Infeksi Penanganan Luka Bakar

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam luka menyebabkan vasodilatasi melalui pelepasan histamin dan serotonin, memungkinkan fagosit memasuki luka dan menelan sel-sel mati jaringan nekrotik. Jaringan nekrotik yang sulit dicairkan oleh enzimatik untuk menghasilkan massa berwarna kekuningan. 2. Migrasi Fase migrasi melibatkan pergerakan sel epitel dan fibroblas pada area luka untuk menggantikan jaringan yang rusak dan hilang. Sel-sel beregenerasi dan berkembang secara cepat dalam luka membentuk keropeng yang kering bekuan disertai dengan penebalan epitel. 3. Proliferasi Fase proliferasi terjadi hampir secara stimultan hanya setelah fase migrasi hari ke 3 dan seterusnya dan proliferasi sel basal yang berlangsung antara 2 dan 3 hari. Jaringan granulasi dibentuk oleh pertumbuhan kapiler dan pembuluh limfatik di dalam luka, sedangkan sintesis kolagen oleh fibroblas yang memberikan kekuatan dan bentuk pada kulit. Pada hari kelima, maksimum pembentukan pembuluh darah dan jaringan granulasi telah terjadi. Penebalan epitel lebih lanjut dibutuhkan sampai kolagen menjembatani luka. Proliferasi fibroblas dan sintesis kolagen berlangsung sampai 2 minggu dimana pembuluh darah dan edema berkurang. 4. Maturasi Fase ini disebut fase renovasi karena melibatkan pembentukan jaringan ikat selular dan kekuatan epitel baru yang menentukan sifat akhir dari bekas luka. Jaringan granular seluler diubah ke massa asellular dari beberapa bulan sampai sekitar 2 tahun.

2.4.2. Infeksi

Masalah utama yang seringkali dialami pasien luka bakar yaitu terjadinya infeksi. Infeksi secara klinis dapat didefinisikan sebagai pertumbuhan organisme pada luka yang berhubungan dengan reaksi jaringan dan tergantung pada banyaknya mikroorganisme patogen dan meningkatnya virulensi dan resistensi Effendi, 1999. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4.3. Penanganan Luka Bakar

Penanganan luka merupakan hal yang sangat penting dalam menangani pasien luka bakar baik untuk mencegah infeksi maupun menghindari terjadinya sindrom kompartemen karena adanya luka bakar circumferencial Effendi, 1999. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menangani luka bakar sesuai dengan keadaan luka yang dialami, yaitu : 1. Membersihkan luka Pengobatan luka bakar dimulai dengan membersihkan luka. Membersihkan luka dengan hati-hati, menggunakan air dan menghilangkan kotoran atau bahan lain yang menempel dapat meminimalkan terjadinya trauma pada luka yang ditujukan untuk dilakukan debridemen. Membersihkan dengan menggosok secara kuat atau keras tidak dianjurkan karena akan merusak area lepuh, sel epitel dan pembuluh darah didalamnya. Umumnya, zat antimikroba tidak diperlukan dan area luka bakar dicukur atau dibersihkan untuk meminimalkan resiko terkontaminasi bakteri. Hal ini tidak ditujukan untuk luka bakar ringan derajat satu dan pada kenyataannya mencukur juga dapat menyebabkan trauma tambahan pada permukaan epitel yang lepuh sehingga harus dihindari Carrougher, 1998. 2. Debridemen Prosedur debridemen yaitu dengan cara menghilangkan jaringan nekrosis atau bahan lain yang menempel pada luka. Dasar pemikiran untuk dilakukan debridemen adalah menggunakan krim antimikroba topikal yang dapat digunakan untuk mencegah infeksi dan mengobati luka. Cara ini didukung oleh penelitian laboratorium yang telah menentukan bahwa cairan blister blister fluid menekan fungsi kekebalan tubuh yang mempengaruhi fungsi normal neutrofil dan limfosit dan mengandung jumlah tinggi metabolit asam arakidonat yang meningkatkan respon inflamasi. Apabila lepuhan luka akan dihilangkan atau dibiarkan utuh, luka harus dibersihkan sebelum penutupan luka. Seperti yang dikatakan sebelumnya, metode terbaik dan paling murah untuk membersihkan luka adalah dengan air keran. Setelah semua jaringan nekrotik dan bahan lain yang menempel dihilangkan, penilaian luka harus dilakukan secara berulang. Jika adanya eskar pada luka bakar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dibutuhkan agen antimikroba, akan tetapi setelah bebas dari eskar penggunaan antimikroba topikal dapat dihentikan atau selanjutnya menggunakan salep berbasis petrolatum. Akan tetapi, kebanyakan pasien menggunakan penutup luka bersifat lembab untuk mengurangi rasa sakit. 3. Penutup luka dan antimikroba topikal Tujuan dari penutup luka adalah melindungi, memberikan kenyamanan, dan penyerapan drainase. Penggunaan penutup luka oklusif menjadi penyerap yang baik. Beberapa dokter menganjurkan untuk menggunakan kasa atau penutup luka bersifat nonadheren untuk mengurangi rasa sakit, akan tetapi kelemahannya cenderung menahan protein yang beresiko terjadinya drainase pada luka setempat sehingga tidak dianjurkan. Luka bakar yang dirawat dengan metode terbuka dengan mengolesi zat antimikroba harus dicuci minimal sekali atau dua kali sehari untuk mengilangkan krim dan salep. Setelah dibersihkan, lapisan kulit dioleskan lagi dengan salep atau krim baru Carrougher, 1998. 4. Penanganan alternatif luka bakar Penutup luka sementara, baik jenis biosintesis Biobrane atau jenis sintetis Omiderm, Omikron dapat digunakan sebagai alternatif untuk agen antimikroba topikal. Penutup luka ini digunakan setelah luka dibersihkan dari semua kotoran dan jaringan nekrotik. Jika adanya jaringan eskar maka sebaiknya tidak digunakan. Luka yang bersih, berwarna merah muda, dermis dalam keadaan lembab setelah debridemen merupakan penerapan yang ideal untuk penutup luka. Kelebihan menggunakan penutup luka baik yang bersifat sintesis atau biosintesis adalah berkurangnya rasa sakit dengan menutupnya ujung saraf pada lapisan pelindung. Setelah penerapan penutup luka baik bersifat sintetis atau biosintesis yang sesuai dengan keadaan luka, sebaiknya dibiarkan tak terganggu kecuali terjadinya infeksi dengan adanya bakteri. Penutup luka dapat diganti dengan menerapkan zat antimikroba topikal. Sebagai tepi pemisah penutup luka biosintesis atau sintesis, kelebihan pembatasan sebaiknya dijaga dengan cara dilapisi dengan bahan penutup luka lain untuk memudahkan mengamati perkembangan penyembuhan luka. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penutup luka hidrokoloid merupakan alternatif lain dalam pengobatan luka bakar derjat 1 superficial. Penutup luka bersifat hidrokoloid seperti : Duoderm, Convatec tidak mengutamakan manfaat antimikroba akan tetapi mengurangi rasa sakit dan mengobati Carrougher, 1998.

2.5. Asiatikosida

Dokumen yang terkait

Uji Efek Antifertilitas Serbuk Bawang Putih (Allium Sativum L.) Pada Tikus Jantan (Rattus Novergicus) Galur Sprague Dawley Secara In Vivo Dan In Vitro

3 25 115

Uji Aktivitas Penyembuhan Luka Bakar Ekstrak Etanol Umbi Talas Jepang (Colocasia esculenta (L.) Schott var. antiquorum) Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley

4 21 107

PENGARUH PEMBERIAN DEKOK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorhiza Roxb) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI LAMBUNG TIKUS PUTIH Rattus norvegicus JANTAN GALUR Sparague dawley YANG DIINDUKSI ASPIRIN

6 35 62

PERBANDINGANTINGKATKESEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II ANTARA PEMBERIAN MADU DENGAN TUMBUKAN DAUN BINAHONG PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley

3 27 79

Ragam jenis ektoparasit pada hewan uji coba tikus putih (Rattus norvegicus) galur sprague dawley

2 11 47

Ragam jenis ektoparasit pada hewan uji coba tikus putih (Rattus norvegicus) galur sprague dawley

1 9 94

Uji Aktivitas Gel Isolat Katekin Gambir (Uncaria Gambir Roxb.) terhadap Penyembuhan Luka Bakar pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley

2 6 96

Uji Aktivitas Gel Etil p-metoksisinamat terhadap Penyembuhan Luka Terbuka pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley

6 24 104

Uji Aktivitas Gel Isolat Katekin Gambir (Uncaria Gambir Roxb.) terhadap Penyembuhan Luka Bakar pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley

0 3 96

Formulasi Tablet Kitosan Dan Uji Mukoadesif In-Vitro Dan In-Vivo Sebagai Penutup Luka Pada Lambung Tikus.

0 0 1