hortikultura lainnya. Sebagian petani memiliki lahan dibawah 1 hektar. Hal ini meyebabkan produksi Arabika masih rendah bila dibandingkan
daerah lain. 4. Masa produktifnya singkat.
Tanaman kopi Arabika memiliki masa produktif kurang lebih 10 tahun. Setelah itu petani harus melakukan penanaman tanaman baru replanting.
5. Kekurangan modal. Petani mengalami kekurangan modal untuk membeli input produksi dan
biaya tenaga kerja.
c. Beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan sebagai faktor pendorong
peningkatan produksi kopi Arabika.
1. Adanya pabrik yang membeli Arabika dalam bentuk buah cerri. Di daerah penelitian ada pabrik yang bersedia membeli kopi dalam bentuk
dalam buah cerri. Petani yang tidak memiliki cukup waktu untuk menjemur buah kopi dapat langsung menjualnya dalam bentuk buah cerri
melalui pedagang pengumpul. 2. Harga cenderung meningkat dan tinggi.
Harga biji kopi dari 5 tahun sebelumnya cenderung meningkat, dari Rp. 6.000kg pada tahun 2006 naik menjadi Rp. 18.000- Rp. 21.000kg pada
tahun 2011. 3. Permintaan luar negeri tinggi.
Konsumsi kopi pada Eropa, Amerika, dan Asia meningkat sehingga permintaan komoditi kopi ikut meningkat.
4. Beragamnya produk dari bahan dasar kopi.
Universitas Sumatera Utara
Kopi tidak hanya diolah menjadi minuman, tapi juga sebagai bahan dasar rasa makanan dan produk kosmetik.
5. Permintaan kopi Robusta terus menurun. Harga kopi Robusta di tingkat dunia terus mengalami penurunan.
Sehingga mengembangkan kopi Arabika merupakan prospek yang cerah dan menguntungkan.
d. Beberapa ancaman yang dihadapi usahatani kopi Arabika.
1. Kenaikan harga pupuk. Harga pupuk yang naik akan berdampak negatip terhadap usahatani kopi
Arabika. Pupuk merupakan input produksi penting dan membutuhkan biaya yang cukup besar.
2. Serangan hama penyakit. Meskipun tanaman Arabika di daerah penelitian cenderung tahan hama
utama penggerek batang kopi dan penyakit utama karat daun, namun petani juga harus siap menghadapi hama dan penyakit lain.
3. Penyimpangan iklim. Pada saat ini sering terjadi penyimpangan iklim anomali cuaca yang
ditandai dengan musim hujan dan musim kemarau yang berubah dari periode yang seharusnya. Hal ini berdampak pada waktu panen, jumlah
produksi, dan masalah pengeringan biji kopi. 4. Kelangkaan tenaga kerja.
Petani setempat mengalami kesulitan dengan jumlah tenaga kerja yang sedikit. Setiap petani membutuhkan tenaga kerja untuk pemeliharaan dan
pemanenan.
Universitas Sumatera Utara
5. Perkembangan produksi di daerah lain. Perkembangan kopi Arabika di daerah lain seperi di Aceh, Toraja, pulau
Jawa, dan daerah lain cukup pesat. Hal ini menjadi ancaman bagi usahatani kopi Arabika.
5.4. Strategi Peningkatan Produksi Kopi Arabika