Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data Metode Analisis Data Defenisi Operasioanal

Berikut ini sampel kelurahan yang diteliti oleh penulis : Tabel 3.1 Distribusi Responden Kelurahan Jumlah Responden Persentase Helvetia Tengah 32 32 Tanjung Gusta 20 20 Dwi Kora 19 19 Cinta Damai 16 16 Sei Sikambing 13 13 Total 100 100 Sumber : Olahan Data primer

3.3 Metode Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data peneliti mempergunakan metode pengumpulan data primer yaitu dengan melakukan observasi dan wawancara dengan menggunakan alat kuesioner sebagai alat. Jenis data yang dikumpulkan adalah cross section data.

3.4 Metode Pengolahan Data

Untuk menghitung hasil masing-masing koefisien pada model estimasi, maka peneliti menggunakan bantuan komputer dengan program Eviews 5.1.

3.5 Metode Analisis Data

Adapun model analisa yang digunakan adalah metode Regresi Linier Berganda dimana terdapat hubungan antara dua variabel bebas independent variabel yaitu X 1 dan X 2. Adapun modelnya adalah sebagi berikut : Y = a + β 1 X 1 + β 2 X 2 + µ Dimana: Y = Permintaan Surat kabar Eksemplar a = Intercept β 1, β 2 = Koefisien Regresi X 1 = Pendapatan keluarga Rupiah X 2 = Harga Surat Kabar Rupiah µ = Standar Eror Term of Error Bentuk hipotesa diatas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : ∂Y 0, semakin tinggi tingkat pendapatan individu maka semakin besar permintaan terhadap surat kabar harian. ∂Y 0, semakin rendah harga surat kabar harian maka semakin besar permintaan terhadap surat kabar harian. ∂ X 1 ∂ X 2

3.6 Uji Kesesuaian Test of Goodness Fit

3.6.1 Uji Koefisien Daterminasi R-Square

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel- variabel independenn secara bersama-sama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen. Jika R 2 semakin besar mendekati satu, maka dapat dikatakan variabel bebas mempunyai pengaruh besar terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika R 2 semakin kecil mendekati nol, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas kecil terhadap variabel terikat.

3.6.2 Uji T-statistik

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus : t‘ = bi Sebi Dimana : bi = koefisien variabel independen yang diuji b = nilai hipotesis 0 Se bi = standar error dari variabel bi Kriteria pengambilan keputusan : Ho diterima jika t-hitung t tabel Ha diterima jika t-hitung t tabel Gambar 3.1 Uji T-statistik

3.6.3 Uji F-statistik

Uji f-statistik digunakan untuk mengetahui seberapa besar nilai-nilai variabel independent secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Untuk uji f digunakan hipotesis : Ho : b 1 = b 2 = ... = b k = 0 Artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas lx 1 , lx 2 terhadap variabel terikat Y. Ha : b 1 ≠ b 2 ≠ ... ≠ b k ≠ 0 Nilai f-hitung diperoleh dengan rumus : F’ = R 2 k-1 Ha diterima Ho diterima 1- R 2 n- k Dimana: R 2 = koefisien determinasi k = jumlah variabel independen ditambah dari suatu model persamaan n = jumlah sampel Kriteria pengambilan keputusan : Ho diterima jika t hitung f tabel Ha diterima jika t hitung f tabel Gambar 3.6.3 Uji F-statistik Ho diterima Ha diterima

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi untuk suatu hasil estimasi regresi linier agar hasil tersebut dapat dikatakan baik dan efisien. Adapun asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain: 1. Model regresi adalah linier, yaitu linier di dalam parameter. 2. Residual variabel pengganggu µ mempunyai nilai rata-rata nol zero mean value of disturbance µ 3. Homokedastisitas atau varian dari µ adalah konstan. 4. Tidak ada autokorelasi antara variabel pengganggu µ. 5. Kovarian antara µ dan variabel independen x1 adalah nol. 6. Jumlah data observasi harus lebih banyak dibandingkan dengan jumlah parameter yang akan diestimasi. 7. Tidak ada multikolinieritas. 8. Variabel pengganggu harus berdistribusi normal atau skokastik. Berdasarkan kondisi diatas tersebut didalam ilmu ekonometrika, agar suatu model dikatakan baik atau sihih, maka perlu dikatakan beberapa pengujian seperti dibawah ini Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat, 2007:88

3.7.1 Uji Normalitas

Uji ini dilakukan memasatikan µ error term tersebar normal. Jika µ tersebut normal maka koefisien OLS β OLS juga tersebar normal dengan demikian Y juga tersebar normal, hal ini disebabkan adanya hubungan linier antara µ, β, dan Y. Untuk menguji sebaran µ dapat digunakan uji JB Jarque Berra. Error term µ disebut normal jika nilai JB lebih rendah atau sama dengan nilai kritis tabel Chi-square derajat bebas, alpha. Hipotesis yang dipakai adalah Ho diterima dan Ha ditolak jika nilai JB lebih besar dari tabel Chi-square, berarti sebaran error µ dan Y tidak normal dan Ho ditolak sedangkan Ha diterima jika nilai JB lebih kecil dari nilai tabel Chi-square berarti sebaran error term µ dan Y normal.

3.7.2 Uji Linieritas

Uji linieritas sangat penting karena uji ini sekaligus dapat melihat apakah spesifikasi model yang kita gunakan sudah benar atau tidak. Dengan menggunakan uji ini kita dapat mengetahui bentuk model empiris dan menguji variabel yang relevan untuk dimasukkan ke dalam model empiris. Dengan kata lain, dengan menggunakan uji linieritas, spesification error atau miss-specification error. Salah satu uji yang digunakan untuk menguji linieritas adalah uji Ramsey atau Ramsey RESET Test Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat, 2007.

3.7.3 Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel independen lainnya. Adanya multikolinieritas ditandai dengan: • Standard error tidak terhingga • Tidak ada t- statistik yang signifikan pada α=5, α=10, α=1 • Terjadi perubahan tanda atau tidak seusai dengan teori • R 2 sangat tinggi. Pengujian yang lain, yang dapat digunakan untuk melihat multikolinierity antar variabel adalah dengan menggunakan uji parsial Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat, 2007:90.

3.7.4 Heterokedastisitas

Heterokedastisitas merupakan salah satu asumsi OLS jika varian residualnya tidak sama. Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dilakukan dengan white test yaitu dengan cara meregres logaritma residual kuadrat terhadap semua variabel penjelas. Pada white test terhadap beberapa tahap, antara lain : - Membuat regresi persamaan dan mendapatkan residualnya. - Uji dengan chi-square tabel χ 2 χ 2 = n R 2 Dimana : n = jumlah observasi R 2 = koefisien determinasi Keputusan ada tidaknya heterokedastisitas ditemukan jika : • χ 2 hitung χ 2 tabel, maka ada heterokedastisitas. • χ 2 hitung χ 2 tabel, tidak ada heterokedastisitas. Ini merupakan pelanggaran salah satu asumsi klasik tentang model regresi linier berdasarkan metode kuadrat terkesil biasa. Heterokedastisitas pada umumnya lebih banyak ditemui pada data cross section data yaitu data yang menggambarkan keadaan pada suatu waktu tertentu misalnya data hasil suatu survei. Keberadaan heterokedastisitas akan dapat menyebabkan kesalahan dalam penaksiran sehingga koefisien regresi menjadi tidak efisien dan dapat menyesatkan Nachrowi, Nachrowi Djalal dan Hardius Usman, 2006:109. Menguji Heterokedastisitas Untuk menguji keberadaan heterokedastisitas dilakukan dengan cara uji formal yaitu Uji White white’s general Heterokedastisitas Test. Uji White memulai pengujiannya dengan membentuk model : Yi = β + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + µ i Kemudian persamaan diatas. Dimodifikasi dengan membentuk regresi bantuan auxiliary regression sehingga model menjadi : µi2 = α + α 1 X 1 + α 2 X 2 + α 3 X 3 + α 4 X 1 2 + α 5 X 2 2 + α 6 X 3 2 + α 7 X 1 X 2 X 3 + υi Pedoman dari penggunaan uji white ini adalah tidak terdapat masalah heterokedastisitas dalam hasil estimasi, jika nilai R 2 hasil regresi dilakukan dengan jumlah data atau n.R 2 = χ 2 hitung lebih kecil dibandingkan χ 2 tabel. Sementara, akan terdapat masalah heterokedastisitas apabila hasil estimasi menunjukkan bahwa χ 2 hitung lebih besar dibandingkan χ 2 tabel Pratomo dan Hidayat, 2007:98. Cara mengobati masalah heteroskedastisitas jika varians diketahui : Pada hakekatnya untuk mengatasi heteroskedastisiti kita melakukan transformasi data. Gujarati 1995: 383 menunjukkan 4 cara untuk mengatasi heteroskedastisitas, yaitu : 1. Lakukan transformasi logaritma normal, semua data dilogaritma normalkan model menjadi sebagai berikut, LN Y = Ln a+ b 1 Ln X 1 + b 2 Ln X 2 + e Dengan mentransformasi data kebentuk logaritma normal, maka error akan mengecil dan akibatnya heteroskedastisitas akan berkurang 2. Bagilah semua data dengan nilai prediksi Y Yˆ Y Y ˆ = a Yˆ 1 + b1 Y ˆ e ˆ 2 ˆ 2 1 + + Y X b Y X Model ini disebut WLS Weighted Least Squares. Dalam model ini terdapat variabel baru yaitu 1 Yˆ . Buatlah data baru dengan membagi angka 1 dengan Yˆ . 3. Membagi semua variabel dengan variabel lain. Z e Z X b Z X b Z a Z Y + + + = 2 2 1 1 1 Jika variabel Z tidak tersedia terpaksa kita membagi dengan salah satu variabel penjelas X 1 atau X 2 model menjadi, 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 X e X X b X X b X a X Y + + + = akhirnya model menjadi: v X X b X A X Y + + = 1 2 2 1 2 1 Model ini juga dilakukan tanpa intersep, dan R 2 yang diperoleh juga merupakan Raw R 2 . 4. Transformasi dengan membagi semua variabel dengan akar X 1 . 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 X e X X b X X b X a X Y + + + = Dalam model ini juga dilakukan tanpa intersep, dan R 2 yang diperoleh juga merupakan Raw R 2 . Transformasi-transformasi di atas diharapkan e menjadi konstan sepanjang observasi.

3.8 Defenisi Operasioanal

Defenisi operasional batasan defenisi bertujuan mengarahkan dan membatasi penelitian, batasan-batasan defenisi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Permintaan adalah jumlah surat kabar harian yang diminta pada tingkat harga tertentu oleh masyarakat yang berada di Kecamatan Medan Helvetia. Dihitung per eksemplar dalam satu bulan. 2. Pendapatan per kapita adalah pendapatan atau hasil usaha yang diperoleh oleh kepala keluarga dalam waktu satu bulan yang diukur dengan rupiah Jutaan. 3. Harga adalah harga surat kabar harian yang diminta oleh masyarakat. Dihitung harga per bulan dalam masa penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Kecamatan Medan Helvetia merupakan daerah yang mempunyai penduduk terbanyak kedua setelah Kecamatan Medan Deli. Jumlah penduduknya sekitar 145.376 orang penduduk. Daerah penelitian ini berberbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, di sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal, dan disebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Petisah. Secara administratif kecamatan Medan Helvetia terdiri dari 7 kelurahan. Potensi lahan yang dimiliki oleh daerah penelitian ini sebagian besar dimanfaatkan untuk berwiraswasta. Kecamatan Medan helvetia terletak pada ketinggian 27 m dari permukaan laut, dengan 03 – 02 LU, 62 – 41 LS, serta 98 – 39 BT. Kecamatan ini memiliki luas wilayah 11,5 Km 2 .