Pengujian Sifat Fisik Pengujian Sifat Mekanik 1. Pengujian Kuat Lentur Pengujian Kuat Patah MOR Pengujian Termal

Tabel 2.2 Sifat Fisis dan Mekanis dari Berbagai Standar No Sifat FisikMekanik SNI 03-2105-2006 JIS 5908-2003 1 Kerapatan grcm 3 0,5 – 0,9 0,4 – 0,9 2 Kadar Air 14 5 – 13 3 Daya serap air - - 4 Pengembangan tebal Maks 12 Maks 12 5 MOR kgcm 2 Min 80 Min 80 6 MOE kgcm 2 Min 15.000 Min 20.000 7 Internal bond kgcm 2 Min 1,5 Min 1,5 8 Kuat Pegang Sekrup kg Min 30 Min 30 9 Hardness N - - 10 Emisi Formaldehyde ppm - Min 0,3 Sumber : Standar Nasional Indonesia dan Japanese Industrial Standard

2.4 Pengujian Sifat Fisik

Untuk mengetahui sifat-sifat fisik papan partikel komposit dilakukan pengujian kerapatan dan daya serap air seperti berikut : 2.4.1 Kerapatan Pengujian kerapatan dilakukan pada kondisi kering udara dan volume kering udara, sampel berukuran 10 cm x 10 cm x 1 cm ditimbang beratnya, lalu diukur rata-rata panjang, lebar, dan tebalnya untuk menentukan volumenya. Kerapatan sampel papan partikel komposit dihitung dengan rumus : � = � � 2.1 Dimana ρ = kerapatan kgm 3 m = massa sampel kg V = volume sampel m 3 Universitas Sumatera Utara 2.4.2 Daya Serap Air Daya serap air dihitung dari berat sampel sebelum dan sesudah perendaman dalam air 24 jam pada sampel berukuran 5cm x 10cm x 1cm dengan rumus : ��� = � 2− � 1 � 1 � 100 2.2 Dimana : DSA = daya serap air m 1 m = massa sampel sebelum perendaman kg 2 2.4.3 Pengembangan Tebal = massa sampel sesudah perendaman kg Pengembangan tebal dihitung atas tebal sebelum dan sesudah perendaman dalam air selama 24 jam pada sampel berukuran 5 cm x 10 cm x 1 cm dengan rumus : PT= �2−�1 �1 x100 2.3 Dimana : PT=Pengembangan Tebal T 1 T =tebal sampel sebelum perendaman m 2 =tebal sampel sesudah perendaman m 2.5. Pengujian Sifat Mekanik 2.5.1. Pengujian Kuat Lentur Pengujian keteguhan kuat lentur meliputi modulus patah MOR dan modulus elastisitas MOE pada sampel yang sama yaitu :

a. Pengujian Kuat Patah MOR

Pengujian kuat patah Modulus of Rufture dilakukan dengan alat Universal Testing Machine UTM seperti pada Gambar 2.5 dengan menggunakan lebar batang penyangga jarak sangga 14 kali tebal sampel, tetapi tidak kurang dari 14 cm. Universitas Sumatera Utara Nilai MOR dihitung dengan rumus : ��� = 3�� 2�� 2 2.4 Dimana MOR = Modulus of RuftureNm 2 P = beban maksimum kg L = jarak sangga m b = lebar sampel m d = tebal sampel m Gambar 2.5 Alat Uji Kuat Lentur

b. Pengujian Modulus Elastisitas MOE

Kekuatan lentur atau kekuatan bending adalah tegangan bending terbesar yang dapat diterima akibat pembebanan luar tanpa mengalami deformasi besar. Pengujian dilakukan three point bending seperti Gambar 2.6 berikut : Gambar 2.6 Pemasangan Benda Uji Sehingga kekuatan bending dapat dirumuskan sebagai berikut : � � = 12��� 8�� 3 SAMPEL PEMBEBANAN h L W Universitas Sumatera Utara � � = 3�� 2�� 2 2.5 Pada perhitungan kekuatan bending ini, digunakan persamaan yang ada pada standar ASTM D790, yaitu: � = 3�� 2 �ℎ 2 2.6 K = Tegangan lentur maksimum Nm 2 W = Beban maksimum Maksimum Load N b = Lebar dari benda uji Width of test piece m h = Tebal benda uji m L = Jarak antara penyangga m

2.5.2 Pengujian Kuat Impak

Kekuatan impak adalah untuk mengetahui kegetasan. Kekuatan impak bahan polimer lebih kecil daripada kekuatan impak logam. Bahan polimer menunjukkan penurunan besar pada kekuatan impak kalau diberi regangan pada pencetakannya. Cara pengujian impak dapat dilakukan dengan pengujian Charphy, Izod atau dengan bola jatuh,alat uji kuat impak ditunjukkan pada Gambar 2.7 berikut : Gambar 2.7 Pengujian Kuat Impak Universitas Sumatera Utara

2.5.3 Pengujian Kuat Tekan.

Standard yang digunakan pada pengujian ini adalah ASTM C270-04 dan ASTM C780. Secara matematis, besar kuat tekan suatu bahan Soratua, 2009 kuat tekan : � = � ��� � 2.7 Keterangan : σ = kuat tekan Nm 2 Fmax = beban tekan max N A = luas penampang m 2

2.5.4 Pengujian Kuat Tarik.

Uji tarik adalah salah satu uji stress-strain mekanik yang bertujuan mengetahui kekuatan bahan terhadap gaya tarik seperti ditunjukkan pada Gambar 2.8 berikut :. R W 0,5 cm 6 cm 12 cm T Gambar 2.8 Bentuk Spesimen Pengujian Tarik dengan Standar ASTM D 638 Pengujiannya, bahan uji ditarik sampai putus. Umumnya kekuatan tarik polimer lebih rendah dari baja 70 kgfmm 2 Enginering Stress σ : . Hasil pengujian adalah grafik beban versus perpanjangan elongasi. � = � � 2.8 Universitas Sumatera Utara Keterangan : F = Beban yang diberikan arah tegak lurus terhadap penampang spesimen N A pembebanan m = Luas penampang mula-mula spesimen sebelum diberikan 2 σ = Enginering Stress Nm 2 Enginering Strain ε: � = � 1−�0 � = ∆� � 2.9 Keterangan : ε = Enginering Strain l ΔL = Pertambahan panjang m = Panjang mula-mula spesimen sebelum diberikan pembebanan m

2.6 Pengujian Termal

Pengujian termal dilakukan untuk mengetahui intensitas tahanan termal panel dinding dengan cara pengujian termal Differential Thermal Analysis DTA adalah salah satu tehnik yang dapat mencatat perbedaan antara suhu sampel dan senyawa pembanding baik terhadap waktu atau suhu saat kedua spesimen dikenai kondisi suhu yang sama dalam sebuah lingkungan yang dipanaskan atau didinginkan pada laju terkendali. Alat uji DTA dapat dilihat pada Gambar 2.9 berikut : terhadap bahan dinding tersebut. Sampai pada suhu berapa panas berpengaruh pada bahan komposit. Sifat termal dilakukan karena sifat ini penting untuk menentukan sifat mekanis bahan polimer. Metoda yang dapat digunakan dalam pengujian termal adalah Differential Universitas Sumatera Utara Gambar 2.9 Alat Uji Analisis Thermal

2.7 XRD X-Ray Diffraction