Kerusakan pada Jaringan Keras Gigi dan Pulpa Kerusakan pada Jaringan Periodontal

mengalami setidaknya 1 kali TDI pada gigi permanennya. Malikaew et al. cited in Glendor U, juga melakukan penelitian prevalensi TDI pada gigi permanen di Thailand terhadap 2725 anak yang berusia antara 11 – 13 tahun dan menunjukkan hasil bahwa 35 dari sampel yang diperiksa pernah mengalami TDI. 2 Penelitian lainnya juga dilakukan di Brazil untuk melihat prevalensi TDI pada anak dibawah usia sekolah antara tahun 2002 hingga tahun 2006. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa prevalensi TDI adalah sebesar 9,4 pada tahun 2002, 12,9 pada tahun 2004, dan 13,9 pada tahun 2006. Hasil ini menunjukkan terdapat peningkatan yang signifikan dari prevalensi TDI yang terjadi dari tahun ke tahun. 3

2.3 Klasifikasi Trauma

Salah satu klasifikasi yang terbaik yang telah diterima secara internasional adalah klasifikasi Andreasen yang diadopsi oleh WHO. Klasifikasi ini dianggap lebih baik karena memiliki format yang deskriptif dan didasari oleh pertimbangan klinis dan anatomis. WHO mengklasifikasikan menjadi 4 garis besar yang meliputi kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa; kerusakan pada jaringan keras gigi, pulpa dan tulang alveolar; kerusakan pada jaringan periodontal; serta kerusakan pada gusi atau jaringan lunak rongga mulut. 13,14

2.3.1 Kerusakan pada Jaringan Keras Gigi dan Pulpa

a. Retak mahkota enamel infraction, yaitu suatu fraktur yang tidak sempurna pada enamel tanpa kehilangan struktur gigi dalam arah horizontal atau vertikal. b. Fraktur enamel enamel fracture yaitu suatu fraktur yang hanya mengenai lapisan enamel saja. c. Fraktur enamel-dentin uncomplicated crown fracture, yaitu fraktur pada mahkota gigi yang hanya mengenai enamel dan dentin saja tanpa melibatkan pulpa. d. Fraktur mahkota yang kompleks complicated crown fracture, yaitu fraktur yang mengenai enamel, dentin, dan pulpa. Universitas Sumatera Utara e. Fraktur mahkota-akar yang tidak kompleks uncomplicated crown-root fracture, yaitu fraktur yang mengenai enamel, dentin, dan sementum tetapi tidak melibatkan jaringan pulpa. f. Fraktur mahkota akar yang kompleks complicated crown-root fracture, yaitu fraktur yang mengenai enamel, dentin, sementum, dan melibatkan pulpa. g. Fraktur akar root fracture, yaitu fraktur yang mengenai dentin, sementum, dan pulpa. 10,13,14,15 A B C D E F Gambar 1. Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa: A. retak mahkota B. fraktur enamel C. fraktur email-dentin D. fraktur mahkota kompleks E. fraktur mahkota akar F. fraktur akar . 14

2.3.2 Kerusakan pada Jaringan Periodontal

a. Konkusi yaitu trauma yang mengenai jaringan pendukung gigi yang menyebabkan gigi lebih sensitif terhadap tekanan dan perkusi tanpa adanya kegoyangan atau perubahan posisi gigi. Universitas Sumatera Utara b. Subluksasi yaitu kegoyangan gigi tanpa disertai perubahan posisi gigi akibat trauma pada jaringan pendukung gigi. c. Luksasi, merupakan perubahan letak gigi yang terjadi karena pergerakan gigi ke arah labial, palatal maupun lateral, hal ini menyebabkan kerusakan atau fraktur pada soket alveolar gigi tersebut. d. Luksasi ekstrusi partial displacement, yaitu keluarnya sebagian gigi dari soketnya. Ekstrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih panjang. e. Luksasi intrusi yaitu pergerakan gigi ke dalam tulang alveolar, dimana dapat menyebabkan kerusakan atau fraktur soket alveolar. Luksasi intrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih pendek. f. Avulsi hilang atau ekstrartikulasi yaitu lepasnya seluruh gigi ke luar dari soket. 10,13,14,15 A B C D E F Gambar 2. Kerusakan pada jaringan periodontal: A. konkusi B. Subluksasi C. luksasi D. luksasi ekstrusi E. luksasi intrusi F. avulsi. 14 Universitas Sumatera Utara 2.3.3 Kerusakan pada Jaringan Tulang Pendukung a. Communition of the maxillary alveolar socket adalah kerusakan dan kompresi dari soket alveolar pada rahang atas. Hal ini dapat juga dilihat pada intrusif dan luksasi lateral. b. Communition of the mandibular alveolar socket adalah kerusakan dan kompresi dari soket alveolar pada rahang bawah. Hal ini dapat juga dilihat pada intrusif dan luksasi lateral. c. Fraktur dinding soket alveolar maksila adalah fraktur tulang alveolar pada rahang atas yang melibatkan dinding soket labial atau lingual, dibatasi oleh bagian fasial atau lingual dari dinding soket. d. Fraktur dinding soket alveolar mandibula adalah fraktur tulang alveolar pada rahang bawah yang melibatkan dinding soket labial atau lingual, dibatasi oleh bagian fasial atau lingual dari dinding soket. e. Fraktur prosesus alveolar maksila adalah fraktur yang mengenai prosesus alveolaris dengan atau tanpa melibatkan soket alveolar gigi pada rahang atas. f. Fraktur maksila adalah fraktur pada maksila yang melibatkan prosesus alveolaris, dengan atau tanpa melibatkan soket gigi. g. Fraktur mandibula adalah fraktur pada mandibula yang melibatkan prosesus alveolaris, dengan atau tanpa melibatkan soket gigi. 10,13-15

2.3.4 Kerusakan pada Gusi atau Jaringan Lunak Rongga Mulut