Pengertian dan Dasar Hukum Perceraian

BAB II KAJIAN UMUM TENTANG PERCERAIAN DALAM HUKUM ISLAM

A. Pengertian dan Dasar Hukum Perceraian

Sakinah, mawaddah warohmah adalah asas dan tujuan disyariatkannya pernikahan dan pembentukan rumah tangga. Namun kenyataannya banyak terjadi dalam kehidupan berkeluarga timbul masalah-masalah yang mendorong seorang isteri melakukan gugatan cerai dengan segala alasan. Fenomena ini banyak terjadi dalam media massa, sehingga diketahui khalayak ramai. Yang pantas disayangkan, mereka tidak segan-segan membuka rahasia rumah tangga, hanya sekedar untuk bisa memenangkan gugatan,. Padahal, semestinya persoalan gugatan cerai ini harus dikembalikan kepada agama, dan menimbangnya dengan Islam. Dengan demikian, kita semua dapat ber-Islam dengan kaffah sempurna dan menyeluruh. Kata perceraian berasal dari kata “Cerai” mendapat awalan “per” dan akhiran “an”, yang secara bahasa berarti melepas ikatan. Kata talak atau cerai adalah terjemahan dari bahasa Arab = – 7ی – 62= yang artinya lepas dari ikatan, berpisah, menceraikan, pembebasan. 13 13 Ahmad Warson Munawir, Almunawir Kamus Besar Indonesia, Surabaya: Pustaka Progresif, 1997, Cet. Ke-14, h.681. Pengertian perceraian adalah penghapusan perkawinan dengan putusan hakim, atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu. 14 Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Taqiyudin: ? 627 1 62= A 9B C0 Artinya: talak menurut bahasa adalah melepas ikatanmenceraikan. 15 Sedangkan menurut terminologi adalah melepaskan ikatan perkawinan nikah. 16 Di dalam al-Qur’an banyak ayat yang berbicara tentang masalah talak. Diantara ayat-ayat yang menjadi dasar hukum bolehnya menjatuhkan talak tersebut adalah firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 229:  Kg P 0 ij k ll0m 3n Z o0 p: 7; CL 3e q  m 3n3 5r ?6 s 9 t7 Zu  ]0q q 7\. :  0vtLK wr34 ]0 Z0 s xr 2y4 2  v]0 3n Z z { S xr 0 Uty4 2  v]0 5L Z 0;|8 W e  0 Ut Z Z0 3 CZ  2  v]0 5L Z \  7  q 7 2  v]0 C}~ u •u Z  7\ U3 K MNN€P 14 Sebekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT. Intermasa, 2001, Cet. Ke-24, Hal. 42. 15 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fikih Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan , Jakarta: Prenada Media, 2006, Cet.I, h.198. 16 Mohammad Rif’i, Kifayatul Akhyar, terjemah Semarang: PT.Toha Putra, 1978, h.307. Artinya: Talak yang dapat dirujuki dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang maruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya suami isteri tidak dapat menjalankan hukum- hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim. Q.S. 2229 Putusnya perkawinan itu ada dalam beberapa bentuk tergantung dari siapa sebenarnya yang berkehendak untuk putusnya perkawinan itu. Dalam hal ini ada empat kemungkinan, yaitu: 1. Putusnya perkawinan atas kehendak Allah sendiri melalui matinya salah seorang suami istri. Dengan kematian itu dengan sendirinya berakhir pula hubungan perkawinan. 2. Putusnya perkawinan atas kehendak si suami oleh alasan tertentu dan dinyatakannya kehendak itu dengan ucapan tertentu. Perceraian ini disebut talak . 3. Putusnya perkawinan atas kehendak si istri, karena si istri melihat sesuatu yang menghendaki putusnya perkawinan, sedangkan si suami tidak berkehendak untuk itu. Kehendak untuk putusnya perkawinan yang disampaikan si istri ini dengan membayar uang ganti rugi diterima oleh suami dan dilanjutkan dengan ucapannya untuk memutus perkawinan itu. Putusnya perkawinan dengan cara ini disebut khulu’. 4. Putusnya perkawinan atas kehendak hakim sebagai pihak ketiga setelah melihat adanya suatu pada suami danatau pada istri yang menandakan tidak dapatnya hubungan perkawinan itu dilanjutkan. Putusnya perkawinan dalam bentuk ini disebut Fasakh. 17

B. Macam-macam Perceraian dan Akibat Hukumnya