4.3 Analisa Termal Sampel Poliester, Serbuk CaCO
3
dan Serat Kulit Waru
Analisa termal dilakukan untuk mengetahui intensitas tahanan termal papan komposit dengan cara mengukur perbedaan temperatur diantara spesimen
dan bahan pembanding seperti alumina yang stabil terhadap perubahan panas. Dengan mengubah temperatur suatu bahan uji, maka berbagai perubahan akan
dialami oleh bahan tersebut. Selain itu pengujian termal ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan besarnya temperatur kritis suatu spesimen.
Teknik analisa termal digunakan untuk mendeteksi perubahan fisika penguapan atau kimia dekomposisi suatu bahan yang ditunjukkan dengan
penyerapan panas endotermik dan pengeluaran panas eksotermik. Secara umum proses termal meliputi antara lain proses perubahan fase transisi gelas,
pelunakan, pelelehan, oksidasi, dan dekomposisi Riefvan, 2010. Menurut Surdia.T. dan Saito.S, 1984 bahwa bahan poliester tanpa pengisi
memiliki ketahan panas polimer dalam waktu yang lama pada suhu 120 C dan
poliester diisi dengan anorganik memiliki ketahan panas polimer pada suhu 160
Produk komposit yang dihasilkan selanjutnya dibandingkan terhadap ketahanan panas. Sebagai pembandingnya adalah suhu yang dinyatakan menurut
Surdia.T. dan Saito.S, 1984, dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut : C.
Tabel 4.9. Perbandingan Produk Hasil dengan Produk Pengujian yang disarankan
No Produk Komposit
Ketahan Panas C
1 Produk Hasil
66 C
2 Produk hasil pengujian yang disarankan teoritis
• polyester tanpa pengisi • polyester diisi dengan anorganik
120 160
C C
Note : Hasil produk yang disarankan Surdia.T. dan Saito.S, 1984
Universitas Sumatera Utara
Hasil kurva uji DTA ini berupa grafik endoterm penurunan temperatur dan grafik eksoterm kenaikan temperatur pada Gambar 4.15 :
Gambar 4.15 Grafik Pengujian DTA Poliester Murni 100
Dari pengujian termogram untuk poliester murni 100 terjadi perubahan suhu pada temperatur 340
C endoterm dan terjadi pengkristalisasi pada suhu 390
C endoterm, sehingga meleleh pada suhu 450
C eksoterm dan teroksidasi pada suhu 500 C eksoterm, hingga
akhirnya poliester murni terdekomposisi keseluruhannya. Eksoterm
Endoterm
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.16 Grafik Pengujian DTA Serat kulit waru
Gambar 4.16 DTA memperlihatkan adanya puncak pada temperatur 50
C, 245 C, dan 295
C. Puncak-puncak ini diidentifikasi sebagai perubahan temperatur serat kulit waru mulai dari penurunan kadar air
hingga habis terbakar menjadi abu. Pada suhu 50 C endoterm terjadi
penurunan temperatur dan terdekomposisi pada 245 C dan 295
Hasil uji termogram DTA serbuk kalsium karbonat CaCO
3
tidak menunjukkan adanya puncak penurunan temperatur endoterm maupun
puncak kenaikkan temperatur eksoterm seperti pada gambar berikut : C dengan
terjadi kenaikan temperatur eksoterm. Eksoterm
Endoterm
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.17 Grafik Pengujian DTA serbuk Kalsium Karbonat CaCO
3
Dari Gambar 4.18 DTA memperlihatkan adanya puncak pada temperatur 372
C bersifat endoterm dan puncak pada temperatur 450 C bersifat eksoterm .
Gambar 4.18 Grafik Pengujian DTA Papan Komposit pada Komposisi 75: 15:10
Pada papan komposit dengan komposisi 75:10:15, hasil DTA memperlihatkan terjadinya penurunan pada suhu 370
C bersifat endoterm Eksoterm
Endoterm
Universitas Sumatera Utara
dan bersifat eksoterm pada suhu 450 C seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 4.19 berikut :
Gambar 4.19 Grafik Pengujian DTA Papan Komposit pada Komposi 75:10:15 Sedangkan pada komposisi 75:0:25, hasil DTA menunjukkan adanya
puncak pada temperatur 390 C bersifat endoterm dan puncak pada temperatur
420 C bersifat eksoterm seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.20 berikut :
Gambar 4.20 Grafik Pengujian DTA Papan Komposit pada Komposisi 75:0:25
Eksoterm
Endoterm
Eksoterm
Endoterm
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil analisa DTA pada masing-masing komposit dengan komposisi tersebut terjadi pergeseran puncak endoterm terjadi kenaikkan suhu sedangkan
puncak eksoterm terjadi penurunan suhu pada bahan komposit. Hal ini terjadi karena serbuk kalsium karbonat cenderung lebih menyerap panas daripada serat
kulit waru, maka bahan komposit yang dihasilkan lebih tahan terhadap panas, sehingga lebih lama terbakarnya dan lebih tahan terhadap perubahan
temperaturnya.
4.4 Analisa Uji Ketahanan Nyala Api