Tabel 2.3. Rata-rata Pengeluaran per Musim Tanam per Hektar Usaha
Tani Padi Sawah Menurut Jenis Pengeluaran Tahun 2010 Ri
ncian Nilai Rp
Biaya
BibitBenih 187.500
2,28
Pupuk 1.850.000
22,46
Pestisida 200.000
2,43 Tenaga Kerja Pra panen
3.800.000 46,13
AlatSarana Usaha 600.000
7,29 Tenaga Kerja Panen dan
Pasca Panen 1.600.000
19,42
Jumlah 8.237.500
100
Sumber : Kementerian Pertanian, 2013 Pada Tabel diatas terlihat bahwa pupuk mempunyai proporsi sebesar 22,46
persen terhadap keseluruhan biaya produksi padi per hektar pada setiap musim tanamnya. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk mempunyai proporsi yang besar
dalam biaya produksi padi sehingga penggunaan pupuk menjadi hal yang penting untuk diperhatikan, agar penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
Penggunaan yang berlebihan akan menimbulkan pemborosan dalam biaya produksi dan apabila digunakan kurang dari yang dibutuhkan tanaman maka dapat
menurunkan produksi. Rekomendasi pemupukan yang diterbitkan oleh Kementerian Pertanian
dapat digunakan secara mandiri oleh penyuluh dan mantri tani untuk membantu petani dalam menentukan takaran pupuk secara lebih spesifik lokasi per
hamparan, bahkan dapat sampai per petak sawah.
2.6. Tahap Perencanaan Kebutuhan Pupuk
Pemerintah berkepentingan melakukan berbagai deregulasi kebijakan di bidang pupuk dengan maksud agar terwujud iklim yang kondusif bagi penyediaan
Universitas Sumatera Utara
pupuk di Indonesia, sehingga petani mudah dalam mendapatkan pupuk sesuai dengan kebutuhannya Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, 2013.
Dalam penerapan pemupukan berimbang dibutuhkan modal yang cukup, sedangkan kemampuan permodalan petani sangat terbatas dalam membiayai
kebutuhan usahataninya Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, 2012. Kebijakan pemerintah di bidang pupuk antara lain pemberian subsidi harga pupuk bagi
petani. Tujuan pemberian subsidi pupuk adalah untuk membantu petani, pekebun, peternak dan petambak dalam pengadaan pupuk bersubsidi sesuai azas 6 enam
tepat tepat jumlah, jenis, waktu, tempat, mutu dan harga Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, 2013.
Tahap perencanaan kebutuhan pupuk bersubsidi dilakukan secara bottom up yang artinya kebutuhan didefenisikan dari tingkat yang paling bawah petani.
Perhitungan kebutuhan pupuk bersubsidi melalui Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok RDKK dilakukan oleh PPL, KCD maupun mantri tani yang
diserahkan ke Dinas Pertanian KabupatenKota sebagai usulan ke Dinas Pertanian Provinsi untuk direkapitulasi sebagai usulan ke Menteri Pertanian. Usulan dari
setiap Provinsi akan direkapitulasi di Kementerian Pertanian dan akan dibahas oleh pemerintah bersama DPR-RI untuk mendapatkan anggaran subdisi
penyediaan pupuk. Dengan adanya rekomendasi pemupukan ini, diharapkan akan lebih
memudahkan petani dalam menyusun rencana kebutuhan pupuk, dimana perencanaan kebutuhan pupuk khususnya pupuk bersubsidi dilakukan secara
bottom up yang artinya kebutuhan direncanakan oleh petani di dalam kelompoktani melalui pendampingan dari PPL, KCD maupun mantri tani yang
Universitas Sumatera Utara
dituangkan dalam Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok RDKK yang akan diserahkan ke Dinas Pertanian KabupatenKota sebagai usulan ke Menteri
Pertanian. Usulan kebutuhan pupuk bersubsidi yang diterima di Kementerian Pertanian akan diusulkan ke DPR untuk mendapatkan persetujuan dengan
mempertimbangkan ketersediaan anggaran pemerintah untuk belanja negara dalam penyediaan subsidi pupuk. Perencanaan yang tidak baik seringkali
menyebabkan alokasi yang telah ditetapkan untuk suatu provinsi berbeda dengan jumlah yang terealisasi, baik yang terealisasi lebih besar dari yang direncanakan
maupun yang lebih kecil dari yang dialokasikan.
2.7. Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah di Kecamatan Tanjung