Kebijakan Pemerintah dalam Peningkatan Ketahanan Pangan

2010 2011 2012 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 985,5 1.091,4 1.190,4 Pertambangan dan Penggalin 719,7 879,5 970,6 Industri Pengolahan 1.599,1 1.806,1 1.972,9 Listrik, Gas dan Air Bersih 49,1 56,8 65,1 Konstruksi 660,9 754,5 861,0 Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Triliun Rupiah 2010 2011 2012 Perdagangan, Hotel dan Restoran 882,5 1.024,0 1.145,6 Pengangkutan dan Komunikasi 423,2 491,3 549,1 Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 466,5 535,2 598,5 Jasa-jasa 660,4 784,0 888,7 PDB 6.446,9 7.422,8 8.241,9 PDB tanpa Migas 5.942,0 6.797,9 7.604,8 Sumber : BPS. Berita Resmi Statistik, 2013. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

2.3. Kebijakan Pemerintah dalam Peningkatan Ketahanan Pangan

Pertanian mempunyai banyak fungsi antara lain adalah fungsi ketahanan pangan. Dalam ketahanan pangan, hal – hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah, kualitas pangan, kesehatan pangan, ketersediaan pangan dalam jangka panjang, dan juga keanekaragaman jenis pangan. Ketersediaan pangan dalam jumlah dan mutu yang cukup dan berkesinambungan merupakan kunci utama untuk menuju ketahanan pangan yang tangguh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2011. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau serta merupakan salah satu faktor penentu dalam stabilitas nasional suatu negara, baik di bidang ekonomi, keamanan, politik dan sosial. Oleh sebab itu, ketahanan pangan khususnya Universitas Sumatera Utara swasembada beras berkelanjutan merupakan program utama dalam pembangunan pertanian saat ini dan masa mendatang Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, 2012. Dalam hal ini pemenuhan kebutuhan pangan merupakan salah satu indikator penting yang digunakan untuk menilai kinerja pemerintahan suatu Negara Mukhlis, I., 2013 Untuk menjaga kestabilan ekonomi dan politik bangsa, pangan harus tersedia secara memadai, bahkan di saat menghadapi perubahan iklim global yang berdampak pada sistem usahatani padi di semua negara produsen padi dunia Kementerian Pertanian, 2013. Untuk menjaga hal tersebut ditempuh 2 strategi, yaitu peningkatan produksi dan penurunan konsumsi beras. Dalam rangka peningkatan produksi, strategi yang ditempuh adalah peningkatan produktivitas, perluasan areal dan pengelolaan lahan. Sedangkan dalam rangka penurunan konsumsi beras, strategi yang ditempuh adalah penganekaragaman konsumsi pangan dan pengembangan bisnis serta industri pangan khas daerah. Penurunan konsumsi beras diperlukan karena pada saat ini tingkat konsumsi beras telah melampaui standar kecukupan konsumsi yang dianjurkan untuk hidup sehat. Sudah barang tentu, penurunan konsumsi beras harus diikuti oleh peningkatan konsumsi umbi-umbian sebagai sumber karbohidrat dan produk pangan hewani, sayuran serta buah-buahan yang akan meningkatkan kualitas konsumsi pangan yang lebih beragam dan bergizi seimbang menuju tercapainya Pola Pangan Harapan PPH Kementerian Pertanian, 2013. Tingginya dominasi beras dalam pola konsumsi pangan penduduk Indonesia menyebabkan rendahnya kualitas konsumsi pangan nasional dan Universitas Sumatera Utara cerminan konsumsi pangan penduduk yang belum beragam dan bergizi seimbang dengan indikator skor PPH yang masih di bawah standar ideal. Kontribusi beras dalam sumbangan konsumsi kelompok padi-padian mencapai 80,7 terhadap total energi padi-padian 1.218 kkalkaphr pada tahun 2010. Kondisi ini mengimplikasi bahwa upaya penurunan konsumsi beras sebagai pangan sumber karbohidrat utama dalam pola konsumsi pangan penduduk Indonesia merupakan suatu upaya yang tidak dapat ditawar lagi dan memerlukan sinergitas lintas sektor dalam pencapaiannya. Sebagai sumber pangan pokok, beras tidak hanya telah membudaya dalam pola konsumsi pangan penduduk Indonesia namun juga memiliki citra pangan yang baik dari sisi sosial Kementerian Pertanian, 2013. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, pemerintah berupaya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian melalui penerapan teknologi budidaya secara tepat dengan penggunaan sarana produksi sesuai teknologi yang direkomendasikan di masing-masing wilayah Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, 2013. Berdasarkan data ARAM III BPS 2011, rata-rata produktivitas padi nasional adalah sebesar 49,44 kwha, sedang potensi produksi padi dari berbagai varietas mampu 6 tonha, terutama untuk padi lahan irigasi teknis. Dari data produktivitas per kabupatenkota tahun 2010 BPS, diketahui terdapat seluas 2,010 juta ha 15,17 dengan produktivitas 4 tonha; 3,974 juta ha 29,99 dengan produktivitas antara 4-5 tonha; 5,617 juta ha 42,38 dengan produktivitas antara 5-6 tonha; dan 1,652 juta ha 12,47 dengan produktivitas 6 ton. Peluang peningkatan produktivitas dari ≤ 5 ton ha menjadi 6 tonha paling tidak Universitas Sumatera Utara masih dapat dilakukan pada areal tanam kurang lebih 5,9 juta ha Kementerian Pertanian, 2013. Dalam Peraturan Menteri Pertanian No.15PermentanRC.11012010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010 – 2014 disebutkan bahwa dalam mendukung upaya peningkatan produksi untuk pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan diperlukan dukungan sarana produksi baik benih, pupuk, obat-obatan, alat dan mesin pertanian. Khusus untuk pupuk selama 5 tahun 2010-2014 diperkirakan kebutuhan Urea 35,15 juta ton, SP-36 22,23 juta ton, ZA 6,29 juta ton, KCl 13,18 juta ton, NPK 45,99 juta ton dan organik 53,09 juta ton.

2.4. Peranan Pupuk terhadap Peningkatan Produktivitas Padi Sawah