BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Arus globalisasi yang diikuti oleh perkembangan ekonomi, imu pengetahuan dan teknologi menimbulkan dampak positif dan dampak negatif.
Dampak positif pesatnya perkembangan antara lain terciptanya berbagai macam produk yang berkualitas dan berteknologi, terbukanya informasi yang diperoleh
melalui satelit dan meningkatnya krisis nilai moral di masyarakat yang berpotensi meningkatnya jumlah orang melawan hukum pidana berbagai bentuk.
1
Sejak dahulu sampai sekarang, permasalahan pidana telah menyerap banyak energi para anak bangsa untuk membangun rekonstruksi sosial.
Peningkatan aktivitas kriminal dalam berbagi bentuk menuntut kerja keras dalam membangun pemikiran-pemikiran baru mengenai arah kebijakan . Proses sosial di
kota-kota besar mengakibatkan adanya perubahan-perubahan sosial yang ditimbulkan karena berbagai masalah urbanisasi, industrialitasi kemajuan
teknologi yang mengakibatkan adanya mobilitas horizontal dan vertikal yang tinggi, sedangkan kesemuanya itu akan memmpertemukan manusia manusia dari
berbagai masyarakat, suku, dan bangsa.Masing-masing dengan membawa ikatan norma-norma nilai-nilai hidup yang saling berbeda atau bertentangan satu sama
lain. Suasana ini selain menimbulkan culture conflict, juga bisa menimbulkan suasana samarpola dubicus patters of life dimana orang karena banyaknya
norma dan nilai hidup yang sekaligus berlaku di suatu tempat, menjadi bingung,
1
Marlina. 2000. Peradilan Pidana Anak Di Indonesia Pengembangan Konsep Diversi Dan Restorative Justice. Bandung : PT Refika Aditama, halaman.1.
Universitas Sumatera Utara
sehingga berpegangan kepada norma dan nilai hidup mana yang akhirnya pola hidup menjadi samar-samar
2
Maka usaha adaptasi atau penyesuaian diri terhadap masyarakat modern yang kompleks itu menjadi tidak mudah. Kesulitan mengadakan adaptasi dapat
menyebabkan banyak kebimbangan, kebingungan, kecemasan dan konflik, baik konflik eksternal yang terbuka, maupun internal yang ada dalam batin sendiri
tersembunyi dan tertutup sifatnya. Dampaknya, orang lalu mengembangkan pola tingkah laku menyimpang dari norma-norma umum, dengan jalan berbuat semau
sendiri demi keuntungan sendiri dan kepentingan pribadi, kemudia mengganggu dan merugikan orang lain.
Hal-hal tersebut menimbulkan tingginya angka tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa maupun anak dalam suatu interaksi sosial. Hal ini
didukung oleh beberapa teori teori yang ada dalam kajian ilmu kriminologi dimana kejahatan yang dilakukan berpusat dari pengaruh kelompok atau
kebudayaan yaitu kejahatan sebagai tingkah laku yang dipelajari secara normal karena mencerminkan sesuatu dari kepribadiannya dan kecakapan-kecakapnnya
namun berlawanan dengan hukum dan bertentangan dengan kesusilaan dalam masyarakat.
Seiring dengan tingkat kemajuan dan peradaban kehidupan manusia menimbulkan berbagai ragam bentuk tindak pidana atau kejahatan baru maupun
perkembangannya pada hal tersebut.Perubahan ini juga menjadikan anak sebagai
2
Widiyanti, Ninik dan Yulius Wastika.1987. Kejahatan Dalam Masyarakat Dan Pencegahannya. Jakarta : PT Bina Aksara, halaman.117.
Universitas Sumatera Utara
salah satu subjek yang dapat melakukan sesuatu ditentang oleh nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
Salah satu tindak pidana yang dilakukan dalam masyarakat adalah pencurian.pencurian masuk dalam buku II Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
sebagai kejahatan. Tindak pidana pencurian ini dikualifikasikan dari pencurian biasa, ringan, pemberatan bahkan dengan kekerasan
Motivasi anak dalam melakukan pencurian itu sendiri sudah beragam mulai dari permasalahan ekonomi, pengangguran, tingkat pendidikan rendah,
kurangnya pengawasan orang tua dan pergaulan dari lingkungan anak sendiri. Fenomena tindak pidana pencurian ini pun sudah ada sejak dahulu sampai
sekarang baik di tingkat penduduk di pedesaan maupun perkotaan. Salah satu kejahatan yang sering dilakukan oleh anak dalam melakukan
tindak pidana pencurian dengan pemberatan yaitu pencurian yang sesuai dengan pasal 363 ayat 2 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana meliputi melakukan
tindak pidana pencurian pada saat waktu malam di rumah atau perkarangan tertutup, dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih, dan mengambil
barang yang diambilnya dengan jalan membongkar,memecah, memanjat dengan jalan memakai kunci palsu, perintah palsu.
Contoh nyata Anak melakukan tindak pidana pencurian dengan pemberatan dapat dilihat dari berita sebagai berikut :
3
Usianya baru 13 tahun, ES, warga Desa Tangkilsari Kecamatan Tajinan, tapi sudah berani melakukan pencurian. Dia ditangkap Unit Perlindungan
3
http:www.malang-post.comperistiwa100278-kecil-kecil-berani-jadi-pencuri- diakses pada hari Senin 23 Maret 2015 pukul 16.21
Universitas Sumatera Utara
Perempuan dan Anak UPPA Satrekrim Polres Malang di rumahnya kemarin, karena terbukti melakukan di rumah tetangganya bernama mashudi yang berusia
35 tahun. Kanit UPPA Satrezkrim Polres Malang Iptu Sutyo SH Mhum, kepada
Malang Post mengatakan bahwa tersangka ES ditangkap dari hasil pengembangan terhadap tersangka Rizki, yang sebelumnya sudah tertangkap terlebih dahulu.
Dijelaskannya, aksi pencurian tersebut dilakukannya pada pertengahan bulan Februari yang lalu. Ide pencurian itu berasal dari temannya bernama Rizki,
19 tahun, warga Desa Jatisari, Kecamatan Tajinan. Keduanya melakukan pencurian pada malam hari, saat penghuni rumah tersebut sedang tidur terlelap.
Modus yang dilakukan, yakni mencongkel jendela samping rumah korban dengan menggunakan obeng.
Kanit UPPA Satrezkrim Polres Malang Iptu Sutyo SH Mhum mengatakan bahwa tersangka ES merupakan orang yang menjadi eksekutor sedangkan
tersangka Rizki mengawasi kejauhan, Setelah jendela terbuka ES masuk dengan cara melompat. Dari dalam
rumah itu, dia menyikat beberapa barang berharga yakni sebuah HP dan laptop yang tergeletak di ruang keluarga. Setelah berhasil menyikat barang berharga itu,
dia keluar melalui jendela tersebut. Mereka kabur begitu saja. Korban yang mengetahui menjadi korban pencurian, lalu melaporkan peristiwa tersebut ke
Polsek Tajinan, Petugas yang menerima laporan langsung melakukan penyelidikan.
Universitas Sumatera Utara
Kasus ini dapat terungkap, saat ada salah seorang warga yang memergoki mereka keluar dari halaman rumah tersebut. Hal itu diketahui, saat petugas
mengumpulkan keterangan dari warga sekitar, setelah identitas tersangka diketahui, kemudian petugas menangkap Rizki di rumahnya
Rizki yang ditangkap, ikut mencatat nama ES.Sementara itu, ES di hadapan penyidik yang memeriksannya, mengaku hanya dapat bagian Rp
400.000. ES mengatakan bahwa Kedua barang curian itu, mereka jual dengan harga Rp.1000.000, Rizki mendapatkan Rp 600.000. sedangkan ia mendapatkan
Rp 400.000. Uang tersebut digunakan keduanya untuk menyewa vila di Songgoriti
Kota Batu. Kemudian, sebagian uangnya diberikan makanan dan rokok. Tersangka menyatakan bahwa mereka hanya bermaksud untuk menyewa vila di
Songgoriti dan membeli rokok, untuk pesta minuman keras dan pesta seks Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan fisik,emosional
sosial dan intelektualnya. Bila kesemuanya ini berjalan secara harmonis maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat jiwanya mentally
health. Pengertian yang cukup mengenai fase fase perkembangan manusia pada umumnya merupakan hal yang sangat penting untuk dapat membantu anak dalam
mengembangkan dirinya agar dapat mencapai perkembangan yang harmonis dan optimal
4
Keberadaan anak sebagai pelaku kejahatan yang melakukan tindak pidana pencurian dengan pemberatan di Indonesia saat ini merambah dalam segi-segi
4
B Simanjuntak. 1984. Latar Belakang Kenakalan Remaja. Bandung : Alumni, halaman.275.
Universitas Sumatera Utara
kriminal yang secara yuridis formal menyalahi ketentuan ketentuan yang termuat di dalam Kitab Undang-Undang Pidana KUHP atau perundang-undangan pidana
diluar KUHP. Kondisi ini jauh lebih rumit daripada sekedar kondisi destruktif falam perspektif norma-norma sosial dan susila.
Maraknya pencurian dengan pemberatan yang dilakukan oleh anak pasti memiliki alasan-alasan yang menyebabkan ia menjadi pelaku kejahatan padahal
Indonesia yang merupakan negara menjunjung nilai-nilai dan norma sebagai negara hukum sudah sepatutnya dapat mengurangi peluang tindak pidana yang
dilakukan oleh anak karena anak bukan tanggung jawab orang tua dan keluarga semata tetapi juga merupakan tanggung jawab negara.
Anak merupakan salah satu asset pembangunan nasional, patut dipertimbangkan dan diperhitungkan dari segi kualitas dan masa depannya. Tanpa
kualitas yang handal dan masa depan yang jelas bagi anak, pembangunan nasional akan sulit dilaksanakan dan nasib bangsa akan sulit pula dibayangkan
5
Berdasarkan uraian-uraian latar belakang diatas maka timbul ketertarikan penulis untuk meniliti lebih lanjut tentang penulisan ini dan dituangkan dalam
bentuk skripsi yang berjudul “Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencuiran Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak Sebagai Pelaku
Kejahatan Dalam Perspektif Kriminologi Studi Putusan Pengadilan Negeri
Medan No. 21Pid.Sus-Anak2014PN.Mdn
”
5
Bunadi Hidayat. 2010. Pemidanaan Anak Di Bawah Umur. Bandung : P.T. Alumni, halaman.1.
Universitas Sumatera Utara
B. Perumusan Masalah