Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Masyarakat Terhadap Media Cetak Di Kecamatan Medan Helvetia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN MASYARAKAT TERHADAP MEDIA CETAK

DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA

SKRIPSI Diajukan Oleh : SHARAH N.M.S

070501092

Departemen : Ekonomi Pembangunan

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI


(2)

ABSTRACT

This study aims to determine the factors that influence the demand of society to the printed media in the District of Medan Helvetia. By using some theory of demand, then the variables observed in this study is the consumer’s income and the price of a dily newspaper.

This study uses primary data obtained from consumers daily newspaper through a questionnaire that had been prepared beforehand. Consumer Daily newspaper at simple random sampling as many as 100 people from five villages of the sample. The size of the factors that influence the level of demand for the print media were analyzed with multiple regression analysis using OLS (Ordinary Least Square).

The result showed that the value of the income variables have positive and significant at α 10%, while the price variables of daily newspaper are no significant influence on the demand for print media in the District of Medan Helvetia.


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan masyarakat terhadap media cetak di Kecamatan Medan Helvetia. Dengan menggunakan beberapa teori permintaan, maka variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah pendapatan konsumen dan harga surat kabar harian.

Penelitian ini menggunakan data primer diperoleh dari konsumen surat kabar harian melalui kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Konsumen surat kabar harian responden ditentukan secara acak sederhana (Simple

Random Sampling) sebanyak 100 orang dari lima kelurahan sampel. Besarnya

faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan media cetak dianalisis dengan analisis regresi berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai variabel pendapatan berpengaruh positif dan signifikan pada α 10%, sedangkan variabel harga surat kabar harian berpengaruh secara tidak signifikan terhadap permintaan media cetak di Kecamatan Medan Helvetia.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karuniaNya, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai sebagai tugas akhir yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dan juga ucapan syukur kepada Yesus Kristus, keluarga, dan para sahabat.

Adapun judul skripsi ini adalah “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN MASYARAKAT TERHADAP MEDIA CETAK DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dorongan semangat maupun sumbangan pemikiran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu :

1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Aryo Pratomo, M.Ec selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syarief Fauzi, SE, M.Acc, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberi bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.


(5)

4. Bapak Drs. Rujiman, MA selaku Dosen pembanding I, Bapak Arifin Siregar, SE, MSP selaku Dosen pembanding II. Serta seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Kak Leni dan Bang Sugi.

5. Staff dan Pegawai Kantor Camat Medan Helvetia atas bantuannya dalam memberikan data sehingga skripsi ini dapat selesai.

6. Teristimewa buat orangtua penulis yang tercinta, Ir. Errol Simanjuntak dan Imelda Sibarani yang telah banyak memberikan kasih sayang, dukungan, doa dan semangat serta materil selama ini. Serta terimakasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Pangeran Simanjuntak (abang) dan Emmanuella Simanjuntak (adik).

7. Terimakasih kepada Sofyan Jeffri Sianturi atas doa, dukungan, waktu, tenaga dan kasih yang diberikan kepada saya selama proses perkuliahan hingga skripsi ini selesai.

8. Terimakasih kepada sahabat-sahabat saya yang banyak memberikan

dukungan kepada saya, yaitu : Rifka Tesalonika, Patricia Alexandra, Semanpreet Kaur, Meigi Anggita, Ayu Nurul Huda, Henry Sahat, Ryan Andreas, Anwar Eriwaldy dan Simon Toman.

9. Untuk rekan-rekan EP 2007, terkhusus buat kak Maria Agnes Simatupang yang sudah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan, serta seluruh senior dan junior saya.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala budi dan pengorbanan yang kalian berikan.


(6)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu semua pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.

Medan, 04 Maret 2011 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1Latar belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 7

1.3Hipotesis ... 8

1.4Tujuan Penelitian ... 8

1.5Manfaat Penelitian ... 9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Masalah Ekonomi ... 10


(8)

2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan ... 14

2.4 Hukum Permintaan ... 16

2.5 Skedul Permintaan dan Kurva Permintaan ... 18

2.6 Perubahan Kurva Permintaan ... 21

2.7 Elastisitas Permintaan ... 27

2.8 Media Cetak ... 32

2.8.1 Pengertian Media Cetak ... 32

2.8.2 Jenis-jenis Media Cetak ... 33

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Daerah Penelitian ... 36

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 36

3.3Metode Pengumpulan Data ... 39

3.4 Metode Pengolahan Data ... 39

3.5 Metode Analisis Data ... 40

3.6 Uji Kesesuaian (Test of Goodness Fit) ... 40

3.6.1 Uji Koefisien Determinasi (R-Square) ... 40


(9)

3.6.3 Uji F-statistik ... 42

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 43

3.7.1 Uji Normalitas ... 44

3.7.2 Uji Linieritas ... 44

3.7.3 Multikolinieritas ... 45

3.7.4 Heterokedastisitas ... 46

3.8 Defenisi Operasional ... 48

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 50

4.2 Karakteristik Responden ... 64

4.2.1 Usia ... 64

4.2.2 Jenis Pekerjaan ... 66

4.2.3 Pendidikan ... 67

4.2.4 Jenis Kelamin ... 68

4.2.5 Tingkat Pendapatan ... 69

4.2.6 Surat Kabar Harian ... 69


(10)

4.3.1 Pengujian Pengaruh Variabel Bebas terhadap

Variabel Terikat ... 71

4.3.2 Interpretasi Model ... 72

4.3.3 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 73

4.3.3.1 Koefisien Determinasi (R-Square).. 73

4.3.3.2 Uji T-statistik (Uji Parsial) ... 73

4.3.3.3 Uji F-statistik (Uji Overall) ... 75

4.3.4 Uji Asumsi Klasik ... 77

4.3.4.2 Uji Normalitas ... 77

4.3.4.3 Uji Linieritas ... 78

4.3.4.1 Multikolinieritas ... 79

4.3.4.4 Heteroskedastisitas ... 80

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 83

5.2 Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1 Skedul Permintaan Barang X ... 19

3.1 Distribusi Responden ... 38

4.1.1 Jumlah Pegawai di kantor Camat Medan Helvetia ... 51

4.1.2 Nama-nama Kelurahan di Kecamatan Medan Helvetia ... 54

4.1.3 Luas Wilayah Dirinci per Kelurahann di Kecamatan Medan Helvetia ... 55

4.1.4 Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Helvetia... 56

4.1.5 Banyaknya Rumah Tangga dan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Medan Helvetia ... 57

4.1.6 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Medan Helvetia ... 59

4.1.7 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Helvetia ... 60


(12)

4.1.8 Banyaknya Perusahaan Industri di Kecamatan

Medan Helvetia ... 61

4.1.9 Jumlah Penduduk Usia 7-12 Tahun yang Sekolah dan Tidak Sekolah Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Helvetia ... 63

4.2.1 Distribusi Responden Menurut Usia ... 65

4.2.2 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan ... 66

4.2.3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 67

4.2.4 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin ... 68

4.2.5 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendapatan ... 69

4.2.6 Distribusi Responden Menurut Surat Kabar Harian ... 70

4.3 Hasil Regresi Linier Berganda ... 71

4.3.4.2 Hasil Estimasi Uji Normalitas dengan Jarque-Bera ... 78

4.3.4.3 Hasil Estimasi Uji linieritas dengan Ramsey reset Test ... 78


(13)

DAFTAR GAMBAR

2.5. Kurva Permintaan ... 20

2.6.1 Kurva Perubahan Jumlah yang Diminta ... 22

2.6.2 Kurva Perubahan Permintaan ... 23

2.7 Kurva Elastisitas Permintaan ... 29

3.6.2 Uji T-statistik ... 41

3.2 Uji F-statistik ... 43

4.1 Struktur Organisasi Pemerintah Kecamatan Medan Helvetia ... 52

4.2 Kurva Uji T-statistik Variabel Pendapatan ... 74

4.3 Kurva Uji T-statistik Variabel Harga ... 75


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Data Variabel Permintaan Media Cetak, Pendapatan

Perkapita Konsumen, dan Harga Surat Kabar Harian di Kecamatan Medan Helvetia.

2 Kuesioner

3 Regresi Linier Berganda

4 Multikolinieritas

5 Uji Normalitas

6 Uji Linieritas


(15)

ABSTRACT

This study aims to determine the factors that influence the demand of society to the printed media in the District of Medan Helvetia. By using some theory of demand, then the variables observed in this study is the consumer’s income and the price of a dily newspaper.

This study uses primary data obtained from consumers daily newspaper through a questionnaire that had been prepared beforehand. Consumer Daily newspaper at simple random sampling as many as 100 people from five villages of the sample. The size of the factors that influence the level of demand for the print media were analyzed with multiple regression analysis using OLS (Ordinary Least Square).

The result showed that the value of the income variables have positive and significant at α 10%, while the price variables of daily newspaper are no significant influence on the demand for print media in the District of Medan Helvetia.


(16)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan masyarakat terhadap media cetak di Kecamatan Medan Helvetia. Dengan menggunakan beberapa teori permintaan, maka variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah pendapatan konsumen dan harga surat kabar harian.

Penelitian ini menggunakan data primer diperoleh dari konsumen surat kabar harian melalui kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Konsumen surat kabar harian responden ditentukan secara acak sederhana (Simple

Random Sampling) sebanyak 100 orang dari lima kelurahan sampel. Besarnya

faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan media cetak dianalisis dengan analisis regresi berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai variabel pendapatan berpengaruh positif dan signifikan pada α 10%, sedangkan variabel harga surat kabar harian berpengaruh secara tidak signifikan terhadap permintaan media cetak di Kecamatan Medan Helvetia.


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Informasi kini menjadi hal penting dalam era globalisasi. Beberapa negara bahkan memiliki lembaga formal untuk mengatur segala hal mengenai informasi. Kemajuan teknologi dalam dunia pengetahuan kita tentu berimbas pada kemajuan informasi. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “Informasi adalah penerangan atau keterangan atau kabar, berita, keseluruhan makna yang menunjang amanat yang terlihat di dalam amanat-amanat itu”. Sumber-sumber untuk mendapatkan informasi bisa berasal dari mana saja. Baik itu lingkungan yang terdekat dengan kita seperti keluarga dan pertemanan, bisa pula melalui media-media lainnya seperti media cetak. Media cetak dalam hal ini buku, majalah, dan surat kabar memiliki andil besar dalam penyebaran informasi.

Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena dengan berkomunikasi memungkinkan terjadinya interaksi antara individu-individu. Dengan adanya interaksi tersebut, maka sikap, pandangan atau kemauan dari seseorang dapat diketahui dan dirasakan oleh orang lain yang terlibat langsung dalam kegiatan timbal-balik tersebut, yaitu menyampaikan serta menerima pesan.

Hakikat komunikasi adalah proses penyataan manusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain den menggunakan bahasa atau lambang sebagai alat penyalurnya. Istilah ‘’komunikasi’’ atau dalam


(18)

bahasa Inggris ‘’Communication’’, yang bersumber dari bahasa Latin ‘’Comunicatio’’ yang berasal dari kata ‘’Communis’’ yang berarti ‘’sama’’ (Effendy, 1984:11). ‘’Sama’’ disini maksudnya adalah sama maknanya. Bahwa jika kita melakukan komunikasi dengan seseorang maka kita haruslah mengembangkan kesamaan makna (kesamaan persepsi) dengan orang yang sedang berkomunikasi dengan kita tentang objek-objek tertentu.

Selain itu, perlu kita sadari bahwa tujuan komunikasi bermacam-macam pula, yakni : menyampaikan informasi dan pengalihan pengetahuan dari komunikator kepada komunikan, dan bisa pula mengandung tujuan atau merupakan usaha dari individu atau kelompok untuk mengubah tingkah laku individu atau kelompok lain.

Media cetak yang paling pertama ditemukan adalah berupa surat kabar atau majalah, definisi surat kabar tidak bisa lepas dari karakteristiknya, surat kabar (news paper) dibatasi pengertiannya sebagai berikut : “ Penerbitan yang berupa lembaran yang berisi berita – berita, karangan – karangan, dan iklan yang dicetak dan secara tetap atau periodik dan dijual umum”. (Assegaf, 1983 : 140). Sebuah surat kabar isinya merupakan catatan peristiwa (berita) atau karangan (artikel,

feature, dsb) dan iklan karena biasa memuat hal yang bersifat dagang (promosi)

diterbitkan secara berkala (periodik) waktu penerbitannya akan menggolongkan sebagai sebuah surat kabar atas harian, mingguan, bulanan, atau mungkin tahunan. Dijual untuk umum karena surat kabar ditujukan untuk umum atau khalayak luas bukan personal.


(19)

Dewasa ini peran surat kabar sebagai salah satu media cetak ditantang kesanggupannya memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi. Isi surat kabar hendaknya adalah apa yang terjadi di masyarakat atau berdasarkan fakta, aktual dan isinya mengandung 5W + 1H, yakni What, Who, When, Where, Why dan

How. Prinsip “5W + 1H” ini pertama kalinya dikemukakan oleh seorang pakar

ilmu komunikasi bernama Gail Broadman. Hal ini harus benar-benar dipertimbangkan sebagai pedoman dalam teknik penulisan berita.

Melalui media cetak kita mengetahui informasi segala sesuatu yang kita tahun tentang dunia di luar lingkungan dekat kita. Warga berpengetahuan (informed) dan aktif sangat mungkin terwujud di dalam demokrasi modern hanya jika media cetak berjalan dengan baik.

Dalam kegiatan ekonomi global sekarang ini sangat dibutuhkan informasi untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi dan pertumbuhan ekonomi baik di negara maju maupun di negara berkembang. Ini terlihat dari semakin majunya ekonomi suatu negara, maka usaha media cetak dalam memeberikan informasi semakin besar.

Media cetak juga dapan dinikmati kapanpun dan dimanapun oleh masyarakat. Oleh karena meningkatnya permintaan masyarakat akan informasi, maka tidak jarang terlihat banyaknya jumlah pedagang eceran media cetak khusunya surat kabar harian dipinggir-pinggir jalan. Selain itu, harga surat kabar harian juga lebih murah dibandingkan media informasi lainnya.


(20)

Secara umum dapat dikatakan bahwa persoalam yang dihadapi masyarakat adalah bersumber dari jumlah kebutuhan yang tidak terbatas. Biasanya manusia tidak pernah merasa puas dengan benda yang mereka peroleh dan prestasi yang mereka yang mereka capai. Apabila keinginan dan kebutuhan masa lalu sudah dipenuhi, maka keinginan-keinginan yang baru akan wujud. (Sadono Sukirno : 2005:6)

Dalam pembangunan bidang informasi, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal ini surat kabar harian sebagai salah satu perusahaan yang menyajikan informasi di Kota Medan berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan masyarakat. Oleh karena itu, informasi merupakan kebutuhan vital dalam era globalisasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yang salah satu diantaranya adalah semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap sarana untuk memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan masyarakat.

Masyarakat sudah sangat mengerti arti pentingnya media cetak khususnya surat kabar harian sebagai sarana informasi. Awalnya masyarakat memadang media cetak khususnya surat kabar hanya sebagai media informasi, namun saat ini media cetak sudah tidak kalah pentingnya dengan kebutuhan primer.

Didalam pembangunan masyarakat maju yang ingin dicapai, dimana sandang, pangan dan papan akan cukup tersedia dengan harga yang terjangkau, penyediaan sarana informasi yang memadai akan merupakan kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan masyarakat dan masing-masing individu,


(21)

yang telah memiliki pengetahuan, kekayaan rohaniah, erta memiliki kekuatan ideologi dalam jiwa masyarakat.

Dalam peradaban umat manusia, surat kabar merupakan media massa cetak-media massa cetak lainnya. Seperti buku, majalah, dan tabloid. Dan sampai hari ini surat kabar merupakan media massa cetak yang paling banyak dinikmati oleh para pembaca (reader) seluruh dunia. (Paryati Sudarman 2008:10)

Menurut UNESCO, indeks ukuran maju tidaknya sebuah negara dapat dilihat dari koran yang beredar – minimal 10 persen dari jumlah total penduduknya. Di negara industri yang sudah maju, tiras korannya mencapai lebih dari 30 persen jumlah penduduknya. Sedangkan di Indonesia, oplah koran yang beredar sekitar 20 juta eksemplar atau hanya 8 persen dari jumlah penduduk.

Menurut Serikat Penerbit Indonesia (SPS), kebanyakan responden berlangganan media cetak karena alasan serupa. Ini ditunjukkan oleh pilihan mereka terhadap koran (87%), majalah (69%), dan tabloid (66%). Survei ini memperlihatkan anggaran rata-rata responden dewasa dalam berlangganan koran lebih besar dibandingkan majalah dan tabloid.

Media cetak, khususnya koran, memang cenderung tidak lagi menjadi sumber informasi di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh karena adaknya media elektronik, yaitu televisi dan radio, yang menjadi asumber informasi bagi masyrakat.


(22)

Dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 230 juta jiwa, semestinya pasar media cetak terbentang luas karena hingga 2008, total tiras media cetak di Indonesia baru mencapai 19,08 juta eksemplar. Jumlah itu terdiri atas surat kabar harian 7,49 juta eksemplar, surat kabar mingguan 1,03 juta eksemplar, tabloid 4,62 juta eksemplar, majalah 5,92 juta eksemplar, dan buletin 7.800-an eksemplar. Kenyataannya, pangsa pasar media cetak justru terasa semakin sempit, baik karena terjadinya persaingan antarmedia cetak sendiri (sekitar 950 penerbit) maupun persaingan antara media cetak dan media elektronik dan media baru (internet).

Menurut survei Nielsen Media Research di sembilan kota di Indonesia (populasi 43,87 juta dengan umur 10 tahun ke atas), pada kuartal-III 2009, konsumsi justru mencapaki terus menurun tinggal 18 persen pada kuartal III 2009. Konsumsi majalah pun turun dari 20 persen menjadi 11 persen, tablois turun dari 20 persen menjadi 13 persen).

Sebanyak 34 persen dari pembaca koran adalah pengguna internet dan 41 pembqcq koran juga mengakses berita lokal dari internet. Sejak tahun 2006, persentase pengguna internet yang berusia muda terus bertambah, dari 12 persen (usia 10-14 tahun) dan dari 24 persen menjadi 33 persen (usia 15-19 tahun0, sedangkan untuk usia 20-29 tahun turun dari 40 persen menjadi 30 persen.

Di kota Medan, sekitar 20 surat kabar harian terbit secara rutin, termasuk tiga legenda hidup koran Sumatera Utara –Analisa, Waspada, dan Sinar Indonesia Baru. Ketiga koran itu mewakili gambaran besar tentang profil pembaca koran di


(23)

Sumatera Utara yang tercermin dari kategori masyarakat pebisnis keturunan Tionghoa (Analisa), kelas menengah pegawai negeri sipil dan kaum akademis plus aktivis nasionalis (Waspada), serta masyarakat kaum agamis Protestan (SIB). Di luar ketiga koran itu, sebenarnya ada beberapa koran penantang yang patut diperhitungkan seperti Sumut Pos dan Pos Metro Medan milik kelompok Jawa Pos, maupun Mimbar Umum.

Selebihnya, rata-rata koran-koran harian di Sumatera Utara terbit dengan penetrasi pembaca di bawah Analisa, Waspada, dan Sinar Indonesia Baru. Kompetisi antar pemain koran di Sumatera Utara menjadi sangat ketat. Sayangnya, jumlah penerbit koran sebanyak itu tidak diimbangi oleh populasi sumber daya pers yang memadai pula. Baik dari sisi jumlah maupun kualitas.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai permintaan masyarakat akan media cetak. Adapun judul yang diketengahkan adalah ‘’Analisis Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Permintaan Masyarakat Terhadap Media Cetak di Kecamatan Medan Helvetia’’.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibuat beberapa perumusan masalah. Adapaun perumusan masalah yang akan diteliti adalah :

1. Bagaimana pengaruh pendapatan per kapita terhadap permintaan media cetak khususnya surat kabar harian di Kota Medan?


(24)

2. Bagaimana pengaruh harga terhadap permintaan media cetak khususnya surat kabar harian di Kota Medan?

1.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada yang masih perlu dikaji kebenarannya melalui data-data yang terkumpul. Dari permasalahan yang ada, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut :

1. Pendapatan per kapita berpengaruh positif terhadap permintaan media cetak khususnya surat kabar harian.

2. Harga surat kabar berpengaruh negatif terhadap permintaan media cetak khususnya surat kabar harian.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagi berikut :

1.Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendapatan per kapita terhadap permintaan media cetak khususnya surat kabar harian di kecamatan Medan Helvetia.

2.Untuk mengetahui bagaimana pengaruh harga surat kabar terhadap

permintaan media cetak khususnya surat kabar harian di kecamatan Medan Helvetia.


(25)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.Untuk mengetahui kecenderungan masyarakat Kecamatan Medan Helvetia dalam mengkonsumsi surat kabar harian.

2.Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.

3.Sebagai penambah, pelengkap, sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada menyangkut topik yang sama.

4.Sebagai informasi tambahan bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara, khususnya mahasiswa/i Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya dengan topik yang sama.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masalah Ekonomi

Masalah ekonomi sebenarnya muncul akibat adanya perbedaan antara kebutuhan manusia dan sumberdaya (alat pemuas) yang ada, yang mana kebutuhan manusia mempunyai sifat tak terbatas adanya. Oleh sebab itu manusia kemudian melakukan pilihan-pilihan agar dapat mencapai tingkat kesejahteraan yang paling tinggi.

Permasalahan tersebut mengenai tentang :

a. Barang dan jasa apa yang harus diproduksi dan berapa jumlah yang harus diproduksi.

b. Bagaimana faktor-faktor produksi yang tersedia harus diolah untuk

menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan.

c. Untuk siapa barang-barang dan jasa-jasa tersebut diproduksi, atau bagaimana barang-barang dan jasa-jasa tersebut akan didistribusikan.

Untuk memecahkan berbagai persoalan tersebut di atas masyarakat menempuh berbagai cara, diantaranya dengan kebiasaan atau tradisi yang sudah ada, dengan insting atau naluri, dengan komando atau paksaan. Bagi masyarakat modern dimana komunikasi dan informasi sudah sedemikian mudah, maka persoalan-persoalan ekonomi tersebut dapat terpecahkan melalui mekanisme harga di pasar.


(27)

Mekanisme harga yaitu suatu proses gaya tarik-menarik antara produsen-produsen dengan konsumen-konsumen yang bertemu di pasar. Adapun hasil gaya tarik menarik antara produsen-produsen dan konsumen-konsumen tersebut adalah terjadinya harga. Fluktuasi harga dari setiap barang dan faktor produksi inilah yang dapat memecahkan masalah ekonomi dari suatu masyarakat.

Dewasa ini masyarakat lebih peka terhadap apa yang terjadi pad lingkungan sekitarnya, itu sebabnya masyarakat membutuhkan media informasi yang dapat memberikan segala informasi dan pengetahuan baru bagi masyarakat. Salah satu informasi yang cenderung ingin diketahui masyarakat adalah masalah perekonomian.

Masalah ekonomi yang timbul sebagai akibat adanya kenyataan-kenyataan dibawah ini :

1) Jumlah dan ragam kebutuhan masyarakat sangat banyak, dan

2) Alat pemuas kebutuhan, relatif terbatas dibandingkan dengan kebutuhan manusia.

Majunya cara berifkir masyarakat akan mendorong masyarakat untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang selanjutnya dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan masing-masing individu.

Setiap individu senantiasa berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun walau demikian sering sekali muncul kebutuhan-kebutuhan baru yang harus dipenuhi oleh masing-masing individu tersebut. Cepatnya peningkatan kebutuhan masyarakat dirasakan oleh seluruhan masyarakat sehingga


(28)

menimbulkan keterbatasan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka yang semakin beraneka ragam.

Fungsi utama daripada barang-barang dan jasa-jasa konsumsi ialah memenuhi kebutuhan langsung pemakainya. Yang bertindak sebagai pemakai barang-barang dan jasa-jasa konsumsi pada umumnya adalah rumah tangga keluarga. Dalam kedudukannya sebagai pemakai barang-barang dan jasa-jasa konsumsi mereka disebut konsumen.

Merupakan suatu pernyataan bahwa kepuasan atas konsumsi sesuatu barang sebagai kombinasi dengan tingkat pendapatan yang dimiliki dihadapkan kepada tingkat harga barang (normal goods) yang berlaku untuk dikonsumsi. Konsidi ini dinyatakan pula sebagai optimasi konsumen yang berarti bahwa seluruh pendapatan akan digunakan secara optimal untuk mengkonsumsi barang sebagai kombinasi.

2.2 Pengertian Permintaan

Permintaan merupakan suatu hal yang timbul dari keinginan. Hal ini menunjukkan bahwa keinginan dengan permintaan itu adalah dua hal yang berbeda satu dengan yang lainnya. Permitaan bukanlah keinginan, sebagaimana keinginan bukan permintaan. Namun tidak dapat diingkari bahwa keduanya itu berhubungan erat. Namun peemintaan memiliki pengertian yang lebih mendalam.

Suatu barang mempunyai harga karena barang itu berguna dan langka, artinya, jumlah yang tersedia kurang dibandingkan dengan jumlah yang


(29)

diperlukan. Jika hanya salah satu dari dua syarat tersebut yang dipenuhi, maka barang itu tidak mempunyai harga.

Menurut Richard G. Lipsey dkk (1993: 61), dalam bukunya yang berjudul Pengantar Mikro Ekonomi, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam konsep permintaan. Pertama, jumlah yang diminta merupakan kuantitas yang diinginkan. Ini menunjukkan berapa banyak yang ingin dibeli oleh rumah tangga, atas dasar harga komoditi itu, harga-harga lainnya, penghasilan mereka, selera mereka dan sebagainya. Kedua, apa yang diinginkan tidak merupakan harapan kosong, tetapi merupakan permintaan efektif, artinya merupakan jumlah yang orang bersedia membelinya pada harga yang mereka harus bayar untuk komoditi itu. Ketiga, kuantitas yang diminta merupakan arus pembelian yang kontinyu. Oleh karena kuantitas tersebut harus dinyatakan dalam banyaknya per satuan waktu.

Suherman Rosyidi, berpendapat ada beberapa hal yang penting yang dapat dilihat dari defenisi permintaan, yaitu: pertama, bahwa permintaan merupakan sederetan angka yang menunjukkan banyaknya satuan barang yang diminta pada beberapa tingkat harga. Kedua, bahwa yang diselidiki dalam suatu pembicaraan mengenai masalah permintaan adalah satu jenis barang saja, dan bahwa permintaan itu terjadi di pasar waktu yang tertentu. (Rosyidi, 2000:239).

Banyaknya komoditi yang dibeli oleh semua rumah tangga pada periode waktu tertentu dipengaruhi oleh variabel penting, antara lain:

1) Harga komoditi itu sendiri


(30)

3) Harga komoditi yang berkaitan 4) Selera

5) Distribusi pendapatan 6) Besarnya populasi.

2.3 Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Jumlah barang dan jasa yang akan diminta atau dibeli oleh seluruh masyarakatpada suatu periode tertentu sangat dipengaruhi oleh variabel tertentu, juga dipengaruhi oleh variabel penting seperti harga barang maupun jasa itu sendiri, rata-rata penghasilan rumah tangga, harga komoditas yang berkaitan, selera, distribusi pendapatan antar rumah tangga, dan banyaknya jumlah penduduk. Faktor-faktor yang memperngaruhi permintaan diantaranya :

1. Selera

Apabila selera konsumen terhadap suatu barang dan jasa tinggi maka akan diikuti dengan jumlah barang dan jasa yang diminta akan mengalami peningkatan, demikian sebaliknya. Contohnya : permintaan terhadap telepon genggam.

2. Pendapatan Konsumen

Apabila pendapatan konsumen semakin tinggi akan diikuti daya beli konsumen yang kuat dan mampu untuk membeli barang dan jasa dalam jumlah yang lebih besar, demikian sebaliknya.


(31)

3. Harga barang atau jasa pengganti

Konsumen akan cenderung mencari barang atau jasa pengganti yang harganya relatif lebih murah untuk dijadikan alternatif penggunaan. Contohnya : bila harga tiket pesawat sama harganya dengan tiket kereta api, mkaa konsumen akan cenderung memilih pesawat sebagai alat transportasi.

4. Harga barang atau jasa pelengkap

Keduanya merupakan kombinasi barang yang sifatnya saling melengkapi. Contoh : kompor dengan minyak tanah, karena harganya mengalami kenaikan maka orang beralih menggunakan bahan bakar minyak tanah dan beralih ke bahan bakar gas.

5. Perkiraan harga di masa yang akan datang

Apabila konsumen menduga harga barang akan terus mengalami kenaikan dimasa yang akan datang, maka konsumen cenderung menambah jumlah barang yang dibelinya. Contoh : pada saat krisis ekonomi, ketika konsumen memperkirakan harga-harga sembako esok hari akan melambung tinggi, maka mereka akan mendorong sembako tersebut hari ini.

6. Intensitas kebutuhan konsumen

Bila suatu barang atau jasa sangat dibutuhkan secara mendadak dan dirasakan pokok oleh konsumen, maka jumlah permintaan akan mengalami peningkatan. Contoh : kebutuhan akan bahan pokok beras, konsumen bersedia membeli dalam jumlah harga yang tinggi, walaupun pemerintah sudah menetapkan harga pokok.


(32)

2.4 Hukum Permintaan

Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan : makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut (Sadono Sukirno; 2005).

Bila harga suatu barang naik maka permintaan barang tersebut akan turun, sebaliknya bila harga barang tersebut turun maka permintaannya akan naik dengan asumsi ceteris paribus (semua faktor yang mempengaruhi permintaan selain harga dianggap konstan). (Iskandar Putong, 2005:36)

Kenaikan harga menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti ke atas barang yang mengalami kenaikan harga. Sebaliknya, apabila harga turun maka orang mengurangi pembelian ke atas barang lain dan menambah pembelian ke atas barang yang mengalami penurunan harga. Kenaikan harga menyebabkan pendapatan riel pembeli berkurang. Pendapatan yang merosot tersebut memaksa para pembeli untuk men gurangi pembeliannya ke berbagai jenis barang, dan terutama ke atas barang yang mengalami kenaikan harga.

Ada dua hal yang diduga keras sebagai kekecualian terhadap hukum permintaan, yaitu:

a) Yang berhubungan dengan barang-barang bergengsi (prestige goods), dimana jika harga barang naik maka permintaan akan bertambah, karena barang ini sangat menarik bagi orang yang senang menonjolkan kemewahan. Tetapi hal


(33)

ini pasti tidak dapat dibenarkan, sebab apabila demikian halnya, maka harga akan naik tanpa ada batasan.

b) Dampak harapan yang dinamis (dynamic expectational effects). Misalnya jika harga barang turun maka kuantitas permintaan akan turun apabila orang memperkirakan bahwa harga akan terus menerus turun. Jadi, kurva permintaan akan berkemiringan positif.

Karena banyak faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan itu banyak sekali, maka di dalam membicarakan mengenai teori permintaan, ahli ekonomi membuat analisa yang lebih sederhana. Dalam analisa ekonomi, permintaan terhadap suatu barang atau jasa dipengaruhi oleh harga barang atau jasa itu sendiri. Sedangkan faktor-faktor lainnya dianggap tetap (ceteris paribus).

Sifat perkaitan antara permintaan terhadap suatu barang dan harganya tersebut juga dijelaskan dalam hukum permintaan. Hukum permintaan tersebut pada hakekatnya merupakan suatu hipotesa yang berbunyi : “Jika harga sesuatu barang turun, maka permintaan terhadap barang tersebut akan bertambah, sebaliknya jika harga sesuatu barang naik, maka permintaan terhadap barang tersebut akan berkurang, ceteris paribus”. Jadi antara harga barang dengan permintaan tersebut mempunyai sifat hubungan yang berlawanan arah (negatif). Hal demikian sangat logis karena apabila harga suatu barang naik, maka pembeli akan mencari barang lain sebagai penggantinya yang harganya tidak mengalami kenaikan, atau jika pendapatan nominal konsumen tetap dan harga barang naik, maka pendapatan riil konsumen tersebut akan menurun, akibatnya konsumen tersebut akan mengurangi permintaan terhadap harga barang tersebut. Sebaliknya


(34)

apabila harga barang turun, maka konsumen akan mengurangi pembelian terhadap barang lain dan menambah pembelian terhadap barang yang harganya mengalami penurunan tersebut.

Skedul permintaan adalah daftar hubungan antara harga suatu barang dengan tingkat permintaan barang tersebut. (Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung, 2006:23)

2.5 Skedul Permintaan dan Kurva Permintaan

Disamping dapat diungkapkan dalam bentuk tabel, permintaan akan suatu barang dari seorang konsumen dapat pula diungkapkan dalam bentuk grafik atau dalam bentuk persamaan matematika. Kalau sebuah permintaan diungkapkan dalam bentuk grafik tepatnya disebut kurva permintaan atau garis permintaan apabila permintaan tersebut bentuknya dalam grafik merupakan garis lurus. Sedangkan apabila permintaan diungkapkan dalam bentuk permintaan matematik maka dapat disebut sebagai fungsi permintaan.

Katakanlah permintaan terhadap suatu barang x hanya dipengaruhi oleh harganya. Dengan mengubah-ubah harga, sementara pendapatan perorangan, selera, harga barang-barang lain dianggap tetap (ceteris paribus), maka diperoleh skedul permintaan perorangan terhadap barang tersebut. Penyajian kombinasi-kombinasi harga dan kuantitas yang dipilih konsumen dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut :


(35)

Tabel 2.5.1

Skedul Permintaan Barang X

Jenis Barang Harga/Unit (Rp) Jumlah Barang (unit)

A 2000 100

B 3000 90

C 4000 80

D 5000 70

Sedangkan kurva permintaan menunjukkan hubungan fungisional antara harga dan jumlah barang yang diminta. Kurva permintaan berbagai jenis barang pada umumnya menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Kurva yang bersifat demikian disebabkan adanya keterkaitan diantara harga dan jumlah yang diminta, dimana kurva permintaan tersebut mempunyai sifat hubungan yang terbalik.


(36)

Skedul permintaan diatas maka dapat digambarkan kurva permintaannya sebagai berikut :

Gambar 2.5. Kurva Permintaan

Kurva permintaan berbagai jenis barang berbentuk garis lurus yang miring dari kiri atas ke kanan bawah atau mempunyai lereng (slope) yang negatif . kurva yang demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan jumlah yang diminta, yang mempunyai sifat hubungan yang terbalik. Kalau salah satu variabel naik (misalnya harga) maka variabel yang lainnya yang akan turun (misalnya jumlah yang diminta). (Sadono Sukirno, 2005:77)

Kalau permintaan digambarkan dengan seluruh kurva, maka jumlah yang diminta (quantity demanded) adalah jumlah total suatu komoditi yang diinginkan setiap rumah tangga untuk membelinya.

P

Q 3000

2000

90 100

4000 3000


(37)

Ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam konsep ini ialah (Kadariah, 1994:2) :

1) Jumlah yang diminta (quantity demanded) adalah suatu jumlah yang

diinginkan (a desired quantity) pada harga barang tersebut, sedangkan harga barang-baarng lain, pendapatan konsumen, selera, dan lain-lain tetap. Jumlah ini dapat berbeda dengan jumlah yang dalam kenyataan dapat dibeli para rumah tangga. Istilah-istilah yang diinginkan (quantity demanded) tidak sama dengan jumlah yang betul-betul dibeli (quantity actually bought).

2) Jumlah yang diinginkan (desired) berarti permintaan yang efektif (effective

demand) artinya orang mau membeli jumlah itu, dengan harga tertentu yang

dibayar untuk komodity tersebut.

3) Jumlah yang diminta menunjukkan arus pembelian yang terus-menerus (a

continous flow of purchases). Karenanya jumlah ini harus dinyatakan dalam

‘sekian dalam waktu sekian’.

2.6 Perubahan Kurva Permintaan

Kurva permintaan menunjukkan hubungan antara jumlah barang (output) yang diminta dengan harga per unit (atau harga per satuan). Kecuali dalam kasus khusus, kurva permintaan selalu berbentuk garis yang condong ke kanan bawah. (Suherman Rosyidi, 2000:240)

Kurva permintaan pada berbagai jenis barang pada umumnya menurun dari atas kekanan bawah. Kurva yang demikian disebabkan oleh sifat perkaitan diantara harga dan jumlah yang diminta, yaitu mereka mempunyai sifat hubungan


(38)

yang terbalik. Kalau satunya naik (misalnya harga) maka yang lainnya turun (misalnya jumlah yang diminta). Perbedaan seperti itu timbul karena adanya perbedaan pengertian masalah perubahan atau gerakan kurva permintaan.

1. Gerakan kurva didalam permintaan, dan 2. Gerakan seluruh kurva permintaan.

Hal pertama menyebabkan terjadinya perubahan jumlah yang diminta, sedangkan hal kedua itu menyebabkan terjadinya perubahan permintaan.

Gambar 2.6.1

Kurva Perubahan Jumlah Yang Diminta

Kurva diatas menunjukkan perubahan permintaan sepanjang kurva. Terjadi bila barang atau jasa yang diminta berubah (naik atau turun). Penurunan harga tersebut menaikkan jumlah yang diminta dan kenaikan harga barang atau jasa tersebut akan mengurangi jumlah yang diminta.

P

P1

P2

Q1 Q2


(39)

Gambar 2.6.2 Kurva Perubahan Permintaan

Kurva diatas menunjukkan terjadinya pergeseran kurva permintaan ke kanan atau ke kiri disebabkan oleh perubahan permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor selain harga barang atau jasa tersebut. Permintaan bisa naik (kurva permintaan bergeser ke kanan menjadi Dn) dan bisa juga turun (kurva permintaan bergeser ke kiri menjadi Dt). Pada gambar di atas jelas sekali terjadi adanya pergeseran kurva permintaan yang disebut perubahan permintaan.

Menurut Suherman Rosyidi (2000:245) dalam bukunya Pengantar Teori Ekonomi, ada banyak sebab mengapa kurva permintaan bergeser, yaitu:

a) Tingkat pendapatan masyarakat (income)

b) Citarasa atau selera masyarakat terhadap barang itu (taste)

c) Harga barang lain, khususnya harga barang-barang perlengkapan dan harga barang pengganti (price of related commodities).

Dt D Dn

P

QI Q Q


(40)

Jadi dapat diambil suatu asumsi mengenai apa yang dimaksud dengan kenaikan dan penurunan permintaan, yaitu:

1) Permintaan dikatakan naik, jika:

a) Orang atau masyarakat bersedia membeli sejumlah yang banyak sekalipun harga barang itu tetap tidak berubah.

b) Orang atau masyarakat bersedia membeli jumlah barang yang tetap sekalipun harga barang itu sudah naik.

2) Permintaan dikatakan turun, jika:

a) Orang akan membeli jumlah yang lebih sedikit walaupun harga tidak berubah.

b) Orang akan membeli jumlah barang yang tetap sekalipun harga barang itu sudah turun.

Sehubungan dengan adanya perubahan pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan masing-masing variabel, maka pernyataan perubahan permintaan maupun jumlah permintaan diatas dalam keadaan ceteris paribus.

Kurva permintaan akan bergeser ke kanan atau ke kiri, yaitu seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.6.2 diatas, kalau terdapat perubahan-perubahan terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor yang bukan harga, antara lain:

1. Harga barang lain a. Barang Pengganti

Sesuatu barang dinamakan barang pengganti kepada sesuatu barang lain apabila ia dapat menggantikan fungsi dari barang laintersebut. Harga


(41)

barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang yang dapat digantikannya.

Apabila harga barang pengganti bertambah mahal, maka barang yang digantikannya akan mengalami pertambahan dalam permintaan.

b. Barang Penggenap

Apabila sesuatu barang selalu digunakan bersama-sama dengan barang lainnya, maka barang tersebut dinamakan barang penggenap kepada barang lain tersebut. Apabila harga penggenap bertambah mahal, maka barang yang digantikannya akan mengalami penurunan dalam permintaan. c. Barang Netral

Barang netral yaitu apabila dua macam barang tidak mempunyai perkalian yang rapat, perubahan terhadap permintaan salah satu barang tersebut tidak akan mempengaruhi permintaan barang yang lainnya. Kenaikan atau penurunan harga akan mempengaruhi atas permintaan barang netral.

2. Pendapatan para pembeli a.Barang Inferior

Yaitu barang banyak diminta oleh orang-orang yang berpendapatan rendah. Jika pendapatannya bertambah tinggi maka permintaan terhadap barang-barang inferior akan berkurang.

b.Barang Esensial

Yaitu barang yang sangat penting artinya dalam kehidupan sehari-hari. Permintaan akan barang esensial cenderung tetap walaupun terjadi kenaikan pendapatan.


(42)

c.Barang Normal

Yaitu apabila barang tersebut mengalami peningkatan dalam permintaan sebagai akibat dari kenaikan pendapatan.

d.Barang Mewah

Jenis-jenis barang yang dibeli orang apabila pendapatan mereka sudah relatif tinggi. Apabila pendapatan naik maka permintaan akan mewah akan bertambah.

3. Distribusi Pendapatan

Sejumlah pendapatan masyarakat yang tertentu besarnya akan mempengaruhi corak permintaan masyarakat yang berbeda apabila pendapatan tersebut dirubah corak distribusinya. Sekiranya pemerintah menaikkan pajak terhadap orang-orang kaya dan menggunakan hasil pajak ini untuk menaikkan pendapatan pekerja yang bergaji rendah, corak permintaan terhadap berbagaibarang akan mengalami perubahan. Barang-barang yang digunakan oleh orang kaya permintaannya akan berkurang dan barang-barang yang digunakan orang yang pendapatannya harus mengalami peningkatan akan bertambah.

4. Citarasa Masyarakat

Citarasa masyarakat mempunyai pengaruh yang besar terhadap keinginan masyarakat untuk membeli barang-barang.

5. Jumlah Penduduk

Pertambahan penduduk yang diikuti perkembangan kesempatan kerja dpat mempengaruhi pertambahan permintaan.


(43)

6. Ramalan Mengenai Masa Datang

Ramalan para konsumen bahwa barang-barang bertambah tinggi di masa depan akan mendorong mereka untuk membeli banyak pada masa ini, untuk menghemat pengeluaran di masa yang akan datang.

2.7 Elastisitas Permintaan

Elastisitas permintaan terhadap harga merupakan suatu ukuran mngenai besarnya tanggapan (respon) terhadap jumlah yang diminta dari suatu komoditas tertentu, karena terjadinya perubahan harga. Elastisitas itu didefenisikan sebagai prosentase perubahan jumlah yang diminta dibagi dengan prosentase perubahan tingkat harga yang menyebabkannya. Perubahan yang dibagi oleh nilai rata-rata. (Sanusi, 2004:61).

Elastisitas didefenisikan sebagai bilangan positif dan dapat bervariasi dari nol hingga yang tidak terhingga jumlahnya. Sekiranya elastisitas lebih kecil dari satu maka permintaan bersifat inelastis. Ini berarti bahwa prosentase perubahan jumlah yang kecil daripada prosentase perubahan tingkat harga yang menyebabkannya. Sekiranya bilangan inelastisnya lebih dari satu, permintaannya bersifat elastis. Ini berarti perubahan jumlah lebih besar daripada prosentase perubahan tingkat harga yang menyebabkannya.

Umumnya koefisien elastisitas (coefficient of elasticity) dapat didefenisikan sebagai persentase perubahan dalam variabel tidak bebas (dependent variable) dibagi dengan persentase perubahan dalam variabel bebas (independent variable). Jadi elastisitas merupakan derajat kepekaan kuantitas


(44)

yang diminta atau ditawarkan terhadap suatu faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran. (Sahat Simbolon, 2007:43)

Elastisitas harga permintaan digunakan untuk mengukur besarnya kepekaan jumlah barang yang diminta akibat adanya perubahan harga barang itu sendiri. Untuk menghitung elastisitas tersebut dapat digunakan dua cara yaitu dengan menggunakan elastisitas titik atau dengan menggunakan elastisitas busur. Elastisitas titik, koefisien elastisitasnya dihitung dari satu titik tertentu.

Dibawah ini adalah rumus elastisitas permintaan yang dihitung dengan cara elastisitas titik :

Ed = Prosentase perubahan jumlah barang yang diminta Prosentase perubahan harga

Ed = ∆Q/Q ∆P/P Ed = ∆Q x ∆P P Q

Q1 – Q2

Q1

P1 – P2

P1


(45)

Jika dari hasil perhitungan elastisitas permintaan itu angka koefisien elastisitas menunjukkan:

Ed > 1 disebut elastis Ed < 1 disebut in-elastis Ed = 1 disebut unitary elastis Ed = 0 disebut in-elastis sempurna Ed = ∞ disebut elastis sempurna

Jika digambarkan dalam kurva, maka bentuk dari masing-masing kriteria elatisitas tersebut di atas adalah sebagai berikut :

Gambar 2.5 Kurva Elastisitas Permintaan

P

Q P

Q Q

P D

D

D

D

D

P P

Q Q

In Elastis Sempurna Elastis Sempurna Elastis Uniter


(46)

Ada empat macam konsep elastisitas yang umum dipakai dalam teori ekonomi mikro :

• Elastisitas harga permintaan (Ed), yaitu persentase jumlah barang yang diminta akibat terjadinya perubahan harga barang itu sendiri.

• Elastisitas harga penawaran (Es), yaitu persentase perubahan jumlah barang yang ditawarkan akibat terjadinya perubahan harga barang itu sendiri.

• Elastisitas silang (Ec), yaitu persentase perubahan jumlah barang yang diminta akibat terjadinya perubahan harga barang lain.

• Elastisitas pendapatan (Ey), yaitu persentase perubahan kuantitas barang yang diminta akibat terjadinya perubahan pendapatan.

Mengetahui besarnya angka-angka koefisien elastisitas tersebut sangat penting terutama bagi:

 Perusahaan. Bagi perusahaan, angka-angka koefisien elastisitas tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan volume produksi dan penentuan harga barang yang dijual.

 Pemerintah. Bagi pemerintah, dengan mengetahui angka-angka koefisien elastisitas tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk meramalkan suatu kebajikan ekonomi tertentu yang akan dilaksanakan.


(47)

Hal-hal yang mempengaruhi elastisitas permintaan :

Permintaan terhadap berbagai macam barang atau jasa akan berbeda-beda tingkat elastisitasnya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi antara lain :

1. Tingkat kemudahan barang yang bersangkutan untuk digantikan oleh barang yang lain.

Dalam suatu perekonomian, jika suatu barang tertentu banyak terdapat barang penggantinya maka permintaan terhadap barang tersebut cenderung bersifat elastis, artinya perubahan dalam harga barang tersebut sedikit saja akan menimbulkan perubahan besar terhadap jumlah barang tersebut karena konsumen akan cepat beralih terhadap barang penggantinya. Dan sebaliknya permintaan terhadap barang yang tidak banyak penggantinya akan cenderung bersifat in-elastis.

2. Besarnya proporsi pendapatan yang digunakan.

Besarnya bagian darin pendapatan yang digunakan untuk membeli sesuatu barang dapat mempengaruhi elastisitas permintaan terhadap barang tersebut. Semakin besar bagian pendapatan yang diperlukan untuk membeli suatu barang, maka semakin elastis permintaan terhadap barang tersebut.

3. Jangka waktu analisa.

Jangka waktu didalam permintaan terhadap suatu barang juga berpengaruh terhadap elastisitas. Makin lama jangka waktu dimana permintaan itu dianalisis, makin elastis sifat permintaan sesuatu barang.


(48)

4. Jenis barang

Jenis barang yang dimaksud adalah jenis barang kebutuhan pokok atau barang mewah atau barang normal. Untuk jenis barang mewah, permintaannya cenderung bersifat elastis (perubahan harga sedikit saja akan diikuti oleh perubahan kuantitas yang diminta dalam jumlah yang lebih banyak). Tetapi untuk barang-barang kebutuhan pokok, permintaannya cenderung bersifat inelastis (perubahan harga tidak banyak berpengaruh terhadap jumlah yang diminta).

2.8 Media Cetak

2.8.1 Pengertian Media Cetak

Secara harfiah pengertian media cetak bisa diartikan sebagai sebuah media penyampai informasi yang memiliki dan terkait dengan kepentingan rakyat banyak, yang disampaikan secara tertulis. Dari pengertian ini, kita bisa melihat bahwa media cetak adalah sebuah media yang didalamnya berisi informasi yang terkait dengan kepentingan masyarakat umum dan bukan terbatas pada kelompok tertentu saja.

Media cetak ini merupakan bagian dari saluran informasi masyarakat disamping media elektronik dan juga media digital. Dan ditengah dinamika masyarakat yang demikian pesat, media cetak dianggap sudah tertinggal dibandingkan dengan dua pesaingnya yakni media elektronik dan media digital. Meski demikian, bukan berarti media cetak sudah tidak mampu meraih konsumen yang menantikan informasi yang dibawanya.


(49)

Dan pengertian media cetak tersebut, maka ada keunggulan media ini dibandingkan dua pesaingnya tersebut. Media cetak bisa menyampaikan sebuah informasi secara detail dan terperinci. Sementara untuk media elektronik dan digital, mereka lebih mengutamakan kecepatan informasi. Sehingga tak jarang informasi yang disampaikan lebih bersifat sepotong dan berulang-ulang.

2.8.2 Jenis-jenis Media Cetak

Secara umum, jenis media cetak yang ada di Indonesia diklasifikasikan menjadi delapan bagian. Pengklasifikasian tersebut didasarkan pada waktu terbit media tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang dikeluarkan oleh Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika, tentang pembagian media cetak dan pengklasifikasiannya.

Kedelapan jenis media cetak tersebut diantaranya adalah : 1) Surat Kabar Harian

Ini adalah jenis media cetak yang terbit setiap hari, kecuali pada hari-hari tertentu seperti hari libur nasional. Jenis media cetak ini masih dibagi lagi menjadi Surat Kabar Harian Nasional, Surat Kabar Harian Daerah, dan Surat Kabar Harian Lokal. Berita yang disampaikan adalah jenis berita news atau informasi terkini dan disampaikan dengan sistem straight news atau apa adanya.


(50)

2) Surat Kabar Mingguan

Surat kabar jenis lebih banyak dikenal dengan sebutan tabloit. Biasanya berita yang daingkat adalah berita hiburan atau in depth news atau liputan mendalam. Tulisan dalam media ini lebih banyak bergaya feature atau deskriptif.

3) Majalah Mingguan

Jenis majalah ini terbit setiap minggu sekali. Berita yang diangkat adalah berita in depth news dengan jenis berita adalah berita news atau tentang sebuat peristiwa.

4) Majalah Tengah Bulanan

Majalah ini terbit sebulan dua kali. Berita yang ditampilkan lebih bersifat informatif dan biasanya memuat tentang berita life style atau gaya hidup. 5) Majalah Bulanan

Majalah bulanan terbit sekali dalam sebulan. Jenis pemberitaan yang disampaikan biasanya termasuk investigatif atau berita yang didapat dari hasil penelitian.

6) Majalah Dwibulanan

Majalah ini terbit sekali dalam dua bulan. Informasi yang disampaikan dalam majalah ini biasanya terkait dengan laporan dari hasil aktifitas sesuatu. Misalnya laporan neraca perusahaan atau juga majalah yang berisi laporan pendapatan sebuah lembaga zakat.


(51)

7) Majalah Tribulanan

Malajah ini berkonsep hampir mirip dengan majalah dwibulanan. Yang membedakan hanya masalah waktu terbit, yang dilakukan setiap tiga bulan sekali.

8) Bulletin

Media cetak ini biasanya dibuat untuk kalangan tertentu atau intern saja. Dan media ini biasanya hanya terdiri dari beberapa halaman, serta dibuat dengan konsep sederhana. Bulletin juga tidak dibuat untuk kepentingan komersial.


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kecamatan Medan Helvetia, dengan pertimbangan bahwa kecamatan medan helvetia merupakan salah satu daerah yang masyarakatnya banyak melakukan kegiatan ekonomi dikota Medan, dimana sebagian besar masyarakatnya sudah berpola pikir maju sehingga menggap bahwa informasi merupakan suatu bagian yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang dapat memudahkan dalam memperoleh data.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Yang termasuk populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang ada di Medan Helvetia. Jumlah dari populasi ini sendiri adalah sebanyak 144.077 rumah tangga. Sampel penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut :

Dimana:

n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat di tolerir atau diinginkan, misalnya 10%.

n = N 1 + Ne2


(53)

Berikut ini pengambilan sampel menggunakan persen kelonggaran 10% :

n = 99,9 = 100

Dalam penelitian ini Penulis mengambil sampel sebanyak 100 orang yang ditetapkan sebagai responden, yaitu masyarakat yang mengkonsumsi surat kabar harian yang berada di Kecamatan Medan Heletia. Responden yang diteliti memiliki karakteristik yang sama yaitu yang pendidikannya minimal SMU.

Teknik pengambilan data menggunakan metode penentuan sampel yang dipilih secara acak sehingga relevan dengan rancangan penelitian (purposive

sampling) dan dengan cara mewawancarai (interview) dengan menggunakan

kuesioner terhadap masyarakat yang mengkonsumsi surat kabar harian sebagai narasumber.

Dalam menentukan sampel, penulis menggunakan metode pengambilan

cluster sampling (area sampling). Teknik area sampling digunakan karena obyek

yang diteliti atau sumber data yang sangat luas. Dari 7 kelurahan, penulis mengambil 5 kelurahan sebagai sampel dan dipilih secara acak.

n = 144.077

1 + (144.077)(0,1)2 n = 144.077

1 + 1440

n = 144.077 1441


(54)

Berikut ini sampel kelurahan yang diteliti oleh penulis :

Tabel 3.1 Distribusi Responden

Kelurahan Jumlah Responden Persentase

Helvetia Tengah 32 32 %

Tanjung Gusta 20 20 %

Dwi Kora 19 19 %

Cinta Damai 16 16 %

Sei Sikambing 13 13 %

Total 100 100 %

Sumber : Olahan Data primer

3.3 Metode Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data peneliti mempergunakan metode pengumpulan data primer yaitu dengan melakukan observasi dan wawancara dengan menggunakan alat kuesioner sebagai alat. Jenis data yang dikumpulkan adalah

cross section data.

3.4 Metode Pengolahan Data

Untuk menghitung hasil masing-masing koefisien pada model estimasi, maka peneliti menggunakan bantuan komputer dengan program Eviews 5.1.


(55)

3.5 Metode Analisis Data

Adapun model analisa yang digunakan adalah metode Regresi Linier Berganda dimana terdapat hubungan antara dua variabel bebas (independent

variabel) yaitu X1 dan X2.

Adapun modelnya adalah sebagi berikut :

Y = a + β1X1+ β2X2 + µ

Dimana:

Y = Permintaan Surat kabar (Eksemplar)

a = Intercept

β1,β2 = Koefisien Regresi

X1 = Pendapatan keluarga (Rupiah)

X2 = Harga Surat Kabar (Rupiah)

µ = Standar Eror (Term of Error)

Bentuk hipotesa diatas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

∂Y > 0, semakin tinggi tingkat pendapatan individu maka semakin besar permintaan terhadap surat kabar harian.

∂Y < 0, semakin rendah harga surat kabar harian maka semakin besar permintaan terhadap surat kabar harian.

∂ X1


(56)

3.6 Uji Kesesuaian (Test of Goodness Fit)

3.6.1 Uji Koefisien Daterminasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel independenn secara bersama-sama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen. Jika R2 semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan variabel bebas mempunyai pengaruh besar terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika R2 semakin kecil (mendekati nol), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas kecil terhadap variabel terikat.

3.6.2 Uji T-statistik

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel terikat.

Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :

t‘ = bi

Se(bi)

Dimana : bi = koefisien variabel independen yang diuji

b = nilai hipotesis 0

Se (bi) = standar error dari variabel bi

Kriteria pengambilan keputusan : Ho diterima jika t-hitung < t tabel


(57)

Gambar 3.1 Uji T-statistik

3.6.3 Uji F-statistik

Uji f-statistik digunakan untuk mengetahui seberapa besar nilai-nilai variabel independent secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Untuk uji f digunakan hipotesis :

Ho : b1 = b2 = ... = bk = 0

Artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (lx1, lx2) terhadap variabel terikat (Y).

Ha : b1≠ b2 ≠ ... ≠ bk ≠ 0

Nilai f-hitung diperoleh dengan rumus :

F’ = R2 / k-1

Ha diterima

0 Ho diterima


(58)

Dimana:

R2 = koefisien determinasi

k = jumlah variabel independen ditambah dari suatu model persamaan

n = jumlah sampel

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima jika t hitung < f tabel

Ha diterima jika t hitung > f tabel

Gambar 3.6.3 Uji F-statistik

Ho diterima


(59)

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi untuk suatu hasil estimasi regresi linier agar hasil tersebut dapat dikatakan baik dan efisien. Adapun asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain:

1. Model regresi adalah linier, yaitu linier di dalam parameter.

2. Residual variabel pengganggu (µ) mempunyai nilai rata-rata nol (zero mean value of disturbance µ)

3. Homokedastisitas atau varian dari µ adalah konstan.

4. Tidak ada autokorelasi antara variabel pengganggu (µ).

5. Kovarian antara µ dan variabel independen (x1) adalah nol.

6. Jumlah data (observasi) harus lebih banyak dibandingkan dengan jumlah parameter yang akan diestimasi.

7. Tidak ada multikolinieritas.

8. Variabel pengganggu harus berdistribusi normal atau skokastik.

Berdasarkan kondisi diatas tersebut didalam ilmu ekonometrika, agar suatu model dikatakan baik atau sihih, maka perlu dikatakan beberapa pengujian seperti dibawah ini (Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat, 2007:88)


(60)

3.7.1 Uji Normalitas

Uji ini dilakukan memasatikan µ (error term) tersebar normal. Jika µ

tersebut normal maka koefisien OLS (β OLS) juga tersebar normal dengan

demikian Y juga tersebar normal, hal ini disebabkan adanya hubungan linier

antara µ, β, dan Y. Untuk menguji sebaran µ dapat digunakan uji JB (Jarque

Berra). Error term (µ) disebut normal jika nilai JB lebih rendah atau sama dengan nilai kritis tabel Chi-square (derajat bebas, alpha).

Hipotesis yang dipakai adalah Ho diterima dan Ha ditolak jika nilai JB lebih besar dari tabel Chi-square, berarti sebaran error (µ) dan Y tidak normal dan Ho ditolak sedangkan Ha diterima jika nilai JB lebih kecil dari nilai tabel Chi-square berarti sebaran error term (µ) dan Y normal.

3.7.2 Uji Linieritas

Uji linieritas sangat penting karena uji ini sekaligus dapat melihat apakah spesifikasi model yang kita gunakan sudah benar atau tidak. Dengan menggunakan uji ini kita dapat mengetahui bentuk model empiris dan menguji variabel yang relevan untuk dimasukkan ke dalam model empiris. Dengan kata lain, dengan menggunakan uji linieritas, spesification error atau

miss-specification error. Salah satu uji yang digunakan untuk menguji

linieritas adalah uji Ramsey atau Ramsey RESET Test (Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat, 2007).


(61)

3.7.3 Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel independen lainnya.

Adanya multikolinieritas ditandai dengan: • Standard error tidak terhingga

• Tidak ada t-statistik yang signifikan pada α=5%, α=10%, α=1% • Terjadi perubahan tanda atau tidak seusai dengan teori

• R2 sangat tinggi.

Pengujian yang lain, yang dapat digunakan untuk melihat multikolinierity antar variabel adalah dengan menggunakan uji parsial (Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat, 2007:90).

3.7.4 Heterokedastisitas

Heterokedastisitas merupakan salah satu asumsi OLS jika varian residualnya tidak sama. Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dilakukan dengan white test yaitu dengan cara meregres logaritma residual kuadrat terhadap semua variabel penjelas.


(62)

Pada white test terhadap beberapa tahap, antara lain :

- Membuat regresi persamaan dan mendapatkan residualnya.

- Uji dengan chi-square tabel (χ2)

χ2

= n R2

Dimana : n = jumlah observasi

R2 = koefisien determinasi

Keputusan ada tidaknya heterokedastisitas ditemukan jika :

• χ2hitung > χ2

tabel, maka ada heterokedastisitas.

• χ2hitung < χ2

tabel, tidak ada heterokedastisitas.

Ini merupakan pelanggaran salah satu asumsi klasik tentang model regresi linier berdasarkan metode kuadrat terkesil biasa. Heterokedastisitas pada umumnya lebih banyak ditemui pada data cross section data yaitu data yang menggambarkan keadaan pada suatu waktu tertentu misalnya data hasil suatu survei. Keberadaan heterokedastisitas akan dapat menyebabkan kesalahan dalam penaksiran sehingga koefisien regresi menjadi tidak efisien dan dapat menyesatkan (Nachrowi, Nachrowi Djalal dan Hardius Usman, 2006:109).


(63)

Menguji Heterokedastisitas

Untuk menguji keberadaan heterokedastisitas dilakukan dengan cara uji formal yaitu Uji White (white’s general Heterokedastisitas Test).

Uji White memulai pengujiannya dengan membentuk model :

Yi = β0+ β1X1+ β2X2+ β3X3 + µi

Kemudian persamaan diatas. Dimodifikasi dengan membentuk regresi bantuan (auxiliary regression) sehingga model menjadi :

µi2 = α0+ α1X1+ α2X2+ α3X3+ α4X12+ α5X22+ α6X32+ α7X1X2X3+ υi

Pedoman dari penggunaan uji white ini adalah tidak terdapat masalah heterokedastisitas dalam hasil estimasi, jika nilai R2 hasil regresi dilakukan dengan jumlah data atau (n.R2 = χ2 hitung) lebih kecil dibandingkan χ2 tabel. Sementara, akan terdapat masalah heterokedastisitas apabila hasil estimasi menunjukkan bahwa χ2 hitung lebih besar dibandingkan χ2 tabel (Pratomo dan Hidayat, 2007:98).

Cara mengobati masalah heteroskedastisitas jika varians diketahui :

Pada hakekatnya untuk mengatasi heteroskedastisiti kita melakukan transformasi data. Gujarati (1995: 383) menunjukkan 4 cara untuk mengatasi heteroskedastisitas, yaitu :

1. Lakukan transformasi logaritma normal, semua data dilogaritma normalkan model menjadi sebagai berikut,


(64)

LN Y = Ln a+ b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + e

Dengan mentransformasi data kebentuk logaritma normal, maka error akan mengecil dan akibatnya heteroskedastisitas akan berkurang

2. Bagilah semua data dengan nilai prediksi Y ()

Y Y

ˆ = a 1 + b1 Yˆ e ˆ 2 ˆ 2

1 + +

Y X b Y X

Model ini disebut WLS (Weighted Least Squares). Dalam model ini terdapat variabel baru yaitu 1/ Yˆ . Buatlah data baru dengan membagi angka 1 dengan

.

3. Membagi semua variabel dengan variabel lain.

Z e Z X b Z X b Z a Z Y + + + = 2 2 1 1 1

Jika variabel Z tidak tersedia terpaksa kita membagi dengan salah satu variabel penjelas X1 atau X2 model menjadi,

1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 X e X X b X X b X a X Y + + + =

akhirnya model menjadi:

v X X b X A X Y + + = 1 2 2 1 2 1

Model ini juga dilakukan tanpa intersep, dan R2 yang diperoleh juga merupakan Raw R2.


(65)

4. Transformasi dengan membagi semua variabel dengan akar X1. 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 X e X X b X X b X a X Y + + + =

Dalam model ini juga dilakukan tanpa intersep, dan R2 yang diperoleh juga merupakan Raw R2. Transformasi-transformasi di atas diharapkan e menjadi konstan sepanjang observasi.

3.8 Defenisi Operasioanal

Defenisi operasional (batasan defenisi) bertujuan mengarahkan dan membatasi penelitian, batasan-batasan defenisi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Permintaan adalah jumlah surat kabar harian yang diminta pada tingkat harga tertentu oleh masyarakat yang berada di Kecamatan Medan Helvetia. Dihitung per eksemplar dalam satu bulan.

2. Pendapatan per kapita adalah pendapatan atau hasil usaha yang diperoleh oleh kepala keluarga dalam waktu satu bulan yang diukur dengan rupiah (Jutaan). 3. Harga adalah harga surat kabar harian yang diminta oleh masyarakat.


(66)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Kecamatan Medan Helvetia merupakan daerah yang mempunyai penduduk terbanyak kedua setelah Kecamatan Medan Deli. Jumlah penduduknya sekitar 145.376 orang penduduk.

Daerah penelitian ini berberbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, di sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal, dan disebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Petisah. Secara administratif kecamatan Medan Helvetia terdiri dari 7 kelurahan. Potensi lahan yang dimiliki oleh daerah penelitian ini sebagian besar dimanfaatkan untuk berwiraswasta.

Kecamatan Medan helvetia terletak pada ketinggian 27 m dari permukaan laut, dengan 030 – 020 LU, 620 – 410 LS, serta 980 – 390 BT. Kecamatan ini memiliki luas wilayah 11,5 Km2.


(67)

Tabel 4.1.1

Jumlah Pegawai di Kantor Camat Medan Helvetia

No. Golongan Jumlah (Orang)

1. Golongan III/d 7

2. Golongan III/c 4

3. Golongan III/b 25

4. Golongan III/a 14

5. Golongan II/d 6

6. Golongan II/c 4

7. Golongan II/b 2

8. Golongan II/a 4

9. Golongan I/d 2

JUMLAH 68

Sumber : Kecamatan Medan Helvetia Dalam Angka, 2010.

Visi Kecamatan Medan Helvetia adalah :

”Terwujudnya pelayanan prima kepada masyarakat di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di Kecamatan Medan Helvetia untuk mewujudkan Medan Metropolitan yang modern, madani, dan religius.”


(68)

Misi Kecamatan Medan Helvetia :

Untuk mewujudkan visi ini, Kecamatan Medan Helvetia merumuskan misinya yaitu :

1. Meningkatkan kualitas jasa dan pelayanan kepada masyarakat di

kecamatan.

2. Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan kepada masyarakat.

3. Meningkatkan daya aparat pemberi jasa pelayanan kepada masyarakat.

4. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaan

manajemen pembangunan kecamatan.

Dengan terwujudnya misi Kecamatan Medan Helvetia maka telah mendukung kemajuan dan kemakmuran Medan Kota Metropolitan, dengan Motto Kota Medan melalui bekerja sama dan sama-sama bekerja untuk kemajuan dan kemakmuran Medan Kota Metropolitan yang modern, madani, dan religius.


(69)

Gambar 4.1


(70)

Luas wilayah Kecamatan Medan Helvetia sekitar 11,55 Km2 dan membawahi tujuh kelurahan sebagai berikut :

Tabel 4.1.2 Nama-nama kelurahan di Kecamatan Medan Helvetia

No. Kelurahan

1. Cinta Damai

2. Sei Sikambing C II

3. Dwi Kora

4. Helvetia Timur

5. Helvetia Tengah

6. Helvetia

7. Tanjung Gusta

Sumber : Kecamatan Medan Helvetia Dalam Angka, 2010.

Seiring dengan perkembangan pembangunan, kini di Kecamatan Medan Helvetia terdapat berbagai macam etnis antara lain : Batak, Jawa, Cina, Melayu, India, Aceh, dan lain-lain.

Batas-batas wilayah Kecamatan Medan Helvetia sebagai berikut : • Sebelah Utara dengan Kabupaten Deli Serdang

• Sebelah Selatan dengan Kecamatan Medan Sunggal • Sebelah Barat dengan Kecamatan Medan Sunggal

• Sebelah Timur dengan Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan


(71)

Tabel 4.1.3

Luas Wilayah Dirinci per Kelurahan di Kecamatan Medan Helvetia

No. Kelurahan Luas (Km2) Persentase terhadap Luas Kecamatan

1. Cinta Damai 1,80 15,58

2. Sei Sikambing C II 0,98 8,48

3. Dwi Kora 2,00 17,32

4. Helvetia Timur 1,82 15,76

5. Helvetia Tengah 1,50 12,99

6. Helvetia 1,25 10,82

7. Tanjung Gusta 2,20 19,05

Total 11,55 100


(72)

Gambaran tentang jumlah penduduk di Kecamatan Medan Helvetia akan dijelaskan dengan tabel 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.1.4

Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Helvetia

No. Kelurahan Jumlah Penduduk Luas (Km2)

1. Cinta Damai 17. 401 1,80

2. Sei Sikambing C II 14.237 0,98

3. Dwi Kora 20. 918 2,00

4. Helvetia Timur 23.796 1,82

5. Helvetia Tengah 33.497 1,50

6. Helvetia 14.888 1,25

7. Tanjung Gusta 20.639 2,20

Total 145. 376 11,55

Sumber : Kecamatan Medan Helvetia Dalam Angka, 2010.

Jumlah penduduk di Kecamatan Medan Helvetia berjumlah 145.376 penduduk, dimana penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Helvetia Tengah yaitu berjumlah 33.497 penduduk, sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kelurahan Sei Sikambing C-II yaitu berjumlah 14.237 penduduk. Daerah yang terpadat penduduknya terdapat di Kelurahan Helvetia Tengah yaitu 22.331 penduduk tiap Km2.


(73)

Dalam tabel 4.5 dibawah ini disajikan banyaknya jumlah penduduk menurut jenis kelamin per kelurahan di Kecamatan Medan Helvetia .

Tabel 4.1.5

Banyaknya Rumah Tangga dan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Medan Helvetia

No. Kelurahan Banyak Rumah Tangga

Penduduk

Laki-laki

Perempuan Jumlah

1. Cinta Damai 3.895 8.493 8.908 17. 401

2. Sei Sikambing C II 2.866 7.153 7.084 14.237

3. Dwi Kora 5.452 10.306 10.612 20. 918

4. Helvetia Timur 5.451 11.844 11.952 23.796

5. Helvetia Tengah 6.088 16.446 17.051 33.497

6. Helvetia 2.684 7.086 7.802 14.888

7. Tanjung Gusta 5.505 10.385 10.254 20.639

Total 31.941 71.713 73.663 145. 376

Sumber : Kecamatan Medan Helvetia Dalam Angka, 2010.

Berdasarkan tabel 4.5 diatas terlihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan jenis kelaminnya sebanyak 145.376 penduduk, yang terdiri dari 71.713 penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 73.663 penduduk berjenis kelamin perempuan. Penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Helvetia Tengah sebanyak 33.497


(74)

penduduk dengan jumlah laki-laki sebanyak 16.446 penduduk dan perempuan sebanyak 17.051 penduduk serta terdapat 6.088 rumah tangga. .

Penduduk paling sedikit terdapat di Kelurahan Sei Sikambing C-II yaitu sebanyak 14.237 penduduk dengan jumlah laki-laki sebanyak 7.153 penduduk dan perempuan sebanyak 7.084 penduduk serta terdapat 2.866 rumah tangga.

Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Medan Helvetia sangat beranekaragam, yakni pegawai negeri, pegawai swasta, ABRI, petani, pedagang, dan lainnya. Pada umumnya penduduk di Kecamatan Medan Helvetia bekerja sebagai pedagang, dan yang mata pencahariannya sebagai petani merupakan yang paling sedikit.


(75)

Berikut pada tabel 4.6 disajikan komposisi mata pencaharian penduduk di Kecamatan Medan Helvetia pada tahun 2010 :

Tabel 4.1.6

Komposisi Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Medan Helvetia

No. Mata Pencaharian Jumlah

1. Pegawai Negeri 7.000

2. Pegawai Swasta 6.707

3. ABRI 1.887

4. Petani 85

5. Pedagang 7.128

6. Pensiun 2535

7. Lainnya 9200

Jumlah 34.542


(76)

Ditinjau dari segi mata pencaharian penduduk Kecamatan Medan Helvetia yang tersebar di tujuh wilayah kelurahan Tahun Anggaran 2010 setiap kelurahan sebagai berikut :

Tabel 4.1.7

Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Helvetia

No Kelurahan Pegawai Negeri

Pegawai Swasta

ABRI Petani Pedagang Pensiun Lainnya

1. Cinta Damai 451 990 550 16 590 400 920

2. Sei Sikambing C II 418 422 30 0 2.215 105 760

3. Dwi Kora 520 750 112 10 450 120 1.200

4. Helvetia Timur 751 920 460 15 1.217 115 1.450

5. Helvetia Tengah 2.560 960 350 5 650 962 2.600

6. Helvetia 1.345 2.115 205 0 1.452 613 670

7. Tanjung Gusta 955 550 180 39 554 220 1.600

Jumlah 7.000 6.707 180 85 7.128 2.535 9.200


(77)

Dari tabel 4.7 diatas jelas terlihat bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk Kecamatan Medan Helvetia yang bekerja sebagai pedagang yaitu sebanyak 7.128 penduduk. Yang mendominasi adalah di Kelurahan Sei Sikambing C-II yaitu sebanyak 2.215 penduduk yang bermata pencaharian sebagai pedagang. Kemudian disusul oleh Kelurahan Helvetia yang bermata pencaharian pegawai swasta sebanyak 2.115 penduduk.

Tabel 4.1.8

Banyaknya Perusahaan Industri di Kecamatan Medan Helvetia

No. Kelurahan Besar/

Sedang

Kecil Rumah

Tangga

1. Cinta Damai 1 2 3

2. Sei Sikambing C II - 4 4

3. Dwi Kora 5 4 3

4. Helvetia Timur - 5 4

5. Helvetia Tengah - 1 2

6. Helvetia - - 2

7. Tanjung Gusta - 1 2

Jumlah 6 17 21


(78)

Dilihat pada data-data tersebut diatas, bahwa jenis-jenis mata pencaharian penduduk/ warga masyarakat yang ada di kecamatan Medan Helvetia dapat disimpulkan bahwa di Kecamatan banyak terdapat Industri kecil dan rumah tangga.

Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan bangsa, oleh sebab itu berhasil atau tidaknya pembangunan suatu bangsa dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduknya. Semakin maju pendidikan berarti akan membawa pengaruh positif bagi masa depan berbagaio bidang kehidupan.

Di Kecamatan Medan Helvetia terdapat beberapa fasilitas pendidikan, yaitu : 30 Taman Kanak-kanak (TK), 22 Sekolah Dasar (SD) Negeri dan 24 Sekolah Dasar (SD) Swasta, 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan 17 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta, 3 Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri, 6 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Swasta,dan 19 Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta.

Di daerah kecamatan ini juga dapat diketahui bahwa terdapat 7.180 siswa yang bersekolah di SD Negeri dan 11.648 siswa yang bersekolah di SD Swasta. Jumlah guru yang mengajar di Kecamatan Medan Helvetia adalah 234 guru yang mengajar di SD Negeri dan 394 guru yang mengajar di SD Swasta.


(79)

Berikut ini terlihat jumlah penduduk usia sekolah yang bersekolah dan tidak sekolah di Kecamatan Medan Helvetia.

Tabel 4.1.9

Jumlah Penduduk Usia 7-12 Tahun Yang Sekolah dan Tidak Sekolah Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Helvetia

No. Kelurahan Sekolah Tidak

Sekolah

Jumlah

1. Cinta Damai 3.210 29 3.39

2. Sei Sikambing C II 1.814 21 1.835

3. Dwi Kora 3.215 41 3.256

4. Helvetia Timur 2.181 16 2.197

5. Helvetia Tengah 3.210 20 3.230

6. Helvetia 1.812 27 1.839

7. Tanjung Gusta 3.223 42 3.265

Jumlah 18.665 196 18.861


(80)

Berdasarkan tabel 4.9 diatas, penduduk usia 7-12 tahun yang bersekolah paling banyak terdapat di Kelurahan Tanjung Gusta sebanyak 3.223 orang. Dan paling sedikit terdapat di Kelurahan Helvetia sebanyak 1.812 orang.

Penduduk usia 7-12 tahun yang tidak bersekolah paling banyak terdapat di Kelurahan Tanjung Gusta sebanyak 42 orang. Dan paling sedikit terdapat di Kelurahan Helvetia Timur sebanyak 16 orang.

4.2 Karakteristik Responden

Dari masing-masing responden yang telah dikategorikan dapat diambil sampel sebanyak 100 orang konsumen surat kabar harian dengan karakteristik sebagai berikut :

4.2.1 Usia

Usia responden sangat bervariasi. Pada umumnya responden yang membaca surat kabar harian berada dalam kelompok usia lebih dari 30 tahun. Hal ini dapat terlihat dalam distribusi sampel dibawah ini :


(81)

Tabel 4.2.1 Distribusi Responden Menurut Usia

No. Usia Jumlah Responden Persentase

1. 20 – 29 Tahun 15 18

2. 30-39 Tahun 31 31

3. 40 – 49 Tahun 34 34

4. > 50 Tahun 20 27

Jumlah 100 100

Sumber : Olahan Data Primer

Dari tabel 4.3.3 diatas dapat disimpulkan bahwa minat membaca surat kabar harian yang usianya 25-29 tahun lebih rendah dibandingkan masyarakat yang usianya diatas 30 tahun.

Masyarakat Kecamatan Medan Helvetia yang cenderung mengkonsumsi surat kabar berusia 40-49 tahun sebanyak 34 responden. Sedangkan masyarakat yang usianya 30-39 tahun juga cukup banyak mengkonsumsi surat kabar sebanyak 31 orang. Sedangkan masyarakat yang paling sedikit mengkonsumsi surat kabar berusia 20-29 tahun atau sebanyak 15 responden.


(1)

f-tabel (3,09) pada level signifikan 95% atau α = 5%. Dengan demikian, melalui uji Ramsey Reset Test ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (H0) yang menyatakan spesifikasi model yang digunakan tidak dalam bentuk linier adalah benar tidak dapat ditolak.

4.3.4.3Multikolonieritas

Multikolonieritas adalah suatu kondisi dimana terdapat hubungan variabel independen diantara satu dengan lainnya. Dalam penelitian ini tidak terdapat multikolinieritas diantara variabel independen. Hal ini dapat dilihat dari setiap koefisien masing-masing variabel sesuai dengan hipotesa yang telah ditentukan.

Dari model analisa : Y = α + βX1+ β2X2 + µ ...(1) R2 = 0,76

Maka dilakukan pengujian diantara masing-masing variabel independen. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara masing-masing variabel independen.

Pendapatan (X1) = Harga (X2) βX1 = α + β2lx2 + µ ... (2) R2 = 0,004254

Harga (X2) = Pendapatan (X1) β2X2 = α + βlx1 + µ ... (3)


(2)

Dari hasil R2 persamaan (2) dan (3) ini dapat disimpulkan tidak ada multikolinieritas antara variabel independen. Karena R2 persamaan (2) dan (3) lebih kecil dari R2 model analisi persamaan (1) (0,004254 < 0,76).

4.3.4.4Heterkoskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi apabila variabel pengganggu (error term) tidak mempunyai varian yang konstan (sama) untuk semua observasi sehingga residual pengganggu tidak bernilai nol atau E(µi)2≠ σ2.

Untuk menguji keberadaan heteroskedastisitas dilakukan dengan cara Uji Formal yaitu Uji White (White’s General Heterocedastisity Test). Uji White memulai pengujiannya dengan membentuk model :

Yi = βo + β1X1 + β2X2 + µ

Kemudian persamaan diatas, dimodifikasi dengan membentuk bantuan (auxiliary regression) sehingga model menjadi :

µi2 = α0 + α1X1 + α2X2 + α3X12 + α4X22 + α5X1X2 + υi

Tabel 4.3 Hasil Uji White Heterokedastisitas

Nilai Obs*R Square Probabilitas Kesimpulan


(3)

Berdasarkan hasil uji white diatas dapat dilihat bahwa nilai probabilitas chi squares lebih kecil dari 0,05, yang berarti signifikan sehingga mengandung penyakit heteroskedastisitas pada hasil estimasi.

Untuk itu agar model tidak lagi terdapat masalah heteroskedastisitas, maka perlu dilakukan penyembuhan penyakit heteroskedastisitas.

Cara mengobati masalah heteroskedastisitas dengan varians diketahui : Apabila varians (σ2

) dapat diketahui atau dapat diestimasi, untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan metode kuadrat terkecil tertimbang (weighted least squares = WLS). (Wahyu Ario Pratomo dan Paidi Hidayat, 2007:103)

Dengan rumus sebagai berikut :

Bagilah semua data dengan nilai prediksi Y ()

Y Y

ˆ = a 1 + b1 Yˆ e ˆ 2 ˆ 2

1 + +

Y X b Y X

Model ini disebut WLS (Weighted Least Squares). Dalam model ini terdapat variabel baru yaitu 1/. Buatlah data baru dengan membagi angka 1 dengan

. (Gujarati 1995:383)

Nilai varians (σi) dalam ekonometrika disebut sebagai Sum Squared Residual = RSS dibagi dengan jumlah variabel penjelas (k). Lihat hasil estimasi diatas diperoleh nilai RSS atau Sum Squared Residual sebesar 77317,79 dan k = 2 (ada variabel yang diestimasi), sehingga nilai σi =


(4)

77317,79/2 = 38658,895. Nilai σi kemudian ditransformasikan ke dalam masing-masing variabel.

Untuk melihat apakah hasil regresi telah lolos dari masalah heteroskedastisitas dapat dilihat melalui perubahan nilai sum squared resid. Apabila angka sum squared resid cenderung menurun, maka dapat dikatakan bahwa model yang diestimasi lolos dari masalah heteroskedastisitas. Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai σi semakin kecil.

Dari hasil estimasi regresi dengan menggunakan metode kuadrat terkecil tertimbang (weighted least squares = WLS) diperoleh dari nilai sum squared resid yang cenderung menurun yaitu 1,40 , maka dapat dikatakan bahwa model yang diestimasi lolos dari masalah heteroskedastisitas.

BAB V


(5)

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis pendapatan perkapita masyarakat Kecamatan Medan Helvetia dan harga surat kabar harian terhadap besarnya permintaan media cetak, maka diambil kesimpulan sebagai berikut :

2. Ukuran goodness of fit (R2) adalah sebesar 0,76 atau R2 = 0,76 artinya variabel X1 (pendapatan perkapita konsumen), X2 (harga surat kabar harian), secara bersama-sama mampu memberikan penjelasan variasi besarnya jumlah permintaan barang impor sebesar 76 %, sedangkan sisanya sebesar 24% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam estimasi model.

3. Pendapatan perkapita masyarakat Kecamatan Medan Helvetia berpengaruh positif dan berpengaruh nyata terhadap besarnya jumlah permintaan media cetak sebesar 0,0011 pada tingkat kepercayaan 90%. Artinya jika terjadi kenaikan pendapatan sebesar 1% maka akan menyebabkan peningkatan perimtaan media cetak sebesar 0,0011 eksemplar, ceteris paribus.

4. Harga surat kabar harian memiliki pengaruh yang tidak nyata terhadap besarnya jumlah permintaan media cetak yang diminta. Artinya variabel harga tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan media cetak di Kecamatan Medan Helvetia.


(6)

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, serta kesimpulan yang telah dirumuskan diatas, maka diberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan permintaan masyarakat terhadap media cetak

diperlukan adanya peningkatan mutu yang ditawarkan oleh produsen surat kabar harian agar dapat meningkatkan daya beli konsumen dan dapat dipertanggungjawabkan kebenaran beritanya.

2. Kiranya masyarakat memahami betapa pentingnya informasi yang terdapat pada surat kabar harian sehingga menambah wawasan masyarakat.

3. Apabila ada teman-teman yang ingin mengembangkan penelitian saya ini kiranya dapat mencari variabel lain yang berpengaruh signifikan terhadap permintaan masyarakat terhadap media cetak.