Politik Luar Negeri Indonesia Di Bawah Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono

3. Politik Luar Negeri Indonesia Di Bawah Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono

Dinamika politik internasional yang cepat berubah merupakan suatu tantangan tersendiri bagi setiap negara khususnya Indonesia dalam menerapkan strategi kebijakan luar negerinya untuk membina hubungan dengan negara lain baik itu dalam bentuk kerjasama bilateral maupun multilateral. Sementara itu guna membangun hubungan suatu negara dengan negara lain sangat diperlukan suatu haluan yang menjadi landasan bagi terciptanya hubungan yang efektif. Haluan politik luar negeri Indonesia di bawah kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono tetap konsisten pada politik luar negeri yang bebas aktif yang menjadi acuan politik luar negeri Indonesia pada pemerintahan sebelumnya. Penegasan tersebut dapat tersirat dari pidato kenegaraan presiden susilo bambang yudhoyono dalam pengantar RUU APBN tahun anggaran 2007 dan dalam rangkain peringatan HUT kemerdekaan Negara republik Indonesia di gedung DPR-MPR. Pemerintah menegaskan bahwa semua langkah kebijakan luar negeri dimaksud dengan mengedepankan dan diabdikan untuk kepentingan nasional. 93 Pada awal masa jabatan pemerintahan Susilo Bambang Yuhoyono pada periode 2004-2009 sejumlah tantangan politik luar negeri menanti untuk dapat diselesaikan. Masalah kebijakan luar negeri menjadi prioritas yang cukup penting mengingat di era globalisasi seperti sekarang ini keterkaitan akan kebijakan luar negeri suatu negara tentunya juga akan berdampak pada negara lain. Selain itu harkat dan martabat suatu bangsa tentunya akan dipertaruhkan dalam kebijakan luar negeri yang dibangun. Oleh 93 Politik Luar Negeri Bebas Aktif Konsisten Di Laksanakan . 2006 . http:www.rri-online.commodules.php? LiputanKhususid=143 diakses pada 12 Febuari 2008 Universitas Sumatera Utara karena itu pada era sekarang kebijakan luar negeri yang efektif tidak hanya dapat di bangun dengan kecakapan berdiplomasi suatu negara, namun juga kepiwaian suatu negara dalam melihat peluang yang potensial dari negara lain. Di mata internasional, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla mendapat citra yang positif. Ini di karenakan beberapa strategi kebijakan dalam negeri yang dijalankan oleh SBY di antaranya ialah berhasil menciptakan perdamaian di aceh menciptakan suatu catatan tersendiri bagi pemerintah asing untuk lebih meningkatkan kerjasama dengan pemerintah Indonesia. Namun terlepas dari itu semua sejumlah masalah yang krusial yang sampai saat ini belum juga terselesaikan yaitu terbatasnya kemampuan nasional dalam mengatasi krisis ekonomi, yang telah menyulut dan mempertajam konflik sosial dan politik di berbagai wilayah di Tanah Air, maka mobilisasi dukungan ekonomi internasional tetap merupakan hal yang mutlak dilakukan pemerintahan SBY. Indonesia secepatnya harus menarik kembali investasi asing yang enggan masuk, karena ketidakpastian hukum di Indonesia. Dengan kondisi ekonomi makro yang terus menunjukkan perbaikan-ditandai oleh pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004 sebesar 4,5-5 kebijakan Indonesia untuk menarik investasi dari luar dan peluang pasar guna meningkatkan nilai ekspor, tetap menjadi prioritas pemerintah baru SBY agar roda perekonomian dapat terus bergerak. Kontribusi yang dapat dilakukan oleh Indonesia saat ini agar dapat lebih menggerakan roda perekonomian bangsa ialah dengan terus meningkatkan kerjasama investasi dan perdagangan dengan negara lain. untuk memenuhi tantangan tersebut ialah tidak mudah. Ini karena sumber dan ragam tantangan politik luar negeri terus berkembang. Universitas Sumatera Utara Fenomena yang paling sering dicermati dan diberitakan belakangan ini ialah kebangkitan ekonomi negara-negara asia timur khususnya Cina. Republik rakyat Cina kini menjadi negara asia yang kian disegani di pentas politik global. Fenomena akan kebangkitan ekonomi Cina ternyata berdampak jauh pada semakin meningkatnya kerangka kerjasama Indonesia dan Cina yang mencakup berbagai bidang khususnya perdagangan. Tren dewasa ini memperlihatkan, Cina mungkin akan mengungguli perdagangan Amerika dengan Asia Tenggara dalam beberapa tahun lagi. presiden Cina Hu Jintao berkata, tahun yang lalu perdagangan Cina dengan Asia Tenggara akan mencapai jumlah 100 miliar dolar AS pada tahun 2005, tidak banyak betul berbeda dengan jumlah 120 miliar dolar perdagangan Amerika dengan Asia Tenggara. Nyaris tidak ada negeri yang lolos dari tarikan hebat Cina yang luar biasa menginginkan perdagangan dan terutama energi dan sumber daya alam lain untuk memenuhi permintaan konsumennya yang meningkat terus. Kebangkitan ekonomi Cina baik langsung ataupun tidak langsung memberikan pengaruh banyak pada pasar di negara berkembang, termasuk Indonesia. Banyak komoditas dari Indonesia yang diperlukan Cina untuk pertumbuhan pembangunannya. Jadi, Indonesia harus memerhatikan apakah pertumbuhan ekonomi Cina soft landing atau hard landing. 94 94 Stven Xu, 2008 . Tarik Kembali Investasi Dengan Mencari Peluang Di Pasar Global Dan Pasar Cina Selain itu posisi Indonesia yang cukup strategis dalam peranananya di kawasan asia tenggara merupakan salah satu faktor mengapa Cina sangat tertarik untuk mengembangkan hubungan kerjasama dengan Indonesia. http:kompas.comkompas-cetak040721finansial1162068.htm di akses pada 5 Januari 2008 Universitas Sumatera Utara Presiden susilo sangat tertarik untuk terus meningkatkan kerjasama dengan Cina, hal tersebut di karenakan kebangkitan ekonomi Cina akan menjadi faktor yang positif dalam memajukan perdagangan dan memperluas kerjasama. Dengan bangkitnya Cina baik dalam perekonomiannya maupun industrinya dengan sendirinya akan menciptakan suatu pasar yang dapat di manfaatkan oleh Indonesia dalam membangun perdagangan dengan Cina. Oleh sebab itu pemerintah Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan hubungan dengan Cina. Hal tersebut dapat terlihat dari target Indonesia yang terus berupaya untuk meningkatakan hubungan dagang dengan cina mencapai US 30 miliar pada tahun 2010. Sejauh ini, perdagangan Indonesia dan cina pada semester I Januari- Juni 2006 baru 6,7 milyar dolar. Dilihat dari jumlah ekspor dan impornya, ekspor produk dari Indonesia masih lebih besar dibandingkan impor dari Cina yang masuk ke indonesia. Total ekspor pada semester I 2006 mencapai sekitar 3,7 milyar dolar dan impor 2,9 milyar dolar. Bila dilihat dari angka ini, Indonesia mengalami surplus sekitar 0,8 milyar dolar. 95 Meski pada semester satu ini surplus, tidak setiap tahunnya Indonesia unggul dalam bidang realisasi pengiriman produknya ke Cina. Bahkan tahun lalu, Cina yang mengalami surplus sekitar 40 juta dolar untuk pertama kalinya. Jumlah tersebut pun baru merupakan jumlah realisasi impor Cina yang masuk secara legal. Di pasaran, hampir sebagian barang yang didatangkan dari luar negeri merupakan buatan Cina Hal ini menandakan bahwa masih banyak lagi produk-produk Cina yang masuk ke Cina tetapi 95 Ri-Cina Sepakati Langkah Strategis Tingkatkan Perdagangan Dan Investasi. 2005. http:www.indonesia-ottawa.orginformationprintfriendly.php?id=1433type=news di akses pada 16 November 2007 Universitas Sumatera Utara tidak bisa dideteksi dan masuk dalam daftar realisasi ekspor-impor Departemen perdagangan. Berdasarkan data dari departemen perdagangan Indonesia menunjukan bahwa negara Cina merupakan tujuan ekspor bagi Indonesia yang menduduki peringkat ke-4 terbesar, dan sumber impor ke-1 terbesar untuk Indonesia. Berdasarkan data tersebut jumlah nilai perdagangan antara kedua negara pada tahun 2005 mencapai US 15 miliar. sehingga pertemuan dan penandatanganan MoU yang berlangsung di bali merupakan langkah besar untuk meningkatkan kerjasama bilateral Indonesia dan Cina dalam bidang perdagangan yang di sepakati mencapai US 30 miliar pada tahun 2010 nantinya. Selain upaya peningkatan kerjasama perdagangan tersebut, pada pertemuan tersebut juga di sepakati penghapusan bea masuk bagi produk kakao dari Indonesia yang masuk ke Cina. Hal tersebut tentunya sangat berdampak positif bagi petani kakao nasional. Keputusan pemerintah RRC menghapuskan bea masuk komoditi tersebut merupakan perjuangan pemerintah dan pengusaha Indonesia yang sudah lama dilakukan. Selama ini bea masuk impor kakao asal Indonesia dikenakan bea masuk 15 persen. Kondisi ini menyebabkan kakao Indonesia kalah bersaing dengan negara tetangga. Selain kakao, Cina juga menyetujui adanya penghapusan impor cabai kering yang semula dikenakan bea masuk sebesar lima persen. Penghapusan bea masuk cabai kering ini pun diharapkan bisa memberikan peluang bagi pengusaha yang bergerak di sektor ini. Universitas Sumatera Utara

4. Kepentingan Nasional Indonesia Di Dunia Internasional