Manfaat Penulisan 1 Manfaat Secara Teoritis Pasal 363 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

lapangan hukum, khususnya bidang hukum pidana yang sangat berarti bagi penulis. c. Untuk memberikan gambaran dan membangun pemikiran bagi ilmu hukum.

E. Manfaat Penulisan 1 Manfaat Secara Teoritis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat dan digunakan sebagai penambahan ilmu pengetahuan dari segi hukum dan kriminologi, dalam rangka membahas anak yang seharusnya tidak pantas dalam melakukan perbuatan tindak pidana pencurian dengan pemberatan, mengingat seharusnya di usia muda dapat menjadi generasi penerus bangsa. Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada dunia pendidikan ilmu hukum Indonesia bahwa anak sewaktu-waktu dapat berperilaku diluar batas kewajaran dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya baik itu datang dari luar dirinya maupun dari dalam dirinya. Hasil penulisan ini juga sebagai sumbangan pemikiran kepada pemerintah agar dapat memberikan bantuan kepada anak-anak untuk dapat memperoleh pendidikan.penulisan ini juga merupakan sarana bagi penulis untuk mengumpulkan data sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi persyaratan untuk mencapai gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 2 Manfaat Secara Praktis Dengan penulisan hukum ini diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang hukum sebagai bekal untuk Universitas Sumatera Utara masuk ke dalam instansi penegak hukum maupun untuk praktisi hukum yang senantiasa. Hasil penulisan ini diharapkan dapat membantu dan member masukan serta tambahan pengetahuan bagi pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti.

F. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengaturan

Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan. Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari “straafbaar feit”, di dalam Kitab Undang –Undang Hukum Pidana tidak terdapat penjelasan mengenai apa sebenarnnya yang dimaksud dengan straafbaar feit itu sendiri. Biasanya tindak pidana disinonimkan dengan delik yang berasal dari bahasa latin yakni kata delictum. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tercantum sebagai berikut : 6 “Delik adalah perbuatan yang dapat dikarenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap undang undang tindak pidana Tindak pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum dilarang dan diancam dengan pidan, di mana pengertian perbuatan disini selain perbuatan yang bersifat aktif melakukan sesuatu yang sebenarnya dilarang oleh hukum juga perbuatan yang bersifat pasif tidak berbuat sesuatu yang sebenarnya diharuskan oleh hukum Unsur-unsur tindak pidana yaitu : 7 6 Prasetyo Teguh. 2010. Hukum Pidana edisi revisi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, halaman.47 7 Ibid, halaman.50. Universitas Sumatera Utara a Unsur objektif. Unsur yang terdapat di luar si pelaku. Unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keaadaan yaitu dalam keadaan-keadaan dimana tindakn-tindakan si pelaku itu harus dilakukan. Terdiri dari : 1. Sifat melanggar hukum 2. Kualitas dari si pelaku. 3. Kausalitas b Unsur subyektif. Unsur yang terdapat atau melekat pada diri si pelaku, atau yang dihubungkan dengan diri si pelaku dan termasuk di dalamnya segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Unsur ini terdiri dari : 1. Kesengajaan atau ketidaksengajaan dolus atau culpa 2. Maksud pada suatu percobaan 3. Macam-macam maksud seperti terdapat dalam kejahatan pencurian,penipuan dan sebagainya. 4. Merencanakan terlebih dahulu,yaitu seperti tercantum dalam pasal 340 KUHP 5. Perasaan takut seperti di dalam pasal 308 KUHP Dalam KUHP kita yang berlaku sekarang ini, jenis-jenis hukuman yang dapat dijatuhkan pengadilan hakim terhadap pelaku tindak pidana sebagaimana yang diatur dalam pasal 10, di bagi dalam dua jenis yaitu, hukuman pokok dan hukuman tambahan : 8 a. Hukuman Pokok 8 H.M. Hamdan. 2010. Hukuman Dan Pengecualian Hukuman Menurut KUHP Dan KUHAP.Medan : USU PRESS, halaman.18. Universitas Sumatera Utara 1. Hukuman mati 2. Hukuman penjara 3. Hukam kurungan 4. Hukuman denda b. Hukuman tambahan 1. Pencabutan beberapa hak tertentu 2.Perampasan barang-barang tertentu 3.Pengumuman Ketentuan yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang kejahatan yang ditujukan terhadap kekayaan orang lain dengan maksud untuk memilikinya yaitu tindak pidana pencurian diatur di Buku II dalam BAB XXII memiliki kualifikasi tentang tindak pidana pencurian yaitu : a Pencurian biasa Barangsiapa mengambil sesuatu barang yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum, karena pencurian dengan hukuman penjara, selama - lamanya lima tahun atau sebanyak-banyaknya Rp.900- K.U.H.P. 35, 364, 366, 486 9 b Pencurian Dengan Pemberatan Pengaturan hukum tentang pencurian dengan pemberatan dapat dilihat dalam pasal 363 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yaitu : 9 R.Soesilo. 1994. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Bogor : Politeia.hlm.250. Universitas Sumatera Utara 1 hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun dihukum : 10 1.Pencurian hewan K.U.H.P.101 2. Pencurian pada waktu kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi, atau gempa laut, letusan gunung api, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan atau kesengsaraan di masa perang. 3. Pencurian pada waktu malam dalam sebuah rumah atau perkarangan yang tertutup yang ada dirumahnya, dilakukan oleh orang yang ada disitu tiada dengan setahunya atau bertentangan dengan kemauan orang yang berhak yang punya. K.U.H.P. 98, 167, 365 4. Pencurian dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih. K.U.H.P. 364 5. Pencurian yang dilakukan oleh tersalah dengan masuk ke tempat kejahatan itu atau dapat mencapai barang yang diambilnya dengan jalan membongkar, memecah atau memanjat atau dengan jalan memakai kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu 2 Jika pencurian yang diterangkan dalam No. 3 disertai dengan salah satu hal yang tersebut dalam No. 4 dan 5, dijatuhkan hukuman penjara selama- lamanya Sembilan tahun. c Pencurian Ringan Pasal 364 menamakan pencurian ringan bagi suatu pencurian biasa, atau yang dilakukan oleh dua orang atau lebih bersama-sama atau disertai hal-hal tersebut dalam pasal 363 nomor 5, apabila tidak dilakukan dalam suatu rumah 10 Ibid, hlm250. Universitas Sumatera Utara kediaman atau di perkarangan tertutup di mana ada rumah kediaman, dan lagi apabila barang yang dicuri berharga tidak lebih dari dua puluh lima rupiah; dan hukumannya hanya maksimal tiga bulan penjara atau denda enam puluh rupiah 11 d Pencurian Dengan Kekerasan Pengaturan hukum pencurian dengan kekerasan dapat dilihat dari pasal 365 KUHP yaitu : 12 1 Dengan hukuman penjara selama-lamanya Sembilan tahun dihukum pencurian yang didahului kekerasan terhadap orang lain, dengan maksud untuk mempersiapkan atau memudahkan pencurian itu, atau si pencuri jika tertangkap basah, supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi yang turut serta melakukan kejahatan itu untuk melarikan diri atau supaya barang yang dicuri tetap tinggal di tangannya. 2 Hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun dijatuhkan : 13 ke-1: Jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah kediaman atau di perkarangan tertutup di mana ada rumah kediaman, atau di jalan umum atau di dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan; ke-2: Jika perbuatan itu dilakukan oleh dua orang atau lebih bersama-sama; ke-3: Jika yang bersalah telah masuk ke tempat melakukan kejahatan itu dengan jalan membongkar atau memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu, atau pakaian jabatan palsu; 11 Wirjono Prodjodikoro. 2003. Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia. Bandung : PT Refika Aditama, halaman.26. 12 Ibid, halaman.20. 13 Ibid, halaman.21. Universitas Sumatera Utara ke-4: Jika perbuatan itu berakibat luka berat; 3 Dijatuhkan hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun jika perbuatan itu berakibat matinya orang. 4 Hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau penjara selama- lamnya dua puluh tahun dijatuhkan jika perbuatan itu berakibat ada orang luka berat atau mati, dan lagi perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih, dan lagi pula diseertai salah satu dari hal-hal yang disebutkan dalam nomor 1 dan nomor 2. e Pencurian Dalam Kalangan Keluarga Pengaturan tentang pencurian dalam kalangan keluarga diatur dalam pasal 367, yaitu : 14 1 Jika pembuat atau pembantu salah satu kejahatan yang diterangkan dalam bab ini ada suami istri orang yang kena kejahatan itu, yang tidak, bercerai meja makan dan tempat tidur atau bercerai hasrat benda, maka pembuat, atau pembantu itu tak dapat dituntut hukuman. 2 Jika suaminya istrinya yang sudah diceraikan meja makan tempat tidur, atau harta benda, atau sanak atau keluarga orang itu karena kawin, baik dalam keturunan yang lurus, maupun keturunan yang menyimpang dalam derajat, dalam derajat yang kedua, maka bagi ia sendiri hanya dapat dilakukan penuntutan, kalau ada pengaduan dari orang yang dikenakan kejahatan itu. 14 R.Soesilo, Op.Cit, halaman.255. Universitas Sumatera Utara 3 Jika menurut adat istiadat keturunan ibu, kekuasaan bapa dilakukan oleh orang lain dari bapak kandung, maka ketentuan dalam ayat kedua berlaku juga bagi orang itu K.U.H.P. 55s, 72s, 9, 370, 376, 394, 404, 141

2. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Anak Melakukan Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan.

Berdasarkan Kamus Bahasa Besar Indonesia KBBI, anak adalah keturunan kedua. Dalam konsideran Undang-Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, dikatakan bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat dan martabat sebagai manusia utuhnya. 15 Apa yang dimaksud tentang anak? Batasan tentang anak sangat penting dilakukan untuk melaksanakan kegiatan perlindungan anak dengan benar dan tearah, semata-mata untuk mempersiapkan generasi mendatang yang tanguh dan dapat menghadapi segala tantangan dunia. Dalam kaitan itu, pengaturan tentang batasan anak dapat dilihat pada : a Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP KUHP tidak merumuskan secara eksplisit tentang pengertian anak, tetapi dapat dijumpai antara lain dalam beberapa pasal yaitu : 1 Pasal 72 berbunyi : 16 1 Jika kejahatan yang hanya boleh dituntut atas pengaduan, dilakukan pada orang yang umurnya belum cukup enam belas tahun dan lagi belum 15 M. Nasir DJamil. 2013. Anak Bukan Untuk Dihukum. Jakarta : Sinar Grafika, halaman.8. 16 Nashriana. 2012. Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers, halaman.4. Universitas Sumatera Utara dewasa, atau kepada orang yang dibawah penilikan curetele orang bukan dari sebab keborosan, maka selama dalam keadaan-keadaan itu, yang berhak mengadu ialah wakilnya yang sah dalam perkara sipil. 2 Jika tidak ada wakil, atau dia sendiri yang harus diadukan, maka penuntutan boleh dilakukan atas pengaduan wali yang mengawasi atau curator penilik atau majelis yang menjalankan kewajiban wali pengawas atau yang menjalankan kewajiban curator itu, atas pengaduan istri, seorang kaum keluarga dalam turunan yang lurus, atau kalau tidak ada atas pengaduan kaum keluarga dalam turunan yang menyimpang sampai derajat ketiga. 2 Pasal 283 yang memberi batasan 17 tahun, yaitu: 17 1 Dengan hukuman penjara selama-lamanya Sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 9.000,- dihukum barangsiapa menawarkan, menyerahkan buat selama-lamanya atau buat sementara waktu, menyampaikan di tangan atau mempertunjukkan kepada orang yang belum dewasa yang diketahuinya atau patut diketahuina bahwa orang itu belum berumur 17 tahun sesuatu tulisan, gambar, atau sesuatu barang yang menyinggung perasaan kesopanan, atau sesuatu cara dipergunakan untuk mencegah kehamilan, jika isi surat itu diketahuinya atau jika gambar, barang dan cara itu diketahuinya. 17 Ibid, halaman.5. Universitas Sumatera Utara 2 Dengan hukuman serupa itu juga dihukum barangsiapa di hadapan serorang yang belum dewasa seperti yang tersebut dalam ayat diatas memperdengarkan isi surat tulisan yang melanggar perasaan kesopanan. 3 Dengan hukuman penjara selama-lamanya 4 bulan atau kurangan selama- lamanya 3 bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp.9000,- dihukum barangsiapa menawarkan, menyerahkan buat selama-lamanya atau sementara waktu, menyampaikan di tangan atau memperlihatkan kepada orang yang belum dewasa sebagai tersebut dalam ayat pertama, isi surat yang menyinggung perasaan kesopanan, jika ia ada alasan yang cukup untuk menyangka, bahwa Tulsan, gambar, atau barang itu melanggar perasaan kesopanan atau cara itu ialah cara untuk mencegah kehamilan b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP Undang-undang ini tidak secara eksplisit mengatur tentang batas usia pengertian anak, namun dalam pasal 153 ayat 5 menyatakan bahwa memberi wewenang kepada hakim untuk melarang anak yang belum mencapai usia 17 tahun untuk menghadiri sidang. 18 c Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak Menurut ketentuan pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak , maka anak adalah belum mencapai 21 dua puluh satu tahun dan belum pernah kawin. 19 d Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia 18 Ibid, halaman.6. 19 Ibid Universitas Sumatera Utara Dalam pasal 1 sub 5 dinyatakan bahwa anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah umur 18 delapan belas tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut demi kepentingannya. 20 e Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Dalam pasal 1 butir 1 menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak didalam kandungan. 21 f Undang-Undang No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Menurut ketentuan pasal 1 angka 2 bahwa anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang telah berumur 12 dua belas tahun, tetapi belum berumur 18 delapan belas tahun yang diduga melakukan tindak pidana. 22 Proses perkembangan anak terdiri dari beberapa fase yang bisa digolongkan berdasarkan pada paralelitas perkembangan jasmani anak dengan perkembangan jiwa anak. Penggolongan tersebut dibagi tiga fase, yaitu : 23 1. Fase pertama adalah dimulainya pada usia anak 0 tahun sampai dengan 7 tujuh tahun yang bisa disebut sebagai masa anak kecil dan masa perkembangan kemampuan mental, pengembangan fungsi-fungsi tubuh, perkembangan kehidupan emosional, bahasa bayi dan arti bahasa bagi anak- anak, maka kritis trozalter pertama dan tumbuhnya seksualitas awal pada anak. 20 Ibid ,halaman.7. 21 Ibid 22 Republik Indonesia. Undang-Undang No 11 Tahun 2012 Sistem Peradilan Pidana Anak.Bab I.Ketentuan Umum. Pasal 1. 23 Wagiati Soetedjo dan Melani. 2013. Hukum Pidana Anak. Bandung : PT Refika Aditama, halaman.7. Universitas Sumatera Utara 2. Fase kedua adalah dimulai pada usia 7 sampai 14 tahun disebut sebagai masa kanak-kanak, dimana dapat digolngkan ke dalam 2 periode, yaitu : a Masa anak sekolah dasar mulai dari usia 7–12 tahun adalah periode intelektual. Periode intelektual ini adalah masa belajar awal dimulai dengan memasui masyarakat di luar keluarga, yaitu lingkungan sekolah kemudian teori pengamatan anak dan hidupnya perasaan, kemauan serta kemampuan anak dalam berbagai macam potensi, namun masih bersifat tersimpan atau masa latensi masa tersembunyi b Masa remajapra-pubertas atau pubertas awal yang dikenal dengan sebutan periode pueral. Pada periode ini, terdapat kematangan fungsi jasmaniah ditandai dengan berkmebangnya tenaga fisik yang melimpah-limpah yang menyebaban tingkah laku anak kelihatan kasar, canggung, brandal, kurang sopan, liar dan lain-lain. c Fase ketiga adalah dimulai pada usia 14 sampai 21 tahun yang dinamakan masa remaja, dalam arti sebenarnya yaitu fase pubertas dan adolescent, dimana terdapat masa penghubung danmasa peralihan dari anak menjadi orang dewasa. Masa remaja pubertas bisa dibagi dalam 4 empat fase yaitu : 1.Masa awal pubertas, disebut pula sebagai masa pueralpra-pubertas. 2.Masa menentang kedua, fase negatif, Trozalter kedua, periode verneinung. Universitas Sumatera Utara 3.Masa pubertas sebenernya, mulai kurang lebih 14 tahun. Masa pubertas pada anak wanita pada umumnya berlangsung lebih awal dari masa pubertas laki-laki 4.Fase adolescence, mulai kurang lebih usia 17 tahun sampai sekitar 19 hingga 21 tahun. Juvenile delinquency ialah perilaku jahatdursila, atau kejahatankenakalan anak-anak muda; merupakan gejala sakit patologis secara sosial pada anak-anak dan remaja disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah-laku yang menyimpang.Juvenile berasal dari bahasa latin juvenlis artinya anak-anak,anak muda,cirri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja. Delinquent berasal dari kata latin “delinquere” yang berarti : terabaikan, mengabaikan yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat,a-sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki, durjana, dursila, dan lain-lain. Deliquency itu selalu mempunyai konotasi serangan, pelanggaran, kejahatan dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak muda dibawah usia 22 tahun. 24 Dalam pendekatan psikologis,menekankan sebab-sebab tingkah laku delinkuen anak-anak dari aspek psikologis atau isi kejiwaannya. Antara lain faktor intelegnsia, ciri kepribadian, motivasi, sikap-sikap yang salah, fantasi,rasionalisasi, internalisasi diri yang keliru, konflik batin, emosi yang kontroversial, kecendurangan psikopatologis, dan lain-lain. 25 24 Dr.Kartini Kartono. 2002. Patologi Sosial 2 : Kenakalan Remaja.Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, halaman.6. 25 Ibid ,halaman.26. Universitas Sumatera Utara Pendekatan sosiologis, para sosiologis berpendapat tingkah-laku delinkuen pada anak-anak remaja ini adalah murni sosiologis atau sosial-psikologis sifatnya. Misalnya disebabkan oleh pengaruh struktur sosial, tekanan kelompok, peranan sosial, status sosial atau oleh internalisasi simbolis yang keliru. Maka faktor- faktor kultural dan sosial itu sangat mempengaruhi, bahkan mendominasi struktur lembaga-lembaga sosial dan peranan sosial setiap individu di tengah masyarakat, status individu di tengah kelompoknya partisipasi sosial, dan pendefinisian-diri atau konsep dirinya. Dalam proses penentuan konsep-diri tadi, yang penting ialah simbolasi diri atau ”penamaan diri” disebut pula sebagai pendefinisian-diri atau peranan-diri. Proses simbolasi diri pada umumnya berlangsung tidak sadar dan berangsur-angsur, untuk kemudian menjadi bentuk kebiasaan jahat delinkuen pada diri anak. Semua berlangsung sejak usia sangat muda, mulai di tengah keluarga sendiri yang berantakan, sampa pada masa remaja dan masa dewasa di tengah masyarakat ramai, berlangsunglah kini pembentukan pola tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma umum yang progresif sifatnya, kemudian dirasionalisasikan dan dibenarkan sendiri oleh anak lewat mekanisme negatif dan proses pembiasaan diri. 26 Oleh sebab itu, faktor-faktor yang menyebabkan anak melakukan tindak pidana pencurian dengan pemberatan yang diantaranya : a Faktor Internal Yaitu faktor yang berasal bathin dari anak itu sendiri dalam melakukan tindak pidana pencurian dengan pemberatan. 26 Ibid ,halaman.29. Universitas Sumatera Utara b Faktor Eksternal Yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak dalam melakukan tindak pidana pencurian dengan pemberatan seperti keluarga, lingkungan sosial, pendidikan, pengaruh massa dan lain-lain. Maka dari itu,pembahasan selanjutnya mengenai faktor-faktor mengenai tindak pidana pencurian dengan pemberatan yang dilakukan oleh anak akan dibahas lebih lanjut pada bab selanjutnya. 3. Penerapan Kebijakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak Sebagai Pelaku Kejahatan Dalam Perspektif Kriminologis. Menurut E.Utrecht hukum adalah dihimpunan petunjuk hidup perintah atau larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat dan jika dilanggar dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah itu. Pidana hukuman adalah masalah yang pokok dalam hukum pidana, sebab sejarah dari hukum pidana pada hakekatnya ada;ah sejarah dari pidana dan pemidanaan. Menurut hukum pidana kita disamping pidana juga dikenal apa yang dinamakan tindakan. Perbedaan antara pidana dan tindakan secara tradisional dinyatakan sebagai berikut : pidana adalah pembalasan pengimbalan terhadap kesalahan si pembuat sedangkan tindakan adalah untuk perlindungan masyarakat dan untuk pembinaan atau perawatan si pembuat. Jadi, secara dogmatis pidana itu untuk orang yang normal jiwanya, untuk orang yang mampu bertanggung jawab Universitas Sumatera Utara tidak mempunai kesalahan dan orang yang tidak mempunyai kesalahan tidak mungkin dipidana. 27 J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastriparnoto mengungkapkan bahwa hukum adalah peraturan-peraturan bersifat memaksa yang dibuat oleh badan- badan resmi, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, pelanggaran terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan hukuman. 28 Hukum pidana atau the Criminal Law sering disebut sebagai hukum kriminil, karena memang persoalan yang dibicarakan dan yang diaturnya mengenai kejahatan-kejahatan dan hal-hal yang bersangkut paut dengan kejahatan perilaku anggota masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat. Pengertian hukum pidana menurut Prof. Moeljatno, S.H. adalah bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk : 29 1. Menentukan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, yang disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut. 2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan. 27 I Made Widnyana.2010. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta : PT Fikahati Aneska, halaman.75. 28 Chainur Arrasjid. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Jakarta : Sinar Grafika.halaman.21. 29 Bambang Poernomo. 1994. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta : Ghalia Indonesia, halaman.22. Universitas Sumatera Utara 3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut. Tindak pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum dilarang dan diancam dengan pidan, di mana pengertian perbuatan disini selain perbuatan yang bersifat aktif melakukan sesuatu yang sebenarnya dilarang oleh hukum juga perbuatan yang bersifat pasif tidak berbuat sesuatu yang sebenarnya diharuskan oleh hukum. Pengertian kebijakan kriminal atau politik kriminal criminal policy merupakan usaha rasional dan terorganisasi dari suatu masyarakat untuk menanggulangi kejahatan. Menurut Sudarto : 30 1. Dalam arti sempit, mempunyai arti keseluruhan asas dan metode yang menjadi dasar dari reaksi terhadap pelanggaran hukum yang berupa pidana. 2. Dalam arti luas, mempunyai pengertian keseluruahan fungsi dari aparat penegak hukum, termasuk di dalamnya cara bekerja dari pengadilan dan polisi. 3. Dalam arti yang paling luas, mempunyai arti keseluruhan kebijakan, yang dilakukan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi, yang bertujuan untuk menegakan norma-norma sentral dari masyarakat. Kebijakan dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan kejahatan termasuk dala kebijakan kriminal criminal policy. Kebijakan kriminal tidak terlepas dari kebijakan sosial social policy yang terdiri kebijakanupaya untuk kesejahteraan sosial social-welfare policy dan kebijakanupaya untuk 30 Widiada Gunakaya dan Petrus Irianto. 2012. Kebijakan Kriminal Penanggulangan Tindak Pidana Pendidikan. Bandung : Alfabeta, halaman.16. Universitas Sumatera Utara perlindungan masyarakat soial-defence policy, dilihat dari sudut politik kriminal. 31 Kebijakan paling strategis adalah melalui sarana non-penal karena lebih bersifat preventif dan karena kebijakan penal sebagai sarana kebijakan kriminal, yaitu : 32 1. Sebab-sebab yang demikian kompleks berada di jangkauan hukum pidana. 2. Hukum pidana hanya merupakan bagian kecil sub-sistem dari sarana kontrol sosial yang tidak mungkin mengatasi masalah kejahatan sebagai masalah kemanusian dan kemasyarakatan yang sangat kompleks sebagai masalah sosio-psikologis, sosio-politik, sosio-kutural, dsb. 3. Penggunaan hukum pidana dalam menanggulangi kejahatan hanya merupakan “kurieren am symptom”, oleh karena itu hanya merupakan “pengobatan simptomatik” dan pengobatan kausatif. 4. Sanski hukum pidana merupakan “remidium” yang mengandung sifat kontradiktifpaoksal dan mengandung unsur-unsur serta efek sampingan yang negatif. 5. Sistem pemidanaan bersifat fragmentair dan indvidupersonal, tidak bersifat strukturalfungsional. 6. Keterbatasan jenis sanksi pidana dan sistem perumusan sanksi pidana yang bersifat kaku dan imperatif. 7. Bekerjanyaberfungsinya hukum pidana memerlukan saran pendukung yang lebih bervariasi dan lebih menuntut biaya tinggi. 31 Ibid, halaman.22. 32 Ibid Universitas Sumatera Utara Upaya penanggulangan kejahatan melalui jalur penal lebih menitikberatkan pada sifat represif penindasanpemberantasanpenumpasan setelah kejahatan terjadi, sedangkan jalur non-penal lebih menitikberatkan pada sifat prventif pencegahanpenangkalan sebelum kejahatan terjadi. 33 Di dalam sistem peradilan pidana anak memiliki kekhususan dalam melakukan penerapan hukum akibat tindak pidana yang dilakukan oleh anak sebagai pelaku kejahatan yaitu ada 2 dua sanksi yang diberikan ialah pidana dan tindakan serta batasan umur anak yang berkonflik dengan hukum. Pembahasan penerapan kebijakan hukum terhadap tindak pidana pencurian dengan pemberatan yang dilalukan oleh anak sebagai pelaku kejahatan dalam perspektif kriminologi berdasarkan studi putusan Pengadilaan Negeri Medan No. 21 Pid.Sus-Anak2014PN.Mdn akan dibahas di bab selanjutnya.

G. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian hukum yang Yuridis Normatif dinamakan juga dengan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian normatif data sekunder sebagai sumberbahan informasi dapat merupakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tirtier. Pelaksanaan penelitian normatif secara garis besar ditujukan kepada : 34 a. Penelitian terhadap asas-asas hukum. b. Penelitian terhadap sistematika hukum. 33 Ibid, halaman.23. 34 Ediwarman. 2015. Monograf Metodologi Penelitian Hukum : Panduan Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi. Medan : PT. Sofmedia,. Halaman.30. Universitas Sumatera Utara c. Penelitian terhadap sinkronisasi hukum. d. Penelitian terhadap sejarah hukum. e. Penelitian terhadap perbandingan hukum. Dalam hal penelitian hukum normatif, dilakukan penelitian terhadap peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan dan berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan skripsi ini. 2. Metode Pendekatan Metode Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. 3. Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel Lokasi penelitian penulis dalam menyusun skripsi ini adalah Pengadilan Negeri Medan. 4. Alat Pengumpulan Data Berdasarkan pendekatan dan data dalam penelitian ini, maka metode pengumpulan data yang dipakai adalah studi kepustakaan, yaitu menelaah bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder yang berkaitan dengan tindak pidana pencurian dengan pemberatan yang dilakukan oleh anak sebagai pelaku kejahatan dalam perpektif kriminologis. 5. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data Prosedur pengumpul dan pengambilan data yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah studi kepustakaan library research, yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagai literatur yang relevan dengan permasalahan skripsi ini seperti, buku-buku, makalah, artikel dan berita yang Universitas Sumatera Utara diperoleh penulis dari internet yang bertujuan untuk mencari atau memperoleh konsepsi-konsepsi, teori-teori atau bahan-bahan yang berkenaan dengan tindak pidana pencurian dengan pemberatan yang dilakukan oleh anak sebagai pelaku kejahatan dalam perspektif kriminologis. 6. Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan cara kualitatif, yaitu dengan menganalisis melalui data lalu diorganisasikan dalam pendapat atau tanggapan dan data-data sekunder yang diperoleh dari pustaka kemudian dianalisis sehingga diperoleh data yang dapat menjawab permasalahan dalam skripsi ini. Universitas Sumatera Utara

BAB II Pengaturan Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan

Pemberatan A. Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pencurian dengan pemberatan, maksudnya adalah pencurian biasa yang diatur dalam pasal 362 disertai dalam keadaan memberatkan. Pencurian biasa yang diatur dalam pasal 362 KUHP memiliki pengertian yaitu : 35 “Barangsiapa mengambil sesuatu barang yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum, karena pencurian dengan hukuman penjara, selama-lamanya lima tahun atau sebanyak-banyaknya Rp.900- K.U.H.P. 3 5, 364, 366, 486” Pasal 362 ini merupakan bentuk pokok dari pencurian, dengan unsur-unsur yaitu : 36 1. Obyektif a Mengambil b Barang c Yang seluruhnya atau sebahagian kepunyaan orang lain 2. Subyektif a Dengan maksud b Untuk memiliki c Secara melawan hukum. A.d.1. Mengambil 35 R.Soesilo, Loc.Cit. 36 Mochamad Anwar. 1980. Hukum Pidana Bagian Khusus kuhp buku II. Bandung : 1980, halaman.17. Universitas Sumatera Utara Mengambil semula diartikan memindahkan barang dari tempat semula ke tempat lain. Ini berarti membawa barang dibawah kekuasaannya yang nyata. Perbuatan mengambil berarti perbuatan yang mengakibatkan barang dibawah kekuasaan yang melakukan atau yang mengakibatkan barang berada diluar kekuasaan pemiliknya. 37 A.d.2. Barang yang seluruhnya atau sebahagian kepunyaan orang lain. Pengertian barang telah mengalami juga proses perkembangannya. Dari arti barang yang berjudul menjadi setiap barang menjadi bagian dari kekayaan. Semula barang ditafsirkan sebagai barang-barang yang berwujud dan dapat dipindahkan barang bergerak. Tetapi kemudian ditafsirkan sebagai setiap bahagian dari harta benda seorang. Dengan demikian barang itu harus ditafsirkan sebagai sesuatu yang mempunyai nilai didalam kehidupan ekonomi dari seseorang. Perubahan pendapat ini disebabkan dengan peristiwa pencurian aliran listrik, dimana aliran listrik termasuk pengertian barang yang dapat menjadi obyek pencurian. Barang harus selurunya atau sebahagian kepunyaan orang lain. Barang tidak perlu kepunyaan orang lain pada keseluruhannya, sedangkan sebahagian dari brang saja dapat menjadi obyek pencurian. Jadi sebahagian lagi adalah kepunyaan pelaku sendiri. Barang yang tidak ada pemiliknya tidak dapat dijadikan obyek pencurian, yaitu barang-brang dalam keadaan res nullius dan res derelictae. 38 37 Ibid 38 Ibid, halaman.18. Universitas Sumatera Utara A.d.3. Dengan Maksud Untuk Memiliki Barang Bagi Diri Sendiri Secara Melawan Hukum Dengan Maksud. Istilah ini terwujud dalam kehendak, keinginan atau tujuan dari pelaku untuk memiliki barang secara melawan hukum. 39 A.d.4. Melawan Hukum. Perbuatan memiliki yang dikehendaki tanpa hak atau kekuasaan sendiri dari pelaku. Pelaku harus sadar, bahwa barang yang diambilnya adalah milik orang lain. 40 A.d.5. Memiliki Barang Bagi Diri Sendiri. Memiliki bagi diri sendiri adalah setiap perbuatan penguasaan atas barang tersebut, melakukan tindakan atas barang itu seakan-akan pemiliknya, sedangkan ia bukan pemiliknya. Maksud memiliki barang bagi diri sendiri itu terwujud dalam berbagai jenis perbuatan, yaitu menjual, memakai, memberikan kepada orang lain, menggadaikan, menukarkan, merubahnya, dan sebagainya. Pendeknya setiap penggunaan atas barang yang dilakukan pelaku seakan-akan pemilik, sedangkan ia bukan pemilik. Maksud untuk memiliki barang itu tidak perlu terlaksana, cukup apabila maksud itu ada. Meskipun barang itu belum sempat dipergunakan, misalnya sudah tertangkap dulu, karena kejahatan pencurian telah selesai terlaksana dengan selesainya perbuatan mengambil barang. 41 39 Ibid, halaman.19. 40 Ibid 41 Ibid, halaman.20. Universitas Sumatera Utara

B. Pasal 363 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Pencurian dengan pemberatan memiliki unsur-unsur pencurian biasa yang pokok, pencurian dengan pemberatan merupakan gequalificeerde diefstal yang diterjemahkan sebagai pencurian husus dimaksudnka sebagai suatu pencurian dengan cara tertentu dan bersifat lebih berat. 42 Pencurian dengan pemberatan diatur dalam pasal 363 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana yaitu : 1. Dipidana dengan penjara selama-lamanya tujuh tahun : 43 1 Pencurian ternak. 2 Pencurian pada waktu kebakaran, peletusan, banjir, gempa bumi atau gempa laut, peletusan gunung berapi, kapal karam terdampar, kecelakaan kereta-api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang. 3 Pencurian waktu malam dalam sebuah rumah atau di perkarangan tertutup yang ada rumahnya, dilakukan oleh orang yang ada di situ tiada dengan setahunya atau tiada dengan kemauannya yang berhak. 4 Pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih bersama-sama. 5 Pencurian yang dilakukan, untuk dapat masuk ke tempat kejahatan atau untuk dapat mengambil barang yang akan dicuri itu dengan jalan membongkar, memecah atau memanjat atau memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian-pakaian palsu. 42 Wirjono Prodjodikoro¸ Op.Cit., halaman.19. 43 R.Sugandhi. 1981. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana K.U.H.P Dengan Penjelasannya. Surabaya : Usaha Nasional, halaman.377. Universitas Sumatera Utara 2. Jika pencurian yang diterangkan dalam No. 3 disertai dengan salah satu hal yang diterangkan dalam No. 4 dan 5, maka dijatuhkan pidana penjara selama - lamanya Sembilan tahun. Dengan begitu pencurian dalam pasal tersebut dinamakan “pencurian berat” dan ancaman hukumannya pun lebih berat. 1 Pencurian ternak, hewan sebagaimana diatur diterangkan dalam pasal 101 ialah semua jenis binatang yang memamah biak kerbau lembu, kambing dan sebagainya, binatang yang berkuku satu kuda, keledai dan babi. Anjing, kucing ayam, itik dan angsa tidak termasuk hewan, karena tidak memamah biak, tidak berkuku satu dan bukan pula sejenis babi 44 2 Jika dilakukan pada waktu sedang terjadi bermacam-macam bencana, seperti kebakaran, peletusa, banjir, gempa bumi atau gempa laut, peletusan gunung berapi, kapal karam, kecelakaan kereta api, huru-hara pemberontakan atau bahaya perang.pencurian yang dilakukan dalam waktu seperti ini diancam hukuman lebih berat, karena pada waktu semua sedang menyelamatkan jiwa dan raganya serta harta bendanya, si pelaku mempergunakan kesempatan itu untuk melakukan kejahatan, yang menandakan bahwa orang itu adalah rendah budinya. 45 Pencurian yang dilakukan dalam waktu seperti ini perlu dibuktikan, bahwa antara terjadinya bencana dengan pencurian itu ada kaitan yang erat, sehingga dapat dikatakan bahwa pencuri tersebut mempergunakan kesempatan itu untuk mencuri, berbeda halnya seorang pencuri di dalam sebuah rumah 44 Ibid, halaman.378. 45 Ibid, halaman.379. Universitas Sumatera Utara bagian kota, yang kebetulan saja di bahagian kota itu terjadi kebakaran. Tindak pidana ini tidak dapat digolongkan dengan pencurian yang dimaksud oleh pasal ini, karena disini pencuri tidak sengaja menggunakan kesempatan peristiwa kebakaran yang terjadi waktu itu. 3 Pada waktu malam di dalam sebuah rumah atau perkarangan tertutup yang ada rumahnya dilakukan oleh orang yang berada di situ tanpa setahu atau tanpa izin yang berhak. a Waktu malam sebagaimana dimaksud oleh pasal 98, adalah waktu antara matahari terbenam dan terbit kembali. b Pengertian rumah di sini ialah bangunan yang dipergunakan sebagai tempat-tinggal siang dan malam. Gudang dan toko yang didiami pada waktu siang dan malam, tidak termasuk pengertian rumah. Sebaliknya gubug, garbing, kereta-api dan petak-petak kamar di dalam perahu, apabila didiami siang dan malam, termasuk dalam pengertian rumah. c Perkarangan tertutup disini ialah dataran tanah yang pada disekelilingnya ada pagarnya tembok, bambu, pagar tumbuh-tumbuhan yang hidup dan tanda-tanda lain yang dapat dianggap sebagai batas. Untuk dapat dituntut dengan pasal ini si pelaku pada waktu melakukan pencurian itu harus masuk ke dalam rumah atau perkarangan tersebut. Apabila hanya menggaet saja dari jendela, tidak dapat digolongkan dengan pencurian dimaksud di sini. 46 46 Ibid Universitas Sumatera Utara 4 Jika dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama. Supaya dapat dituntut menurut pasal ini, maka dua orang atau lebih itu harus bertindak bersama-sama sebagaiana dimaksud oleh pasal 55, dan tidak seperti halnya yang dimaksud oleh pasal 56, yakni yang seorang bertindak, sedang seorang lainnya hanya sebagai pembantu saja. 47 5 Masuk ke tempat kejahatan atau untuk dapat mengambil barang yang akan dicuri itu, pencurian tersebut dilakukan dengan jalan membongkar, memecah, memanjat atau memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian palsu. a Membongkar ialah mengadakan perusakan yang agak besar, misalnya membongkar tembok, pintu dan jendela dan sebagainya. Dalam hal ini harus ada sesuatu yang rusak, pecah dan sebagainya. Apabila pencuri hanya mengangkat daun pintu dari engselnya dan tidak terdapat kerusakan apa-apa, tidak dapa t diartikan “membongkar”. b Memecah ialah membuat kerusakan yang agak ringan, misalnya memcah kaca jendela dan sebagainya. c Memanjat, dalam pasal 99 KUHP adalah ke dalam rumah dengan melalui lubang yang sudah ada tetapi tidak untuk tempat orang lalu, atau dengan melalui lubang dalam tanah yang sengaja digali, demikian juga melalui selokan atau parit, yang gunanya sebagai penutup jalan. d Anak kunci palsu , dalam pasal 100 KUHP adalah segala macam anak kunci yang tidak diperuntukan membuka kunci dari sesuatu barang yang dapat dikunci, seerti lemari, peti dan sebagainya, oleh yang berhak atas 47 Ibid, halaman.380. Universitas Sumatera Utara barang itu. Demikian juga anak kunci duplikat yang penggunaannya bukan oleh yang berhak, dapat dikatakan anak kunci palsu. Anak kunci asli yang telah hilang dari tangan yang berhak, apabila orang yang berhak itu telah membuat anak kunci lain untuk membuka kunci tersebut, dapat dikatakan pula anak kunci palsu. Dalam sebutan anak kunci palsu menurut pasal 100 ini, termasuk juga sekalian perkakas, walaupun bentuk tidak menyerupai anak kunci, misalnya kawat atau paku yang lazimnya tidak untuk membuka kunci, apabila alat itu digunakan oleh pencuri untuk membuka kunci, masuk pula dalam sebutan anak kunci palsu. e Perintah palsu ialah perintah yang dibuat sedemikian rupa, seolah-olah perintah itu asli dan dikeluarkan oleh yang berwajib, padahal tidak asli.Pakaian palsu ialah pakaian yang dikenakan oleh orang yang tidak berhak itu. Misalnya seorang pencuri yang mengenakan pakaian seragam polisi dapat masuk ke dalam rumah seseorang, kemudian mencuri barang. f Pakaian palsu di sini tidak saja pakaian jabatan pemerintah, tetapi boleh juga pakaian seragam perusahaan swasta. 48 6 Dalam ayat 1 sub 5 pasal ini antara lain dikatakan bahwa untuk dapat masuk ke tempat kejahatan itu pencuri tersebut melakukan perbuatan dengan jalan membongkar. Bukan yang diartikan jalan untuk ke luar. Jadi apabila si pencuri di dalam rumah sejak petang hari ketika pintu-pintu rumah itu sedang dibuka, kemudian ke luar pada malam harinya, setelah para penghuni rumah itu tidur 48 Ibid Universitas Sumatera Utara nyenyak, dengan jalan membongkar, tidak dapat digolongkan dengan pencurian yang dimaksudkan di sini. 49

C. Sanksi

Dokumen yang terkait

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak Sebagai Pelaku Kejahatan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Kasus Putusan No.21/Pid.Sus-Anak/2014/PN.MDN)

8 157 125

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

10 234 98

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Kasus Putusan No:2438/Pid.B/2014/Pn.Mdn )

5 117 134

Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak Yang Melakukan Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan (Studi Putusan No. 622/PID/B(A)/2011/PN.TK)

2 17 70

Upaya Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Yang Dilakukan Oleh Anak

3 51 57

BAB II Pengaturan Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan A. Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana - Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak Sebagai Pelaku Kejahatan Dalam Perspektif

0 1 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak Sebagai Pelaku Kejahatan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Kasus Putusan No.21/Pid.Sus-Anak/2014/PN.MDN)

0 0 29

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak Sebagai Pelaku Kejahatan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Kasus Putusan No.21/Pid.Sus-Anak/2014/PN.MDN)

0 3 9

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

1 27 9

Tinjauan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Penganiayaan Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan)

0 11 90