Pentingnya Pemupukan sesuai dengan Rekomendasi

pupuk ini akan menguntungkan banyak petani kecil. Sebaliknya pupuk yang diaplikasikan dapat menjadi tidak efesien untuk tanaman bilamana; a hara dari pupuk yang digunakan tersebut tidak diserap tanaman. Hal itu dapat terjadi karena bentuk pupuk, cara, waktu dan dosis yang diberikan kurang tepat, atau karena suatu hal tanaman sendiri tidak menyerap hara tersebut, dan b hara dari pupuk yang diserap tanaman tidak digunakan untuk pembentukan gabah, yang mungkin terjadi akibat beberapa faktor lingkungan tidak menunjang, misalnya kekurangan airkekeringan atau cuaca sering mendung atau hal-hal lainnya tidak seimbang Abdulrachman et al.2009.

2.5. Pentingnya Pemupukan sesuai dengan Rekomendasi

Menurut Kariyasa 2005, secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan tentang jenis dan jumlah pupuk yang digunakan dalam kegiatan berusahatani. Kedua faktor tersebut adalah faktor teknis-agronomis dan faktor sosial ekonomi. Faktor teknis-agronomis meliputi: a jenis paket teknologi yang direkomendasikan, b informasi teknologi dari sumber-sumber lain, c kemungkinan substitusi atau komplementaritas antar jenis pupuk, d pola tanam dalam setahun, dan e luas lahan yang diusahakan. Sementara faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan jumlah dan jenis pupuk: a harga pupuk itu sendiri, b harga pupuk yang lain, c harga input yang lain, d harga output dan e tingkat keuntungan usaha tani. Strategi pengelolaan hara yang efektif dan efesien selayaknya ditujukan untuk memaksimalkan penyerapan hara dari pupuk dan hara asli tanah ke dalam Universitas Sumatera Utara tanaman. Hal tersebut dapat diupayakan melalui pengelolaan tanaman yang baik agar dapat memanfaatkan sebaik mungkin hara yang tersedia, meminimalkan resiko gagal panen dengan menggunakan pupuk secara efesien sesuai dengan target hasil yang ditetapkan secara realistis dan ekonomis. Sebagai sumber hara, pupuk merupakan sarana produksi yang memegang peranan penting dalam meningkatkan produktivitas tanaman pangan Abdulrachman et al.2009. Penggunaan pupuk diusahakan secara efisien, agar diperoleh produksi yang optimal dan meningkatkan pendapatan petani serta tidak mencemari lingkungan. Dalam rangka program pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional, maka penerapan pemupukan berimbang harus dilakukan. Penerapan pemupukan berimbang akan meningkatkan efisiensi pemupukan, produksi tanaman, mampu menghemat pupuk dan devisa negara, dalam jangka panjang dapat mengurangi pencemaran lingkungan Hartatik W. dan Setyorini D, 2008 Pemupukan adalah tindakan memberikan tambahan unsur-unsur hara pada komplek tanah, baik langsung maupun tak langsung dapat menyumbangkan bahan makanan pada tanaman. Tujuannya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pertumbuhan tanaman. Tanaman memerlukan pemupukan, jika : 1 Tanah miskin hara; 2 Pertumbuhan tanaman terhambat walaupun sudah dilakukan penyiangan dan ditemukan gejala kekurangan unsur hara; 3 Pertumbuhan tanaman perlu dipercepat untuk mengurangi resiko akibat persaingan dengan gulma; dan 4 Ingin meningkatkan tambahan hasil per satuan luas pada akhir daur Soemarno, 2011. Universitas Sumatera Utara Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk ke dalam tanah untuk mencapai status semua hara esensial seimbang dan optimum dalam tanah, untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil pertanian, efisiensi pemupukan, kesuburan tanah serta menghindari pencemaran lingkungan. Jenis hara tanah yang sudah mencapai kadar optimum atau status tinggi, tidak perlu ditambahkan lagi, kecuali sebagai pengganti hara yang terangkut sewaktu panen. Pengertian pemupukan berimbang adalah pemenuhan hara yang berimbang dalam tanah, bukan berimbang dalam bentuk pupuk. Sumber hara dapat berupa pupuk tunggal, pupuk majemuk atau kombinasi keduanya Hartatik W. dan Setyorini D, 2008. Nilai uji tanah hanya merupakan ukuran bagi tingkat ketersediaan unsur hara dalam tanah. mereka tidak secara langsung menyatakan berapa banyak pupuk yang harus digunakan. Ini tergantung pada jenis tanaman, tingkat hasil yang diinginkan dan manfaat ekonomisnya. Dalam kondisi harga pupuk murah dibandingkan dengan harga tanaman, dan kalau biaya pemupukan hanya merupakan sebagian kecil dari biaya produksi, maka ada beberapa rekomendasi pupuk yang dapat dibuat, semuanya berdasarkan atas hasil uji tanah yang sama. Kemungkinan-kemungkinan ini adalah: 1. Menggunakan sedikit pupuk untuk mendapatkan hasil moneter setinggi mungkin dari uang yang dibelanjakan untuk pupuk. Hal ini sangat sesuai bagi petani miskin. 2. Menggunakan dosis pupuk yang lebih tinggi yang diharapkan akan menghasilkan manfaat setinggi-mungkin dari setiap hektar lahan. Ini merupakan dosis optimum. Universitas Sumatera Utara 3. Menggunakan dosis pupuk yang lebih tinggi lagi untuk meningkatkan kandungan hara tanah yang dapat dimanfaatkan bagi tanaman berikutnya. 4. Menggunakan pupuk untuk tanaman tertentu saja dalam sistem rotasi Soemarno, 2011. Penggunaan pupuk berlebih terjadi karena petani masih beranggapan bahwa pupuk urea merupakan pupuk pokok dan mutlak diperlukan, sementara pupuk lainnya seperti SP-36 dan KCl hanya merupakan pupuk pelengkap, sehingga seringkali dijumpai banyak petani yang tidak menggunakan pupuk KCl di samping karena harganya memang relatif mahal. Kedua, pemilikan lahan yang sempit 0.3 ha juga menyebabkan penggunaan pupuk kalau dikonversi ke dalam satu hektar menjadi sangat tinggi. Ketiga, tidak adanya ketepatan dalam menghitung luas pertanaman komoditas pangan padi. Penggunaan pupuk khususnya urea saat ini oleh petani sudah banyak yang melewati dosis yang dianjurkan, yaitu berkisar 300-500 kgha. Sedangkan dosis yang dianjurkan hanya 200-300 kgha Rachman et al , 2005 dan Syafaat et al, 2006. Penggunaan urea yang berlebih merupakan pemborosan karena akan meningkatkan biaya untuk pembelian pupuk serta biaya untuk mengaplikasikan juga akan bertambah, tetapi tidak akan memberikan dampak yang positif terhadap tanaman padi bahkan dapat menurunkan produksi. Sikap petani yang boros dalam menggunakan pupuk merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan kelangkaan pupuk Santoso, 2010. Besarnya pengeluaran per musim tanam per hektar usahatani padi sawah menurut jenis pengeluaran tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 2.3. Rata-rata Pengeluaran per Musim Tanam per Hektar Usaha Tani Padi Sawah Menurut Jenis Pengeluaran Tahun 2010 Ri ncian Nilai Rp Biaya BibitBenih 187.500 2,28 Pupuk 1.850.000 22,46 Pestisida 200.000 2,43 Tenaga Kerja Pra panen 3.800.000 46,13 AlatSarana Usaha 600.000 7,29 Tenaga Kerja Panen dan Pasca Panen 1.600.000 19,42 Jumlah 8.237.500 100 Sumber : Kementerian Pertanian, 2013 Pada Tabel diatas terlihat bahwa pupuk mempunyai proporsi sebesar 22,46 persen terhadap keseluruhan biaya produksi padi per hektar pada setiap musim tanamnya. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk mempunyai proporsi yang besar dalam biaya produksi padi sehingga penggunaan pupuk menjadi hal yang penting untuk diperhatikan, agar penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Penggunaan yang berlebihan akan menimbulkan pemborosan dalam biaya produksi dan apabila digunakan kurang dari yang dibutuhkan tanaman maka dapat menurunkan produksi. Rekomendasi pemupukan yang diterbitkan oleh Kementerian Pertanian dapat digunakan secara mandiri oleh penyuluh dan mantri tani untuk membantu petani dalam menentukan takaran pupuk secara lebih spesifik lokasi per hamparan, bahkan dapat sampai per petak sawah.

2.6. Tahap Perencanaan Kebutuhan Pupuk