19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 di Laboratorium Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif hidayatullah Jakarta yaitu : Laboratoirum Bioavaibility dan Bioequivalensi PBB Program Studi Farmasi, Laboratorium Multiguna Program Studi
Pendidikan Dokter, Laboratorium Enviromental Health HEN Program Studi Kesehatan Masyarakat, Laboratorium Animal House Program Studi Pendidikan
Dokter dan Laboratorium Patologi dan Anatomi Universitas Indonesia.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam sediaan film kitosan yaitu : Timbangan analitik, spuit, hot plate stirer Wigen Hauser, pH meter Horiba, oven Eyela
NDO-400, sonikator Bransonic 5510, buret, pengaduk magnetik, gelas kimia,
gelas ukur, labu ukur, spatula, dan pipet mikro Wigen Hauser.
Untuk uji in vivo terhadap hewan tikus yaitu : Alat bedah, kandang tikus, kertas, jarum suntik, kapas, toples, plat logam, sedangkan untuk pembuatan
sediaan histologi yaitu gelas objek dan gelas penutup, penangas air, mikrotom,
tissue processor dan mikroskop cahaya.
3.2.2. Bahan
Serbuk asiatikosida Xi’an Guanyo Bio-tech, Cina, kitosan PT. Biotech
Surindo, asam laktat PT. Bratachem, natrium tripolifosfat NaTPP PT. Wako, Japan, natrium hidroksida NaOH, gliserin PT. Bratachem, sorbitol PT.
Bratachem, dan silika gel digunakan untuk pembuatan film kitosan dan evaluasi. Untuk fiksasi kulit dan uji in vivo dengan menggunakan etanol 96, eter,
larutan buffer formalin 10, larutan hematoksilin, larutan eosin, xylol, alkohol
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan konsentrasi bertingkat, parafin, alkohol 70, xylazine 2, dan ketamin HCl 2.
3.3. Hewan Percobaan
Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih betina Rattus novergicus L. galur Sprague Dawley yang sehat berumur 2-3 bulan dengan berat
badan 180 - 250 gram. Hewan percobaan terdiri dari 6 kelompok perlakuan dengan masing- masing tiap kelompok ditentukan dengan cara sebagai berikut.
Tabel 3.1. Jumlah kelompok hewan uji
No.
Kelompok Jenis perlakuan luka
1 KN
Tanpa pengobatan kontrol negatif 2
KP Diberi suspensi asiatikosida 0,2 kontrol positif
3 FK
Diberi film kitosan tanpa asiatikosida 4
FA1 Diberi film kitosan dengan asiatikosida 10
5 FA2
Diberi film kitosan dengan asiatikosida 20 6
FA3 Diberi film kitosan dengan asiatikosida 30
I. Prinsip Rumus Federer, yaitu
n-1 t-1 ≥ 15
n-1 6-1 ≥ 15
n-1 ≥ 3
n ≥ 4
Jadi jumlah minimum ulangan perlakuan yang diperlukan dalam setiap kelompok adalah 4 kali pada hewan coba.
Pada percobaan ini menggunakan 3 kelompok luka dalam 1 tikus, sedangkan untuk 6 kelompok yang digunakan untuk 1 ulangan perlakuan adalah 2
ekor tikus. Untuk evaluasi penurunan luas luka dalam 4 ulangan adalah 8 ekor dan keterangan
: n
: jumlah ulangan t
: jumlah kelompok perlakuan terhadap binatang coba
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk evaluasi histologi dalam 2 ulangan adalah 4 ekor, sehingga jumlah tikus yang digunakan sebanyak 12 ekor.
3.4. Pembuatan Film Kitosan - Asiatikosida dan Evaluasinya
3.4.1. Preparasi Pelarut
1. Larutan kitosan + 1
Kitosan ditimbang 4 gram dengan menggunakan kaca arloji, kemudian kitosan dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi aquadest 300 ml,
ditambahkan larutan asam laktat 4 4 ml asam laktat digenapkan hingga 100 ml aquadest dan diaduk dengan pengaduk magnetik hingga larut.
Setelah itu, larutan kitosan disaring dengan bantuan vacum menggunakan corong porselen yang dilapisi kain.
2. Larutan NaTPP 0,1
Sebanyak 1 gram ditimbang dengan menggunakan kaca arloji, kemudian dilarutkan dengan aquadest dalam gelas kimia. Setelah itu dimasukkan
dalam labu ukur 1 L dan digenapkan dengan aquadest sampai tanda batas. 3.
Larutan NaOH 0,1 N NaOH sebanyak 4 gram ditimbang dengan menggunakan kaca arloji,
kemudian dilarutkan dengan aquadest dalam gelas kimia. Setelah itu dimasukkan dalam labu ukur 1 liter dan digenapkan dengan aquadest
hingga tanda batas.
3.4.2. Preparasi Film Sambung Silang Kitosan - TPP yang Mengandung
Asiatikosida Sebanyak 25 ml larutan kitosan 1 dimasukkan ke dalam gelas kimia,
kemudian dilakukan pengadukan dengan menggunakan pengaduk magnetik dan pengadukan ini terus dilakukan selama proses pembuatan film. Setelah itu
ditambahkan larutan NaTPP 0,1 kedalam larutan kitosan tersebut dengan menggunakan buret hingga 30 ml, kemudian ditambahkan NaOH 0,1 N ke dalam
campuran tersebut dan dilakukan pengecekan secara berulang sampai pH 5 dicek dengan pH meter. Setelah homogen sebagian larutan dipindahkan pada gelas
kimia yang berbeda dan ditambahkan serbuk asiatikosida sedikit demi sedikit
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada gelas kimia semula yang sedang diaduk menggunakan pengaduk magnetik hingga homogen. Setelah itu masukkan plasticizer sorbitol dan gliserin 1 : 1
sebanyak 187,5 µL sedikit demi sedikit ke dalam gelas kimia larutan campuran kitosan
– asiatikosida dengan menggunakan mikropipet. Setelah itu ditambahkan sisa campuran larutan pada gelas kimia kedua sedikit demi sedikit ke dalam
larutan campuran yang mengandung asiatikosida dan diaduk hingga homogen. Kemudian dilakukan sonikasi selama 10 menit agar gelembung-gelembung kecil
dalam larutan campuran dapat naik ke permukaan. Gelembung-gelembung kecil yang terbentuk dihilangkan dengan menggunakan spatula. Setelah itu, tuangkan
larutan campuran ke dalam cetakan atau wadah yang permukaannya rata dan keringkan pada temperatur
60˚C selama + 45 jam. Untuk menjaga kelembaban tetap konstan, film yang terbentuk dilakukan penyimpanan selanjutnya dalam
wadah yang mengandung silika gel. Tabel 3.2. Formula film kitosan
Keterangan : Nilai bb asiatikosida dihitung terhadap berat kitosan
3.5. Preparasi Suspensi Asiatikosida Kontrol Positif
Sebanyak 0,2 gram asiatikosida ditimbang, kemudian dilarutkan dengan cairan steril NaCl dan digenapkan hingga volume 100 ml.
3.6. Perlakuan Hewan Percobaan