Pembatasan Dan Perumusan Masalah

permohonan cerai dari suami yang diajukan oleh suami ke Pengadilan Agama dan Cerai Gugat permohonan cerai dari isteri yang diajukan oleh isteri ke Pengadilan Agama. Berdasarkan data Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada periode 2006- 2008 teradapat peningkatan perceraian dengan berbagai masalah yang terjadi. Perceraian banyak terjadi dengan proses cerai gugat yang banyak dilakukan oleh sang istri. Atas latar belakang yang disebutkan di muka, maka penulis mengambil tema pembahasan skripsi: Tingkat Cerai Gugat di Jakarta Studi Pada Pengadilan Agama Jakarta SelatanTahun 2006–2008.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah Pembahasan skripsi ini hanya sebatas pada cerai gugat yang terjadi pada tahun 2006-2008 pada Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Di sini penulis mencoba menyajikan data-data yang menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap perceraian, sehingga dapat dipersentasikan penyebab perceraian yang berdasarkan cerai gugat. 2. Perumusan Masalah Perceraian bukan hanya milik bagi kaum suami saja melainkan istri pun mempunyai hak untuk bercerai,yaitu dengan cara cerai gugat atau dalam kitab fikih biasa disebut dengan kata khulu’. Dalam undang-undang perkawinan no.1 tahun 1974 pasal 39 ayat 2 disebutnkan bahwa untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami istri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami-istri. Dalam pasal 116 Kompilasi Hukum Islam KHI pun disebutkan, bahwa percerain dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan sebagai berikut: a. Salah satu pihak berbuat zina, b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama dua tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya, c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara lima tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung, d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain, e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri, f. Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga, g. Suami melanggar taklik-talak, dan h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga. Dari pernyataan di atas, maka penulis pun tertarik untuk meneliti atau menganalisa tentang faktor-faktor penyebab terjadinya cerai gugat dan tentang angka cerai gugat itu sendiri yang terjadi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Berikut merupakan perumusan masalah pada pembahasan skripsi ini adalah: a. Apakah angka cerai gugat di Pengadilan Agama Jakarta Selatan periode 2006-2008 terjadi peningkatan atau menurun? b. Faktor-faktor penyebab terjadinya tingkat cerai gugat di Pengadilan Agama Jakarta Selatan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian