158
situasi yang tidak pasti. Ada banyak hal yang tidak bisa diprediksi oleh petani, seperti kualitas produk yang dihasilkan dari panen terakhir, ketersediaan modal,
dan menunggu peluang lain yang lebih baik.
2. Kelestarian Lingkungan. Beberapa kasus relevan untuk dijadikan bukti yang
menguatkan bahwa penerapan pola kemitraan, memberikan sumbangan bagi upaya menjaga kelestarian lingkungan. Misalnya praktek budidaya sayuran
dengan sistem pertanian organik, dan penggunaan pestisida secara tepat guna, tidak berlebihan. Sayuran organik, diproduksi dengan cara budidaya yang lebih
rumit dalam arti merepotkan terutama karena pupuk dan obat pembasmi hama diracik sendiri oleh petani bukan secara instant dapat dibeli. Teknik budidaya
dengan sistem pertanian organik tersebut belum biasa dilakukan oleh petani tetapi dimungkinkan melalui pola kemitraan karena adanya fasilitas
pendampingan oleh petugas perusahaan. Pertanian organik yang ramah lingkungan tidak sederhana dalam
penerapannya, dan kurang efisien dari sisi bisnis. Alternatif yang dilakukan dalam sistem budidaya sayuran adalah dengan menerapkan penggunaan
pestisisda secara tepat guna. Penggunaan pestisida tepat guna ini masih dalam toleransi terhadap isu kerusakan lingkungan. Dengan pola kemitraan
penggunaan pestisida tepat guna ini dapat dikontrol oleh petugas perusahaan, koperasi atau pedagang pengumpul, karena sayuran yang terlalu banyak
menggunakan pestisida tidak akan laku di pasaran, terutama sayuran yang dijual di pasar khusus.
Pola kemitraan juga dapat memanfaatkan lahan -lahan yang kurang produktif menjadi lebih produktif. Lahan milik Negara atau perorangan dapat
dipinjamkan untuk ditanami dengan sayuran. Beberapa kasus di wilayah Bandung, Garut dan Cianjur, sejumlah lahan dengan luasan tertentu dikelola
oleh petani yang bermitra dengan perusahaan agribisnis.
Tingkat Kesejahteraan
Tingkat kesejahteraan ini diukur dari pengeluaran rumahtangga. Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesejahteraan adalah dengan menghitung
persentase pengeluaran pangan dari total pengeluaran rumahtangga dalam waktu satu tahun terakhir. Semakin rendah persentase pengeluaran pangan dari
pengeluaran total maka semakin sejahteralah rumahtangga tersebut.
159
Tabel 61. menyajikan persentase pengeluaran konsumsi pangan dari pengeluaran total. Bila dikelompokkan dalam tiga kategori, persentase
pengeluaran untuk konsumsi pangan sebagian besar berada pada kategori sedang antara 37 sd 62 persen.
Tabel 61. Persentase Pengeluaran Untuk Konsumsi Pangan Dari Pengeluaran Total
No. Kategori Pengeluaran
Tidak Mitra Mitra
Total 1.
Rendah 24,0
27,6 26,3
2. Sedang
52,0 40,7
44,9 3.
Tinggi 24,0
31,7 28,8
4. Total
100,0 100,0
100,0 Rendah 37 Sedang 37 sd 62 Tinggi 62
Jika membanding petani mitra dan non mitra, maka terlihat bahwa petani mitra dengan kategori kepengeluaran pangannya rendah lebih banyak dibanding
petani non mitra, tetapi petani dengan pengeluaran pangan tinggi juga lebih banyak Jadi keragaman pengeluaran untuk pangan lebih beragam di petani
mitra. Tabel 62 . Perbandingan persentase konsumsi pangan
untuk petani mitra dan non mitra.
No. Peubah
Status N
Rata -rata Std.
Deviasi Std. Error
Rata -rata Sig .
Mitra 123
0,4858 0,18916
0,01706 1.
Persentase Konsumsi
Pangan Non Mitra
75 0,4935
0,17114 0,01976
0,774
Rata-rata pengeluaran untuk pangan adalah 48,9 persen, median 49,0 persen dengan kisaran antara 2 persen sampai dengan 88 persen. Dilihat dari
rataannya maka petani mitra lebih sejahtera, tetapi secara ujistatistik tidak signifikan.
Manfaat Pola Kemitraan Bagi Perusahaan, Koperasi, dan Pedagang Pengumpul
Bagi perusahaan, koperasi, dan pedagang pengumpul yang kegiatan bisnisnya adalah mengolah dan memasarkan produk, petani merupakan
pemasok produk sayuran . Di sisi lain petani adalah pasar dari sarana produksi bagi mereka yang kegiatan bisnisnya adalah memasarkan sarana produksi
160
pertanian. Berikut ini adalah beberapa pernyataan perusahaan, koperasi, dan pedagang pengumpul tentang manfaat yang diperolehnya dari pola kemitraan.
1 Perusahaan sangat tergantung dengan petani, perusahaan tidak dapat hidup tanpa petani, oleh karena itu petani adalah mitra bisnis perusahaan
PS 2 Ketergantungan antara petani mitra dan perusahaan adalah saling
membutuhkan untuk sukses. Kalau sampai terjadi gangguan pada pemasok, maka praktis kegiatan agribisnis perusahaan akan terhenti. Kalau
sampai terjadi diskontinuitas pasokan ke pasar, berarti fatal bagi kelangsungan bisnis atau harus mulai dari awal lagi untu k menumbuhkan
kepercayaan pasar KF 3 Petani mitra penting artinya bagi perusahaan, dimana petani mitra ini adalah
pemasok utama BSB. 4 Pendelegasian proses produksi, Investasi lahan berkurang, Keamanan
produk di lahan menjadi tanggung jawab petani, Resiko usaha terbagi, Terbebas dari konflik isu perburuhan, Merubah pesaing menjadi mitra. SM
5 Koperasi adalah usaha bersama petani mitra, di mana petani sebagai pemasok paprika bagi koperasi. Hal ini menunjukan bahwa petani mitra
merupakan unsur penting bagi keberhasilan koperasi KMS 6 Selain belajar berbisnis sayuran, para santri adalah sumber tenaga kerja
dalam mengelola lahan PAI. Mereka menjadi produktif serta mampu menemukan kegiatan usaha alternative. Masyarakat sekitar selain sebagai
sumber tenaga kerja juga pemasok sayuran bagi PAI. 7 Petani mitra penting artinya untuk JR karena merupakan pangsa pasar bagi
produk JR. Manfaat pola kemitraan bagi perusahaan, koperasi dan pedagang
pengumpul dari pola kemitraan yang dibangun bersama-sama petani ternyata tidak diperolah dengan mudah, karena pada kenyataannya masih banyak
masalah yang dihadapi. Banyak faktor yang menyebabkan kelangsungan penerapan pola kemitraan terganggu. Berikut ini adalah beberapa masalah yang
diidentifikasi dari perusahaan, koperasi dan pedagang pengumpul. 1 Harga yang fluktuatif. Dengan cara budidaya yang tradisional di lahan
terbuka sangat tergantung dengan iklim dan cuaca. Kualitas produk dan jumlah produk tidak dapat secara terus-menerus dipenuhi, sehingga harga
161
berfluktuasi. Pada saat produksi banyak harga turun sebaliknya pada saat produksi sedikit harga naik. Terhentinya permintaan sayuran oleh pihak
konsumen, yang menyebabkan terbatasnya pasar sayuran. 2 Keterbatasan Modal. Modal untuk pembelian saprodi dan untuk pembayar
hasil panen dari petani. Harga yang dibayar biasanya sesuai dengan harga yang berlaku di pasar.
3 Kualitas petani yang masih terbatas dalam menghasilkan mutu produk yang baik. Konsumen membutuhkan produk dengan standar mutu yang tinggi.
Kekurangmampuan petani mitra dalam menjaga tanamannya seperti serangan hama dan penyakit, sering terjadi penyemprotan pestisida yang
berlebihan akan merugikan karena dapat terdeteksi oleh negara tujuan ekspor dan seluruh produk kiriman akan ditolak.
4 Kurangnya loyalitas petani mitra. Sulitnya proses konsolidasi di antara petani, petani yang sudah biasa mandiri atau mengusahakan segalanya
sendiri tidak mudah untuk mempercayai orang. Karena masalah tran sparan dari pihak perusahaan, mengenai pembagian keberhasilan terutama
mengenai harga dan kualitas produk. 5 Sulitnya merubah watak dan budaya petani, dari pola mengikuti musim
menjadi program mengikuti kapasitas mesin industri. 6 Kurang disiplinnya pihak petani: bila harga di pasar lebih tinggi dari
kesepakatan dengan perusahaan , petani menjual produknya kepada pihak ketiga, sedangkan kalau harga pasar rendah mereka menjual ke
perusahaan. 7 Standarisasi produk belum betul-betul dikuasai kedua belah pihak.
Kejujuran kedua belah pihak ada batasnya, perusahaan sering tidak transparan dalam melakukan sortasi terhadap produk petani, pengusaha
suatu waktu dapat bertindak otoriter, 8 Petani yang gagal panen harus menanggung biaya produksinya sendiri,
9 Keterbatasan jumlah pengusaha yang mampu mengelola system jaringan kemitraan .
10 Tidak adanya kebijakan dan bantuan pemerintah terhadap komoditas hortikultura khususnya paprika, merupakan ancaman bagi perusahan
karena perolehan benih dan nutrisi didapat dengan cara impo rt
162
11 Adanya kesulitan dalam membangun kerjasama dengan berbagai instansi, misalnya dalam mendapatkan bimbingan dan pelatihan serta akses
permodalan. 12 Terbatasnya sarana dan prasarana fisik, berupa jalan aspal menuju lokasi
perusahaan, sarana air bersih serta fasilitas telekomunikasi. 13 Prasangka dari masyarakat tentang adanya tindakan eksploitatif
perusahaan terhadap para petani untuk mendapat keuntungan berlipat ganda.
14 Tingginya tingkat persaingan antar perusahaan yang sama . 15 Keterbatasan dalam pelayanan kredit dan tidak adanya jaminan pemasaran
produk menyebabkan lemahnya ikatan antara petani mitra dengan perusahaan.
16 Petani sudah mampu melakukan teknik budidaya secara mandiri, tanpa bantuan petugas pendamping , maka pola kemitraannya berakhir, meskipun
secara personal mereka tetap berinteraksi.
STRATEGI KEMITRAAN AGRIBISNIS BERKELANJUTAN
Pola kemitraan secara konsep terbukti memiliki beberapa kelemahan dalam praktek atau penerapannya di lapangan. Studi ini menemukan beberapa
kelemahan tersebut sepe rti telah dijabarkan pada bab sebelumnya yang berakibat pada berhentinya sejumlah petani mitra.
Bab ini akan mencoba menjelaskan strategi yang berupa tahapan- tahapan proses, dalam kerangka proses adopsi pola kemitraan, dalam rangka
menjadikan pola kemitraan sebagai strategi peningkatan kinerja petani kecil.
Makna Bisnis Sayuran Bagi Petani: Mencari Keuntungan dari Hasil Usahataninya
Petani sayuran mempunyai karakteristik yang berbeda dengan petani padi. Berdasarkan pengalaman penulis meneliti di komunitas petani padi dan
petani sayuran, menyimpulkan bahwa petani sayuran lebih dinamis dibandingkan petani padi. Dinamika kehidupan petani sayuran tercermin dari intensitasnya
dalam penggunaan tenaga kerja, perputaran modal yang cepat, dan penggunaan teknologi yang relatif lebih maju.
Dalam penggunaan tenaga kerja, bagi petani sayuran tidak ada perbedaan antara masa sibuk peak season dan masa santai low season
dalam proses produksi seperti dialami oleh petani padi, karena bagi petani sayuran setiap hari merupakan hari sibuk. Bagi petani padi, ada sebagian yang
melakukan migrasi keluar desa untuk mencari pekerjaan tambahan di masa santai, tetapi bagi petani sayuran ini tidak terjadi.
Perputaran modal berupa uang untuk membayar biaya produksi, baik untuk sewa lahan, membeli saprotan maupun upah tenaga kerja luar keluarga,
pada usahatani sayuran begitu cepat, sesuai dengan siklus sayuran yang ditanamnya yang berkisar 2 mingguan seperti bayam sampai 8 bulan seperti
cabe. Penggunaan teknologi di usahatani sayuran relatif lebih maju dibanding padi, baik berupa penggunaan beragam media tanam, penggunaan benih atau
bibit, pupuk, obat dan pengatur tumbuh, serta teknologi penanganan pasca panen. Penggunaan teknologi yang lebih baik pada usahatani sayuran tersebut
secara umum menunjukkan juga penggunaan modal yang tinggi. Biaya yang tinggi antara lain diperlukan untuk menyiapan alat-alat penampung air dan alat
yang dapat mendistribusikan air pada bedeng-bedeng lahan sayuran, karena sebagian besar lahan sayuran adalah lahan tadah hujan rainfed . Biaya yang
tinggi juga diperlukan apabila petani menginginkan untuk membangun rumah kaca green house beserta peralatan fertigasi yaitu alat yang berfungsi untuk
mendistribusikan air dan pupuk pada setiap tanaman sayuran. Makna agribisnis bagi petani, tidak secara khusus menjadi focus dalam
penelitian ini. Petani sayuran adalah pengusaha pertanian, yaitu petani-petani yang mengerjakan pertanian untuk usaha dan penanaman modal kembali,
melihat tanahnya sebagai modal dan komoditi. Petani sayuran adalah mere ka yang mencari keuntungan dari kegiatan usahataninya, bukan mereka yang
bertani sebagai suatu cara hidup menurut Redfield 1983.
Perubahan Jenis Sayuran adalah Awal Bisnis Sayuran
Dibeberapa lokasi kasus ditemukan kesamaan dalam perkembangan bisnis sayuran, yaitu ditandai dengan perubahan jenis sayuran yang ditanam
atau peningkatan mutu dari sayuran lokal. Upaya ini dilakukan agar sayuran yang dihasilkan sesuai dengan permintaan atau kebutuhan konsumen.
Perubahan jenis sayuran yang ditaman dilokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 63.
Di lokasi penelitian ditemukan bahwa kehadiran Perusahaan Agribisnis sangat bermanfaat bagi petani di sekitar perusahaan. Kehadiran Perusahaan
Agribisnis membawa inovasi bagi petani, diantaranya komoditas jenis baru, perbaikan mutu produk maupun managemen usahatani
PT SM : Sayuran Eksklusif
Masuknya PT SM ke Bogor pada tahun 1984 memberikan manfaat bagi petani di sekitarnya. Manfaat ini di rasakan petani ketika perusahaan mulai
mengadakan kerjasama dengan petani untuk menanam komoditas sesuai dengan keinginan perusahaan. Komoditas yang ditanam merupakam komoditas
yang tergolong masih baru bagi petani. Komoditas tersebut diantaranya, edamame, okra, zuchini, nazubi, timun jepang. Sebelum diadakan kerjasama
diadakan kesepakatan secara lisan antara perusahaan dengan petani. Kesepakatan tersebut meliputi harga dan waktu tanam.
Fasilitas yang diberikan perusahaan kepada petani diantaranya bibit, pupuk, dan pestisida. Petani memperoleh fasilitas tersebut dengan system kredit
yang dibayar pada saat petani panen dengan cara memotong hasil penjualan petani ke perusahaan
Tabel 63 Perubahan Jenis Sayuran Setelah Adanya Perusahaan Agribisnis di Lokasi Penelitian
No Lokasi
Perusahaan Sayuran Lama yang
Ditanam Petani Perubahan setelah
Ada Perusahaan Tahun
peruba han
A. Bogor 1.
SM Sayuran lokal seperti :
bawang daun, buncis, wortel, kacang panjang,
timun, cesin, sawi Sayuran baru: edamame,
okra, buncis mini, pakcoy baby, jagung manis,
paprika, nazubi, zuchini, cisito, tomat cerry dll.
1994
2. BSB
Sayuran lokal seperti : bawang daun, buncis,
wortel, timun, cesin, sawi sayuran lokal dengan
sistem organik. 1994
B. Cianjur 3.
Pacet Segar Sayuran lokal seperti : s awi,
bawang daun, cabe, wortel Sayuran lokal dengan
perbaikan mutu dan sayuran baru seperti :
brokoli, kyuri, zuchini, okra,
1995
4. Kem Farm
Sayuran lokal seperti : sawi, bawang daun, cabe, wortel
Sayuran lokal dengan perbaikan mutu dan
sayuran baru seperti : paprika, zuchini, selada,
brokoli, tomat, wortel, kol, kentang
1987
C. Bandung 5.
PT Joro Sayuran lokal seprti : labu
siam, kubis, kol merah, kentang, buncis, dll
Sayuran lokal dengan perbaikan mutu dan
sayuran baru yaitu, paprika.
1996
6. Koperasi
Mitra Suka Maju
Sayuran lokal seperti : labu siam, kubis, kol merah,
buncis, dll Sayuran lokal dengan
perbaika n mutu dan sayuran baru yaitu,
paprika. 1999
7. Pesantren Al
Ittifaq Sayuran lokal seperti :
bawang daun, seledri, kentang, strowbery
Sayuran lokal dengan perbaikan mutu.
1997 C. Garut
8. SM
Sayuran lokal seperti kubis dan kentang
Sayuran lokal dengan perbaikan mutu seperti :
kapri, buncis mini, tomat, sayuran baru seperti :
selada keriting, lettuce, nazubi, kyuri, okra
1998
Perusahaan juga menyediakan fasilitas seorang petugas pendamping pertanian yang akan mendampingi petani dalam kegiatan usahataninya. Petugas
pendamping akan membantu petani jika petani mengalami kesulitan.
Kehadiran PT SM juga memberikan perubahan pada sistem pemasaran produk yang selama ini di pakai oleh petani. Sebelum hadirnya PT SM petani
menjual produknya melalui pedagang pengumpul atau tengkulak yang ada di desa tersebut dengan harga dibawah harga pasar. Selain itu petani biasanya
menjual langsung produknya ke pasar terdekat. Kehadiran PT SM merubah jalur pemasaran yang selama di pakai petani. Petani yang bermitra dengan PT SM
langsung menjual produknya ke perusahaan tanpa melalui perantara, dengan harga lebih tinggi dari harga pasar dan harga telah disepakati sebelum petani
menanam komoditas sesuai permintaan perusahaan. Petani juga diajari bagaimana menangani produk pasca panen. Selama
ini petani langsung menjual produk ke pedagang pengumpul atau pasar tanpa melakukan cleaning, sorting, grading dan packing. Setelah petani bermitra
dengan PT SM petani diajari cleaning, sorting, dan grading tetapi keputuisan standar untuk grading produk ada di tangan perusahaan.
Selain Produk eklusif edamame, okra, zuchini, nazubi PT SM juga membeli produk lokal bawang daun, wortel, tomat dari petani dengan syarat
mutu produk sesuai dengan ketentuan yang berlaku di SM. Dengan kehadiran PT SM petani diajarkan untuk menjaga mutu produk agar laku dipasaran dengan
harga yang lebih tinggi. Penduduk desa Kecamatan Mendung sebagian bermata pencaharian
sebagai petani. sayuran yang banyak diusahakan di daerah tersebut antara lain bawang daun, cesin, buncis, tomat, kacang panjang, dan sawi dan produk-
produk yang bersifat mass produk. Masuknya PT SM ke Bogor pada tahun 1984 mempengaruhi perkembangan pertanian di daerah tersebut. PT SM menjalin
kerjasama dengan petani disekitarnya untuk menjadi pemasok sayuran dengan ketentuan yang telah disepakati. Produk sayuran yang dikembangkan oleh PT
SM adalah komoditas eksklusif dengan jaringan pemasaran khusus. Produk yang dihasilkan di pasarkan ke supermarket, restaurant dengan pesanan khusus.
Karena produk yang dibudidayakan merupakan produk eksklusif dan para petani belum pernah membudidayakan maka PT SM memberikan pelayanan petugas
yang akan mendampingi petani selama kegiatan produksi berlangsung. Berikut ini adalah analisis terhadap pola kemitraan antara PT SM dan
para petaninya.
Kekuatan
1. SM membeli produk dengan harga yang tinggi. 2. SM membayar tepat waktu
3. SM menyediakan fasilitas pendampingan petugas perusahaan . 4. SM menyediakan fasilitas kredit untuk benih, bagi semua petani.
5. SM menyediakan kebun percontohan untuk media belajar petani 6. SM menilai petani sebagai mitra yang baik sampai saat ini.
7. Antara SM dan petani ada kesepakatan secara lisan antara perusahaan dengan petani, tentang harga dan waktu tanam.
8. Petani mitra menjual langsung produknya ke SM tanpa melalui perantara. 9. Petani dilatih oleh petugas SM tentang proses cleaning, sorting, dan
grading . 10. Selain bermitra dengan petani SM juga bermitra dengan para suplier
untuk memasok sayuran berkualitas baik.
Kelemahan 1. SM membatasi jumlah petani mitra setara 1,2 Ha luasan tanam per
minggu 2. Kemampuan SM dalam pemberian fasilitas kredit untuk pupuk dan
pestisida terbatas pada petani tertentu. 3. Penetapan standar mutu oleh SM belum tegas. Bila produk melimpah,
standar mutu lebih tinggi dari. 4. Mutu benih yang disediakan oleh SM kadang kurang baik sehingga mutu
produk yang dihasilkan juga kurang baik. 5. Kurang disiplinnya beberapa petani dalam mengikuti anjuran petugas.
Peluang 1. Permintaan konsumen akan sayuran yang terus menerus
2. Minat terhadap pertanian meningkat terutama petani muda yang berpendidikan
3. SM merupakan perusahaan yang punya kredibilitas baik menurut peme rintah dan masyarakat sekitar dalam penerapan pola kemitraan.
Ancaman
1. Luas lahan petani yang semakin berkurang. 2. Subsidi negara maju terhadap produk petanian.