PENGGUNAAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT TKKS SEBAGAI KOMPOS DENGAN PENAMBAHAN BAHAN ORGANIK

17 dapat juga dicampurkan dengan bahan-bahan yang mengandung sumber karbon yang tinggi seperti kertas, daun, kotoran hewan, dan lumpur dari instalasi pengoahan air limbah. Pencampuran dengan bahan lain menyebabkan pengontrolan terhadap kelembaban. Penambahan mikroorganisme juga dapat dilakukan untuk menghasilkan dekomposisi yang cepat.

2.3.4.8 Pengadukan

Pengadukan dilakukan untuk menambah atau mengurangi kelembaban pada kompos agar sampai pada kelembaban yang optimum. Pengadukan juga dapat dilakukan untuk meratakan distribusi nutrien untuk mikroorganisme. Pengadukan merupakan faktor yang penting dalam mengontrol kelembaban, kebutuhan udara atau oksigen untuk keadaan aerob. Untuk kompos dengan menggunakan sampah organik membutuhkan 15 hari periode pengomposan dengan kelembaban 50 -60 dan pengadukan lebih baik dilakukan setelah hari ketiga dan dilakukan setelah hari itu sampai mendapatkan pengadukan 4 – 5 kali [31]. Menurut Schloss dkk 1999, pengadukan sangat berpengaruh pada pencapaian suhu yang maksimum dan memperpanjang periode pengambilan oksigen [33].

2.4 PENGGUNAAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT TKKS SEBAGAI KOMPOS DENGAN PENAMBAHAN BAHAN ORGANIK

Banyak penelitian terdahulu dilakukan untuk pengolahan kompos dari TKKS. Zahrim dan Asis 2010 melakukan penelitian mengenai produksi semi-kompos tandan kosong kelapa sawit tanpa diparut dengan mencampurkan POME. Dimana penelitian ini dilakukan tanpa memotong TKKS. Prosesnya dilakukan dengan metode open turned windrow dengan dimensi area panjang 4 m, tinggi 1,5 m dan lebar 40 m. Setiap windrow berisi sekitar 120 metrik ton TKKS dan 324 metrik ton POME. Proses pembalikan dilakukan pada hari ke- 10, 20, 30 dan 40 dan pengambilan sampel untuk analisa dilakukan di sembilan titik pada unit windrow. Dibawah ini adalah proses pembalikan menggunakan traktor dengan macerator. Universitas Sumatera Utara 18 Gambar 2.5 Pembalikan Kompos TKKS-POME Menggunakan Traktor Dengan Macerator [9] Hasil yang diperoleh pada gambar 2.6 menunjukkan bahwa total waktu pengomposan termasuk persiapan adalah sekitar 40-45 hari, temperatur selama pengomposan mengalami fluktuasi dimana suhu awal pengomposan adalah 53 o C. Setelah dua hari, suhu turun di bawah 50 o C, setelah dilakukan pembalikan pertama, terjadi peningkatkan suhu lebih dari 50 o C. Pada hari 10 sampai hari 25, suhu dipertahankan pada sekitar 45 sampai 55 ºC dengan bantuan putar yang kecil, namun pembalikan pada hari ke 40 tidak terjadi peningkatan suhu dan untuk kandungan oksigen dipertahankan di atas 10 . Kompos yang dihasilkan memiliki kualitas pH 7,9 ; N 1,9; P 2 O 5 0,6 ; K 2 O 2,0; MgO 0,8 dan rasio CN 20. Gambar 2.6 Pengaruh Waktu Pengomposan Terhadap Suhu [9] Tabel 2.4 Kualitas Kompos TKKS-POME bulan Agustus-Desember 2006 [9] Month pH N P 2 O 5 K 2 O MgO CN August 8,2 1,7 0,5 1,7 0,8 20 September 7,8 2,1 0,7 1,4 1,0 15 October 7,7 2,0 0,6 1,3 0,9 18 November 7,7 1,8 0,7 3,4 0,6 24 December 8,0 1,9 0,8 2,0 0,8 23 Average 7,9 1,9 0,6 2,0 0,8 20 Standard Deviation 0,2 0,2 0,1 0,8 0,1 3,6 Universitas Sumatera Utara 19 Penelitian yang dilakukan oleh Kananam et all., 2011 adalah untuk mengetahui perubahan biokimia pengomposan TKKS dengan lumpur decanter dan kotoran ayam sebagai sumber nitrogen. Pada penelitian ini juga dilakukan penambahan tanah merah yang mengandung Fe, berfungsi untuk acceptor elektron mikroorganisme dalam kondisi anaerobik, dan lumpur decanter yang digunakan berasal dari limbah pabrik kelapa sawit. Untuk kondisi aerobik pada penelitian ini ditambahkan benih mikroorganisme yang terdiri dari jamur Corynascus sp., Scytalidium sp., Chaetomium sp., dan Scopulariopsis sp dan bakteri Bacillus sp, sedangkan untuk kondisi anaerobik benih mikroorganisme yang ditambahkan mengndung ragi Saccharomyces sp, bakteri asam laktat Lactobacillus sp, dan bakteri katabolisme protein Bacillus sp. Tabel 2.5 menunjukkan data yang diperoleh untuk kondisi anaerobik dan table 2.6 untuk kondisi aerobik. Universitas Sumatera Utara 20 Tabel 2.5 Sifat Fisika-Kimia dari Kompos Untuk Kondisi Anaerobik [10] Parameters Control An 1 An 2 An 3 An 4 0 day 90 days 0 day 90 days 0 day 90 days 0 day 90 days 0 day 90 days pH 8.07 ±0.04 8.15 ±0.07 7.49±0.12 7.51±0.15 7.44±0.08 8.12±0.05 7.23±0.14 7.77±0.11 7.35±0.09 7.87±0.10 EC dSm 2.72±0.07 2.35 ±0.04 1.16±0.18 1.30±0.16 0.90±0.05 1.04±0.12 0.94±0.10 1.24±0.14 0.68±0.04 1.05±0.06 OC 55.4±1.4 49.1±2.1 42.3±2.1 38.2±1.5 33.0±1.8 29.0±1.2 57.59±0.15 52.1±0.8 38.3±1.2 34.9±1.9 OM 95.5±2.4 85.0±3.5 72.9±3.5 65.8±2.5 56.9±3.1 50.0±2.1 99.30±0.27 89.8±1.4 66.0±2.0 60.2±3.2 N 0.56±0.02 0.79±0.02 1.09±0.05 1.50±0.11 0.83±0.02 1.07±0.15 1.65±0.06 2.59±0.22 0.99±0.02 1.58±0.27 CN ratio 98.4±1.4 62.2±0.9 38.9±0.8 25.6±1.6 40.0±2.9 28±4 35.0±1.3 20.2±1.4 38.5±0.7 22.4±2.9 P 2 O 5 NM NM 1.88±0.29 2.07±0.17 1.60±0.32 1.69±0.08 1.01±0.09 1.23±0.18 1.28±0.03 1.36±0.04 K 2 O NM NM 1.62±0.14 1.85±0.08 1.69±0.13 1.61±0.09 2.25±0.15 2.75±0.23 1.39±0.12 1.51±0.07 NM : No Measurement Tabel 2.6 Sifat Fisika-Kimia dari Kompos Untuk Kondisi Aerobik [10] Parameters Control An 1 An 2 An 3 An 4 0 day 90 days 0 day 90 days 0 day 90 days 0 day 90 days 0 day 90 days pH 8.18 ±0.07 8.33 ±0.07 7.53±0.09 7.90±0.07 7.64±0.10 8.19±0.09 7.27±0.12 8.25±0.06 7.43±0.10 8.18±0.05 EC dSm 2.79±0.06 2.00 ±0.06 2.37±0.03 1.36±0.11 2.25±0.03 1.35±0.08 1.96±0.05 1.62±0.15 1.91±0.16 1.48±0.18 OC 54.1±1.5 42.2±2.1 40.7±0.6 23.2±0.4 30.9±2.3 18.5±0.5 57.5±0.3 33.1±0.4 39.4±1.4 21.1±0.6 OM 93.3±2.6 77.6±3.7 70.1±3.5 40.0±0.6 53.3±3.9 32.0±0.9 99.1±0.5 57.1±0.7 67.9±2.4 36.4±1.0 N 0.57±0.04 0.86±0.06 1.08±0.14 1.60±0.13 0.78±0.05 1.14±0.02 1.64±0.11 3.30±0.24 1.03±0.14 2.00±0.06 CN ratio 95±6 45.6±3.7 38.1±3.6 14.6±1.3 39.8±0.8 16.3±0.6 35.1±2.3 10.1±0.8 38.6±3.8 10.57±0.11 P 2 O 5 NM NM 2.16±0.16 2.57±0.14 1.70±0.13 2.18±0.15 1.29±0.07 1.59±0.13 1.27±0.10 1.37±0.03 K 2 O NM NM 1.62±0.14 1.85±0.08 1.69±0.13 1.61±0.09 2.25±0.15 2.75±0.23 1.39±0.12 1.51±0.07 NM : No Measurement Universitas Sumatera Utara 21 Penelitian yang dilakukan oleh Hayawin et al. 2012 mengenai vermicomposting dari TKKS dengan tambahan POME. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi kualitas nutrisi kompos yang dihasilkan dari TKKS dan POME dengan menggunakan epigeic cacing tanah Eisinia fetida. Prosesnya TKKS diparut menjadi bahan berserat longgar panjang ≈ 3,68 mm, lebar ≈ 165,45 μm menggunakan mekanik thermo refiner. Pengomposan dilakukan pada enam unit vermicomposter dengan dimensi panjang 14 cm, lebar 12 cm dan tinggi 7 cm. Setiap vermicomposter diisi dengan komposisi TKKS dan POME yang berbeda. Setelah 15 hari TKKS dan POME dicampur pada masing – masing unit vermicomposter dengan komposisi yang telah ditentukan, lalu ditambahkan 5 gr Eisinia fetida pada masing vermicomposter dan kelembapan substrat dipertahankan sekitar 80 ± 10 dengan memercikan air ke bahan. Tabel 2.7 Komposisi Pengolahan [11] Vermicomposter Composition of Feed Empty Fruit Bunch EFB Palm Oil Mill Effluent POME V 1 EFB 100 80 V 2 EFB 90 + POME 10 72 8 V 3 EFB 80 + POME 20 64 16 V 4 EFB 70 + POME 30 56 24 V 5 EFB 60 + POME 40 48 32 V 6 EFB 50 + POME 50 40 40 Semua sampel dianalisa jumlah karbon organik TOC, total kjeldhal nitrogen TKN, jumlah kalium TK, jumlah kalsium total TCA, total potassium TP, pH dan rasio CN. Adapun hasil yang diperoleh setelah pengomposan dapat dilihat pada table 2.8 dan table 2.9. Universitas Sumatera Utara 22 Tabel 2.8 Karakteristik Kimia-Fisika dari Bahan Baku dan Vermicompost yang Dihasilkan dari Rasio yang Berbeda TKKS + POME [11] Feed mixtures pH TKN TP TK Initial physic-chemical characteristics of initial feed mixture V 1 5.9 ±0.1 0.3 ±2x10 -3 0.1 ±1x10 -3 3x10 -2 ±1x10 -3 V 2 6.6±0.2 0.5 ±1x10 -3 0.2 ±8x10 -3 3x10 -2 ±1x10 -3 V 3 5.5±0.3 0.5 ±4x10 -3 0.2 ±6x10 -3 5x10 -2 ±1x10 -3 V 4 6.3±0.2 0.5 ±4x10 -3 0.2 ±1x10 -3 6x10 -2 ±1x10 -3 V 5 6.3±0.1 0.6 ±3x10 -3 0.3 ±1x10 -3 7x10 -2 ±1x10 -3 V 6 6.3±0.2 1.2 ±6x10 -3 0.3 ±3x10 -3 9x10 -2 ±1x10 -3 Physico-chemical characteristics of final vermicomposts obtain from different vermicomposting V 1 7.9 ±0.2 0.4 ±6x10 -3 0.2 ±2x10 -3 6x10 -2 ±8x10 -3 V 2 8.1±6x10 -2 0.6 ±2x10 -3 0.4 ±3x10 -3 7x10 -2 ±1x10 -3 V 3 8.1±0.1 0.7 ±9x10 -3 0.7 ±4x10 -3 0.13±1x10 -3 V 4 8.5±0.2 0.8 ±5x10 -3 0.8 ±8x10 -3 0.2±2x10 -3 V 5 8.3±0.1 1.0 ±9x10 -3 0.9 ±8x10 -3 0.23±2x10 -3 V 6 8.2±0.2 1.7 ±5x10 -3 1.4 ±5x10 -3 0.5±4x10 -3 Tabel 2.9 Variasi nilai CN selama Vermicomposting [11] Vermi composter Days 0 Day 15 Days 30 Days 45 Days 60 Days 84 Days V 1 178.1 ±0.5 165.1±0.3 125.2±2.8 100.6±4.8 75.9±0.3 54.0±0.4 V 2 114.5±1.5 88.5±1.3 79.6±0.5 66.5±1.2 44.5±1.2 20.1±0.2 V 3 153.3±0.2 94.8±0.9 65.0±0.4 54.0±0.2 32.6±0.2 19.5±0.8 V 4 73.1±0.3 56.8±1.2 46.1±1 36.9±0.3 18.4±4.5 12.1±0.5 V 5 123.1±1.5 79.3±0.1 61.6±0.1 51.5±0.2 20.9±3.7 15.5±0.7 V 6 38.6±0.3 28.2±0.4 22.4±1.1 20.6±1.6 17.0±2.8 10.5±0.1 Penelitian yang dilakukan oleh Samsu et al. 2010 mengenai pengaruh dari POME anaerobic sludge yang berasal dari 500 m 3 closed anaerobic methane digested tank dengan TKKS yang telah ditekan dan dirobek pada proses pengomposan. Proses dilakukan pada unit composter berbentuk blok yang disusun dari batu bata dengan dimensi panjang 2,1 m, lebar dan tinggi 1,5 m. Pada penelitian ini TKKS ditekan dan dirobek dengan ukuran panjang 15 sampai 20 cm, lalu dicampur di blok composter dengan POME anaerobic sludge, rasio penambahan TKKS : POME sebanyak 1:1. Untuk mempertahankan kadar air tumpukan kompos, POME ditambahkan setiap tiga hari dengan menggunakan pompa dan penambahan POME dihentikan seminggu sebelum dilakukan panen, sedangkan pengadukan dilakukan tiga kali seminggu. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 2.10. Universitas Sumatera Utara 23 Tabel 2.10 Karakteristik Kompos TKKS pada awal 2 hari dan akhir 40 hari [12] Parameters EFB Compost Initial-day 2 EFB Compost Final-day 40 Moisture 64,5 ± 1,2 51,8 ± 3,7 pH 8,56 ± 0,2 8,12 ± 0,8 C 42,49 ± 5,2 28,81 ± 3,3 N 0,93 ± 0,05 2,31 ± 0,08 CN 45,6 12,4 Oil and Greasesmg kg -1 1340,0 ± 20,0 140,0 ± 27,5 Electrical Condusct. dS m -1 4,87 ± 1,0 7,02 ± 0,3 Cellulose 51,31 ± 5,0 33.86 ± 4,7 Hemicellulose 21,81 ± 2,6 15.02 ± 2,5 Lignin 20,24 ± 3,1 38.14 ± 3,1 Composition of nutrients and metal elements Phosphorus 0,86 ± 0,1 1,36 ± 0,5 Potassium 1,52 ± 0,3 2,84 ± 0,6 Calcium 0,61 ± 0,1 1,04 ± 0,3 Sulphur 0,13 ± 4,3 0,18 ± 6,5 Ferrum 0,04 ± 0,1 0,98 ± 0,2 Magnesium 0,38 ± 0,08 0,90 ± 0,1 Zinc mg kg -1 12,91 ± 3,7 157,32 ± 56,0 Manganase mg kg -1 11,88 ± 2,3 151,2 ± 30,8 Copper mg kg -1 11,71 ± 2,8 74,30 ± 10,2 Boron mg kg -1 4,00 ± 1,1 11,01 ± 2,6 Molibdenum mg kg -1 n.d n.d Cadmium mg kg -1 n.d n.d Nickel mg kg -1 12,24 ± 1,1 19,32 ± 2,4 Gambar 2.7 Propil Temperatur Kompos Δ, level Oksigen o, moisture content ♦ [12] Universitas Sumatera Utara 24 Penelitian yang dilakukan Fukumoto et al.2003 mengenai pengaruh kotoran babi terhadap serbuk gergaji pada kondisi aerobik. Proses pengomposan dilakukan sebanyak 2 run, dimana Run I berat 320 kg; 0,7 m tinggi dan diameter 1,4 m dan Run II berat 780 kg; 0,9 m tinggi dan diameter 2 m. Gambar 2.8 Skema Proses Pengomposan Chamber System [13] Gambar 2.9 Perubahan Temperatur Bahan selama Pengomposan Pada Run I dan Run II serta Temperatur Udara Didalam Chamber [13] Penelitian yang dilakukan Sahwan et al. 2004 mengenai pengomposan sampah kota skala rumah tangga. Komposter yang digunakan sebanyak 2 buah dibuat dari drum plastik dengan ukuran tinggi 94 cm, diameter 46 cm, volume 160 Universitas Sumatera Utara 25 L. Drum plastik tersebut dilubangi pada sekeliling bagian atas, sekeliling bagian bawah dan pada seluruh bagian alasnya dengan masing-masing lubang berdiameter 2,5 cm. Komposter I tanpa pembalikan, sedangkan komposter II dengan pambalikan satu minggu sekali. Parameter pengamatan adalah suhu kompos, suhu ruangan, warna, bau, penyusutan berat, pH, kadar air, ratio CN, kandungan N total, N-NH 3 , N-NO 3 , P dan K. Adapun data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 2.11, gambar 2.10, gambar 2.11, gambar 2.12 dan gambar 2.13. Gambar 2.10 Propil Suhu Kompos dan Suhu Udara [14] Gambar 2.11 Propil Rasio CN [14] Universitas Sumatera Utara 26 Gambar 2.12 Propil pH [14] Gambar 2.13 Propil Penyusutan Berat[14]

2.5 STANDAR KUALITAS KOMPOS DI INDONESIA