasilnya memadai. Upaya peningkatan penyediaan pembiayaan dari sumber-sumber tersebut antara lain, dilakukan dengan peningkatan kinerja pemungutan, penyempurnaan dan penambahan jenis retribusi daerah, serta pemberian keleluasaan bagi daerah untuk menggali sumber-sumber penerimaan khususnya dari sektor Retribusi Daerah.


(70)

Pemerintah Kabupaten Toba Samosir melalui Peraturan Daerahnya telah menetapkan jenis-jenis retribusi daerahnya yaitu : a) retribusi parkir ditepi jalan umum;

b) retribusi terminal;

c) retribusi izin usaha dan trayek angkutan; d) retribusi tempat pendaratan kapal; e) retribusi pelayanan kesehatan;

f) retribusi penyelenggaraan pendaftaran penduduk dan catatan

sipil, dan

g) retribusi pendaftaran perusahaan.

Dari analisa ini dapat pula dilihat bahwa pengenaan retribusi daerah di wilayah Kabupaten Toba Samosir bersifat positif yang artinya dapat meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

3. Variabel Lain-lain PAD yang sah

Lain-lain PAD yang sah berpengaruh nyata terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ini ter lihat dari nilai t hitung = 3.933 > t tabel = 1,701 pada α 5%. Dapat pula dikatakan bahwa lain-lain PAD yang sah berpengaruh signifikan terhadap PDRB dengan tingkat kepercayaan 95%. Dalam penelitian ini pemasukan lain-lain PAD yang sah memberikan pengaruh signifikan terhadap PDRB.


(71)

Merupakan seluruh pendapatan daerah selain PAD dan dana perimbangan, yang meliputi hibah, dana darurat, dan lain-lain pendapatan yang ditetapkan pemerintah. Hibah merupakan bantuan berupa uang, barang, dan/atau jasa yang berasal dari pemerintah, masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau luar negeri yang tidak mengikat.

Jenis lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah sesuai UU No. 33 Tahun 2004 disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yang antara lain: hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan secara tunai atau angsuran/cicilan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah, penerimaan komisi, potongan atau bentuk lain sebagaimana akibat dari penjualan atau pengadaan barang dan jasa oleh daerah, penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

4.2.4.2 Uji Statistik Secara Serentak

Berdasarkan Nilai F –tab dan F –hit diperoleh F –hit > F –tab; 45.575 > 2.947 artinya secara serentak variabel bebas meliputi : (1)


(72)

Pajak Daerah, (2) Retribusi Daerah dan (3) Lain-lain PAD yang Sah berpengaruh signifikan terhadap PDRB.

Secara serentak variabel bebas meliputi : (1) Pajak Daerah, (2) Retribusi Daerah dan (3) Lain-lain PAD yang Sah, dapat menjelaskan

variasi perubahan yang terjadi pada variabel PDRB sebesar 81,2%. Hal

ini ditunjukkan oleh nilai R-Square sebesar 0.812 sedangkan sisanya 8,8% dipengaruhi oleh faktor lain.

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti pada tabel 4.6 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

PDRB = 333196004382.62 + 173,831PD + 567,758 RD – 56,662 LPAD

Dimana :

PD = Pajak Daerah

RD = Retribusi Daerah

LPAD = Lain-lain PAD yang sah

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto

4.3 Pembahasan

Dari hasil penelitian diperoleh Persamaan Regresi dan diinterpretasikan sebagai berikut :


(73)

1. Konstanta sebesar 333.196.004.382,62 artinya apabila pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah bernilai nol, maka PDRB sebesar Rp. 333.196.004.382,62.

2. Koefisien regresi pajak daerah sebesar 173,831 artinya apabila pajak daerah

meningkat Rp. 1 akan berdampak peningkatan PDRB sebesar Rp. 173,831.

3. Koefisien regresi retribusi daerah sebesar 567,758 artinya apabila retribusi

daerah meningkat Rp. 1 akan berdampak peningkatan PDRB sebesar Rp. 567,758.

4. Koefisien regresi lain PAD yang sah sebesar -56,662 artinya apabila

lain-lain PAD yang sah meningkat Rp. 1 akan berdampak berkurang PDRB sebesar Rp. 56,662.

5. Faktor positif yang paling dominan mempengaruhi PDRB berturut-turut adalah

retribusi daerah dan pajak daerah. Sebaliknya lain-lain PAD yang sah berpengaruh negatif.


(74)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan dari penelitian ini, yaitu :

1. Pajak daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Toba Samosir, sehingga bersifat meningkatkan PDRB Kabupaten Toba Samosir..

2. Retribusi daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) dan bersifat meningkatkan PDRB Kabupaten Toba Samosir. Dalam penelitian ini retribusi daerah memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan pajak daerah.

3. Lain-lain PAD yang sah berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Toba Samosir, sehingga bersifat menurunkan PDRB Kabupaten Toba Samosir.

5.2 Saran

Dari kesimpulan yang dirangkum di atas, maka penulis ingin menyumbangkan beberapa saran sebagai berikut :


(75)

1. Bagi Pemerintah Kabupaten Toba Samosir disarankan untuk terus berusaha menggali lebih banyak lagi sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga ketergantungan Pemerintah Kabupaten terhadap Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi dalam pembangunan daerah dapat dikurangi.

2. Bagi Pemerintah Kabupaten Toba Samosir perlu meningkatkan usaha

pemungutan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Lain-lain PAD yang sah secara intensif dan aktif agar dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

3. Bagi Pemerintah Kabupaten Toba Samosir juga disarankan untuk melakukan

peninjauan kembali berbagai peraturan yang brkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

4. Dengan pengaruh retribusi daerah dan pajak daerah yang signifikan terhadap

PDRB, maka perlu dilakukan terobosan pada kebijakan Pemerintah Kabupaten Toba Samosir dalam konteks peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) berupa intensifikasi dan ekstensifikasi retribusi daerah dan pajak daerah.


(76)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2002, Toba Samosir Dalam Angka 2002, Penerbit BPS Toba

Samosir.

Badan Pusat Statistik, 2003, Toba Samosir Dalam Angka 2003, Penerbit BPS Toba

Samosir.

Badan Pusat Statistik, 2004, Toba Samosir Dalam Angka 2004, Penerbit BPS Toba

Samosir.

Badan Pusat Statistik, 2005, Toba Samosir Dalam Angka 2005, Penerbit BPS Toba

Samosir.

Badan Pusat Statistik, 2006, Toba Samosir Dalam Angka 2006, Penerbit BPS Toba

Samosir.

Badan Pusat Statistik, 2007, Toba Samosir Dalam Angka 2007, Penerbit BPS Toba

Samosir.

Badan Pusat Statistik, 2008, Toba Samosir Dalam Angka 2008, Penerbit BPS Toba

Samosir.

Badan Pusat Statistik, 2009, Toba Samosir Dalam Angka 2009, Penerbit BPS Toba

Samosir.

Badan Pusat Statistik, 2009, PDRB Kabupaten Toba Samosir Dalam Angka 2005-2009, Penerbit BPS Toba Samosir.

Budiharsono, Sugeng, 2005, Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan

Lautan,PT. Pradnya Paramita

Budiyanto, Retno dan Mubyarto, 1997, Program IDT dan Perekonomian Rakyat

Gugus Nusa Tenggara,Aditya Media Yogyakarta.

Gujarati, Damodar dan Sumarno Zain, 1999, Ekonometrika Dasar, PT. Erlangga

Jakarta.


(77)

Mahalli, Kasyful, 2005, Analisis Kebijakan Fiskal Kota Medan di Era Otonomi

Daerah, Jurnal Wahana Hijau Volume 1, Nomor 1, Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Sumatera Utara.

Mardiasmo, 1992, Perpajakan, Penerbit Andi Offset.

Milen, Anneli, 2004, Pegangan Dasar Pengembangan Kapasitas, Penerbit

Pembaruan.

Panggabean, Henri, 2009, Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah di Kabupaten Toba Samosir, Tesis PWD-USU Medan, tidak diterbitkan.

Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung, 2002, Pengantar Ilmu Ekonomi,

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

………, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pmerintahan Pusat dan Daerah.

………, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah.

Saggaf, Said, 1999, Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi di Kotamadya Daerah Tingkat II Pekanbaru, Tesis PWD-USU Medan, tidak diterbitkan.

Sembiring, Kawar, 2001, Analisa Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bagi Pengembangan Wilayah Kabupaten Karo, Tesis PWD-USU Medan, tidak diterbitkan.

Sidik, Machfud, 2004, Bunga Rampai Desentralisasi Fiskal, Direktorat Jendral

Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, Depdagri-Ditjen Otda. Sirojuzilam, 2005, Beberapa Aspek Pembangunan Regional, ISEI Bandung.

Sirojuzilam (2005), Regional Planning and Development (Kasus Medan), Jurnal

Wahana Hijau Volume I, Nomor 1, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.


(78)

Suparmoko, M., 2002, Ekonomi Publik,Penerbit Andi yogyakarta.

Tarigan, Robinson, 2004, Ekonomi Regional,Bumi Aksara.

Widodo, Suseno Triyanto, 1990, Indikator Ekonomi,Penerbit Kanisisus.

Wibowo, Rudi dan Soetriono, 2004, Konsep, Teori, dan Landasan Analisis Wilayah,


(1)

(2)

Lampiran 3. Hasil Uji Regresi PDRB Harga Konstan

De s c rip tive S ta tis tic s

Mean Std. Deviation N

PDRB Harga Konstan 351572747812.50 60104628389.103 32

Pajak Daerah 479483953.34 168524386.147 32

Retribusi Daerah 354079960.94 147220273.936 32

Lain-Lain PAD Yang Sah 1618064260.75 992274349.239 32

Co rre la tio n s

PDRB Harga Konstan Pajak Daerah Retribusi Daerah Lain-Lain PAD Yang Sah

Pearson Correlation PDRB Harga Konstan 1.000 .608 .664 -.507

Pajak Daerah .608 1.000 .836 -.455

Retribusi Daerah .664 .836 1.000 -.327

Lain-Lain PAD Yang Sah -.507 -.455 -.327 1.000

Sig. (1-tailed) PDRB Harga Konstan . .000 .000 .002

Pajak Daerah .000 . .000 .004

Retribusi Daerah .000 .000 . .034

Lain-Lain PAD Yang Sah .002 .004 .034 .

N PDRB Harga Konstan 32 32 32 32

Pajak Daerah 32 32 32 32

Retribusi Daerah 32 32 32 32

Lain-Lain PAD Yang Sah 32 32 32 32

Va ria b le s En te re d /Re m o ve d

Model Variables Entered Variables

Removed Method

1 Lain-Lain PAD Yang

Sah, Retribusi Daerah, Pajak Daerah

. a

Enter


(3)

Mo d e l S u m m a ry

Model

b

R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .731a .535 .485 43126685952.310 .405

a. Predictors: (Constant), Lain-Lain PAD Yang Sah, Retribusi Daerah, Pajak Daerah b. Dependent Variable: PDRB Harga Konstan

ANOVA

Model

b

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 59912047813142100000000.000 3 19970682604380700000000.000 10.737 .000a

Residual 52077509154415900000000.000 28 1859911041229140000000.000

Total 111989556967558000000000.000 31

a. Predictors: (Constant), Lain-Lain PAD Yang Sah, Retribusi Daerah, Pajak Daerah b. Dependent Variable: PDRB Harga Konstan

Co e ffic ie n ts

Model

a Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 304508597241.897 34591149073.907

8.803 .000

Pajak Daerah -7.336 89.338 -.021 -.082 .935

Retribusi Daerah 234.030 96.363 .573 2.429 .022

Lain-Lain PAD Yang Sah -19.952 8.818 -.329 -2.263 .032

a. Dependent Variable: PDRB Harga Konstan

Co e ffic ie n ts

Model

a

Correlations Collinearity Statistics

Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant)

Pajak Daerah .608 -.016 -.011 .265 3.778

Retribusi Daerah .664 .417 .313 .298 3.354

Lain-Lain PAD Yang Sah -.507 -.393 -.292 .784 1.276


(4)

Co llin e a rity Dia g n o s tic s

Model

a

Dimension Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions (Constant) Pajak

Daerah

Retribusi Daerah

Lain-Lain PAD Yang Sah

1 1 3.590 1.000 .00 .00 .00 .01

2 .347 3.217 .00 .01 .02 .42

3 .046 8.832 .64 .00 .29 .39

4 .017 14.580 .36 .99 .69 .19

a. Dependent Variable: PDRB Harga Konstan

Re s id u a ls S ta tis tic sa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 298618159104.00 461015744512.00 351572747812.5

0 43961877844.899 32

Std. Predicted Value -1.205 2.489 .000 1.000 32

Standard Error of Predicted Value 8128101888.000 28618526720.000 14414735674.67

2 5049870067.494 32

Adjusted Predicted Value 306256117760.00 483449634816.00 352190102045.7

8 46166486499.968 32

Residual -79923642368.000 107887828992.000 .000 40986822884.220 32

Std. Residual -1.853 2.502 .000 .950 32

Stud. Residual -1.940 2.635 -.006 1.007 32

Deleted Residual -87561592832.000 119668228096.000 -617354233.280 46151456243.066 32

Stud. Deleted Residual -2.047 2.983 -.006 1.063 32

Mahal. Distance .132 12.682 2.906 2.963 32

Cook's Distance .000 .189 .032 .050 32

Centered Leverage Value .004 .409 .094 .096 32


(5)

(6)