Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi yang Mengandungi Kombinasi Hormonal (Pil) dengan Kejadian Vaginal Dischage Patologis pada Dosen Wanita Usia Subur Universitas Sumatera Utara Tahun 2011

(1)

DENGAN KEJADIAN

VAGINAL DISCHARGE

PATOLOGIS

PADA DOSEN WANITA USIA SUBUR

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU)

TAHUN 2011

Oleh:

NOR ZAHIRAH BINTI ISAHAK 080100347

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

DENGAN KEJADIAN

VAGINAL DISCHARGE

PATOLOGIS

PADA DOSEN WANITA USIA SUBUR

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU)

TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

NOR ZAHIRAH BINTI ISAHAK 080100347

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

Hasil Penelitian dengan Judul:

Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi yang Mengandungi Kombinasi Hormonal (Pil) dengan Kejadian Vaginal Discharge Patologis

Pada Dosen Wanita Usia Subur Universitas Sumatera Utara (USU) Tahun 2011

Yang dipersiapkan oleh:

NOR ZAHIRAH BINTI ISAHAK 080100347

Hasil penelitian ini telah diperiksa dan disetujui.

Kepala Batas, 11 December 2011 Disetujui, Dosen Pembimbing


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi yang Mengandungi Kombinasi

Hormonal (Pil) dengan Kejadian Vaginal Dischage Patologis pada Dosen Wanita Usia Subur Universitas Sumatera Utara Tahun 2011

NAMA : NOR ZAHIRAH BINTI ISAHAK

NIM : 080100347

Pembimbing

(dr Ichwanul Adenin, Sp. OG (K)) NIP : 140185190

Penguji I

(dr. Yahwardiah Siregar, PhD) NIP : 195508071985032001

Penguji II

(dr. Juliandi Harahap, MA) NIP : 197007021998021001

Mengetahui: Universitas Sumatera Utara Fakultas

Kedokteran Dekan


(5)

Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD, KGEH NIP: 19540220 198011 1 001

ABSTRAK

Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk

yang sangat banyak setelah Cina, India dan Amerika. Para pakar kependudukan memperkirakan Indonesia akan mengalami ledakan jumlah penduduk pada masa yang mendatang. Dengan kesadaran ini, maka, suatu program telah dijalankan pemerintah Indonesia untuk menahan ledakan penduduk, yaitu melalui program yang dikenal dengan Keluarga Berencana (KB). Maka telah diperkenalkan beberapa alat kontrasepsi seperti alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), pil, suntikan, implan, dan lain-lain. Terdapat beberapa kesan samping dari penggunaan alat kontrasepsi tersebut, antaranya adalah kejadian vaginal discharge patologis.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara

penggunaan alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) dengan kejadian vaginal discharge patologis pada dosen wanita Universitas Sumatera Utara (USU).

Metodologi penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian analitik, di mana

pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study

yang dilakukan ke atas 70 orang dosen wanita usia subur USU yang dipilih dengan menggunakan teknik quota sampling. Alat yang digunakan untuk mengukur data adalah dengan mengedarkan kuesioner tentang jenis alat kontrasepsi yang digunakan, gejala dan karakteristik keputihan yang dialami responden. Setelah itu, data kemudiannya dianalisis dan diuji dengan menggunakan program SPSS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menggunakan alat kontrasepsi

yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) sebanyak 65.7% (n=46), manakala yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal tunggal sebanyak 34.3% (n=24). Hasil kejadian vaginal discharge patologis pula sebanyak 37.1% (n=26), manakala kejadian vaginal discharge fisiologis sebanyak 62.9% (n=44). Tidak terdapat hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) dengan kejadian vaginal discharge patologis (p- Value= 0.634). Ini karena nilai p lebih besar daripada nilai alpha (p- Value > 0.05).

Kesimpulan tidak ada hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi yang

mengandungi kombinasi homonal dengan kejadian vaginal discharge patologis.


(6)

ABSTRACT

Background Indonesia is one of the developing countries with the highest total

population after China, India and United State. It is estimated that Indonesia will have sharp increase number of population in the future. For that matter, the government had introduced a program to stop the crisis. The program is called Family Planning. There are a few methods that can be used to stop pregnancy such as intrauterine device (IUD), pill contraceptive, implant, inject, and many others. There is several side effect of contraceptive used such as pathologic vaginal discharge.

Objective The objective of this research is conducted in order to investigate the effect

of vaginal discharge on combination Hormonal (pil) contraceptive among women lectures University of Sumatera Utara (USU).

Method Analytic method with the cross sectional study has been done at University

of Sumatera Utara (USU) to 70 women lecturer as the respondents. Data collected based on quota technique. Content of the questionnaires are including types of contraceptive, symptoms and characteristic of vaginal discharge. Result are then been analyzed using SPSS.

Result 65.7% (n=46) have been using combination hormonal (pil) contraceptive. 34.3% (n=24) have been using single homonal contraceptive. 37.1% (n=26) had the symptoms of pathologic vaginal discharge. 62.9% (n=44) had physiologic vaginal discharge. There is no relation between combination hormonal (pil) contraceptive and the pathologic vaginal discharge (p- Value= 0.634). The p- Value is bigger than alpha value (p>0.05).

Conclusion In conclusion, there is no relation between combination hormonal (pil)

contraceptive and the pathologic vaginal discharge.


(7)

Assalamualaikum.

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, dan hidayahNya, dan di atas izin-Nya saya telah dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Hubungan Pengunaan Alat Kontrasepsi yang Mengandungi Kombinasi Hormonal (Pil) dengan Kejadian Vaginal Discharge Patologis pada Dosen Wanita Usia Subur Universitas Sumatera Utara (USU)

Tahun 2011” dengan baik dan tidak ada hambatan suatu apapun.

Terima kasih atas bimbingan dosen pembimbing saya, dr Ichwanul Adenin Sp OGK dan dosen-dosen Community Research Program di atas bimbingan dan tunjuk ajar mereka. Tidak dilupakan kepada teman-teman dan kedua ibu bapa saya yang telah memberikan sokongan dan dukungan.

Kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat secara langsung dan tidak langsung dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, saya sampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya. Semoga bantuan yang telah kalian berikan akan mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Kuasa.Amin.

Akhir kata, saya berharap penelitian ini memberi manfaat kepada semua pihak.

Kepala Batas, 10 December 2011 Penulis,


(8)

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

ABSTRAK... iii

ABSTRACT... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 3

1.4 Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1 Definisi Keluarga Berencana... 5

2.2 Definisi Kontrasepsi... 5

2.3 Siklus Haid Normal... 5

2.4 Kontrasepsi Oral... 6

2.4.1 Cara Minum Pil... 7

2.4.2 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Oral... 9

2.4.3 Kriteria Penggunaan Kontrasepsi Oral... 10

2.5 Pil Kombinasi... 10

2.5.1 Kemasan Pil Kombinasi... 11

2.5.2 Klasifikasi Pil Kombinasi... 11

2.6 Pil Mini... 12

2.7 Anatomi dan Histologi Vagina... 12

2.8 Vaginal Discharge... 13

2.8.1 Kriteria Vaginal Discharge Abnormal... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 17

3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 17

3.2 Variabel dan Definisi Operasional... 18


(9)

4.4 Estimasi Besar Sampel... 22

4.5 Cara Pemilihan Sampel... 23

4.6 Teknik Pengumpulan Data... 24

4.6.1 Data Primer... 24

4.6.2 Data Sekunder... 24

4.6.3 Uji Validitas dan Reabilitas... 24

4.7 Ethical Clearence... 24

4.8 Pengolahan dan Analisa Data... 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 26

5.1 Hasil Penelitian... 26

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 26

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel... 27

5.1.3 Jenis Alat Kontrasepsi yang Digunakan Responden... 28

5.1.4 Pembahagian Alat Kontrasepsi yang Digunakan Responden... 28

5.1.5 Jenis Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden... 29

5.1.6 Jumlah Vaginal Discharge Pada Responden... 30

5.1.7 Konsistensi Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden... 30

5.1.8 Warna Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden... 31

5.1.9 Bau Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden... 32

5.1.10 Gejala Gatal yang Terjadi Pada Responden... 32

5.1.11 Jenis Infeksi yang Mungkin di Alami Responden... 33

5.1.12 Tabulasi silang (Crosstab) antara Alat KB dengan Infeksi... 34

5.1.13 Hubungan antara Pil Kontrasepsi dan Kejadian Vaginal Discharge Patologis... 35

5.2 Pembahasan... 36

5.2.1 Jenis Alat Kontrasepsi... 36

5.2.2 Jenis Vaginal Discharge... 37

5.2.3 Karakteristik Vaginal Discharge... 37

5.2.4 Hubungan Penggunaan Pil Kontrasepsi dengan Kejadiaan Vaginal Discharge Patologis... 38

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 40

6.1 Kesimpulan... 40


(10)

5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Fakultas 27 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Alat Kontrasepsi yang

Digunakan Lebih dari Tiga Bulan 28 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pembahagian Alat

Kontrasepsi 29

5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Vaginal Discharge 29 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Vaginal Discharge 30 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsistensi Vaginal

Discharge 31

5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Warna Vaginal Discharge 31 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Bau Vaginal Discharge 32 5.9 Distribusi Berdasarkan Gejala Gatal 33 5.10 Distribusi Jenis Infeksi pada Responden 33 5.11 Tabulasi Silang (Crosstab) antara Alat KB dengan Infeksi 34 5.12 Tabulasi Silang (Crosstab) antara Alat KB dengan Vaginal

Discharge 35

5.13 Tabel Uji Chi-Square antara Alat KB dengan Gejala Vaginal


(11)

(12)

Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD, KGEH NIP: 19540220 198011 1 001

ABSTRAK

Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk

yang sangat banyak setelah Cina, India dan Amerika. Para pakar kependudukan memperkirakan Indonesia akan mengalami ledakan jumlah penduduk pada masa yang mendatang. Dengan kesadaran ini, maka, suatu program telah dijalankan pemerintah Indonesia untuk menahan ledakan penduduk, yaitu melalui program yang dikenal dengan Keluarga Berencana (KB). Maka telah diperkenalkan beberapa alat kontrasepsi seperti alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), pil, suntikan, implan, dan lain-lain. Terdapat beberapa kesan samping dari penggunaan alat kontrasepsi tersebut, antaranya adalah kejadian vaginal discharge patologis.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara

penggunaan alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) dengan kejadian vaginal discharge patologis pada dosen wanita Universitas Sumatera Utara (USU).

Metodologi penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian analitik, di mana

pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study

yang dilakukan ke atas 70 orang dosen wanita usia subur USU yang dipilih dengan menggunakan teknik quota sampling. Alat yang digunakan untuk mengukur data adalah dengan mengedarkan kuesioner tentang jenis alat kontrasepsi yang digunakan, gejala dan karakteristik keputihan yang dialami responden. Setelah itu, data kemudiannya dianalisis dan diuji dengan menggunakan program SPSS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menggunakan alat kontrasepsi

yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) sebanyak 65.7% (n=46), manakala yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal tunggal sebanyak 34.3% (n=24). Hasil kejadian vaginal discharge patologis pula sebanyak 37.1% (n=26), manakala kejadian vaginal discharge fisiologis sebanyak 62.9% (n=44). Tidak terdapat hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) dengan kejadian vaginal discharge patologis (p- Value= 0.634). Ini karena nilai p lebih besar daripada nilai alpha (p- Value > 0.05).

Kesimpulan tidak ada hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi yang

mengandungi kombinasi homonal dengan kejadian vaginal discharge patologis.


(13)

ABSTRACT

Background Indonesia is one of the developing countries with the highest total

population after China, India and United State. It is estimated that Indonesia will have sharp increase number of population in the future. For that matter, the government had introduced a program to stop the crisis. The program is called Family Planning. There are a few methods that can be used to stop pregnancy such as intrauterine device (IUD), pill contraceptive, implant, inject, and many others. There is several side effect of contraceptive used such as pathologic vaginal discharge.

Objective The objective of this research is conducted in order to investigate the effect

of vaginal discharge on combination Hormonal (pil) contraceptive among women lectures University of Sumatera Utara (USU).

Method Analytic method with the cross sectional study has been done at University

of Sumatera Utara (USU) to 70 women lecturer as the respondents. Data collected based on quota technique. Content of the questionnaires are including types of contraceptive, symptoms and characteristic of vaginal discharge. Result are then been analyzed using SPSS.

Result 65.7% (n=46) have been using combination hormonal (pil) contraceptive. 34.3% (n=24) have been using single homonal contraceptive. 37.1% (n=26) had the symptoms of pathologic vaginal discharge. 62.9% (n=44) had physiologic vaginal discharge. There is no relation between combination hormonal (pil) contraceptive and the pathologic vaginal discharge (p- Value= 0.634). The p- Value is bigger than alpha value (p>0.05).

Conclusion In conclusion, there is no relation between combination hormonal (pil)

contraceptive and the pathologic vaginal discharge.


(14)

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang sangat banyak setelah Cina, India dan Amerika. Data dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Kontrasepsi Nasional (BKKBN) tahun 2007 menyatakan bahwa penduduk Indonesia sekitar 224,9 juta jiwa. Jumlah ini menunjukan Indonesia memiliki penduduk yang terbanyak keempat di dunia, tetapi dari segi kualitas masih rendah. Para pakar kependudukan memperkirakan Indonesia akan mengalami ledakan jumlah penduduk (baby booming) yang dari 220 juta jiwa pada tahun 2009 menjadi 247,5 juta jiwa pada tahun 2015 dan 273 juta jiwa pada tahun 2025.

Dengan kesadaran ini, maka, suatu program telah dijalankan pemerintah Indonesia untuk menahan ledakan penduduk, yaitu melalui program yang dikenal dengan Keluarga Berencana (KB). Program ini cukup efektif dalam menurunkan laju pertumbuhan penduduk. “Bila semua keluarga ikut ber-KB, akan terbentuk keluarga kecil bahagia dan sejahtera, sehingga kehidupan masyarakat menjadi lebih baik”, kata Kabid Program Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Tengah, Titi Murwani.

Prevalensi KB menurut alat KB dari peserta KB aktif di Indonesia adalah 66,20%. Alat KB yang dominan adalah suntikan (34%) dan pil KB (17%). (Iswarati, 2005) Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Medan tahun 2008 jumlah peserta KB aktif (63,58%) dan jumlah peserta KB aktif dengan menggunakan pil KB (21,27%) yang berada diurutan kedua setelah penggunaan alat kontrasepsi suntik (23,36%).


(15)

Kebanyakan wanita akan mengalami vaginal discharge dan tidak semua keputihan yang terjadi adalah normal. Jumlah vaginal discharge yang keluar berbeda-beda pada setiap wanita. Ada wanita yang mengalami vaginal discharge

yang sangat sedikit dan jarang terjadi, namun ada juga wanita yang mengalami

keputihan setiap hari. Keputihan yang normal akan selalu berubah di sepanjang hidup seorang wanita (Anonim, 2010).

Perubahan pada keseimbangan bakteri normal di vagina bisa menyebabkan perubahan pada bau, warna, bentuk dari keputihan yang keluar. Terdapat beberapa masalah yang menyebabkan ketidakseimbangan tersebut, antaranya adalah pemakaian antibiotik, infeksi yang ditularkan melalui hubungan kelamin, pemakaian pil kontrasepsi, menderita penyakit diabetes melitus, infeksi jamur dan lain-lain (Anonim, 2010).

Di Indonesia kejadian keputihan semakin meningkat. Berdasarkan hasil penelitian menyebutkan bahwa tahun 2002, 50% wanita Indonesia pernah mengalami keputihan, kemudian pada tahun 2003, 60% wanita pernah mengalami keputihan, sedangkan tahun 2004 hampir 70% wanita Indomesia pernah mengalami keputihan setidaknya sekali dalam seumur hidup (Kumalasari T., 2005).

Menurut AJ. Singh (2007) tentang hasil penelitian berkaitan dengan kriteria sekret vagina, 94.8% sekret berair/cair, 28% sekret yang bewarna kuning, 64% tidak terdapat keluhan nyeri pada alat kelamin, 47% sekret yang berbau, 45% sekret yang tidak berbau, dan 77% sekret vagina yang mengganggu aktivitas harian wanita. Kebanyakan wanita tersebut mengalami gatal apabila warna sekret berubah menjadi kekuningan.


(16)

Menurut Hanafiah TM (2000) di PKBRS RSUD Dr. Pirngadi Medan ditemukan keputihan akibat infeksi kandida 13,75% pada pengguna alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), 18,5% pada pengguna pil, dan 14,0% pada pengguna KB suntik. Menurut Mahadi IDR (1982) di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Pirngadi Medan ditemukan dari 100 orang penderita keputihan terdapat 13% pengguna alat kontrasepsi, 5% pengguna pil, dan 8% pengguna AKDR. Menurut Barus IG (1997) di PKBRS RSUD Dr. Pirngadi Medan ditemukan keputihan akibat infeksi kandida, 17% pada pengguna AKDR, 11% pada pengguna pil, dan 0% pada pengguna KB suntik (Darmani E. H, 2003).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka diperlukan suatu penelitian untuk menjawab permasalahan yang terjadi yaitu apakah ada hubungan penggunaan alat kontrasepsi kombinasi hormonal (pil) dengan kejadian vaginal discharge

patologis?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi kombinasi hormonal (pil) dengan kejadian vaginal

discharge patologis pada dosen wanita Universitas Sumatera Utara (USU).

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui jumlah dosen wanita yang menggunakan alat kontrasepsi kombinasi hormonal (pil).

2. Mengetahui jumlah dosen wanita yang mengalami vaginal discharge

patologis akibat penggunaan kontrasepsi kombinasi hormonal tersebut. 3. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi


(17)

4. Mengetahui karakteristik discharge yang terjadi akibat penggunaan alat kontrasepsi kombinasi hormonal (pil).

5. Mengetahui jenis vaginal discharge pada pemakai alat kontrasepsi kombinasi hormonal (pil).

1.4. Manfaat Penelitian

1. Mengetahui persentase kejadian vaginal discharge pada pemakai alat kontrasepsi kombinasi hormonal (pil).

2. Peneliti dapat menerapkan pengetahuan tentang community reseach

program sehingga dapat menambah kemampuan peneliti untuk melakukan

penelitian.

3. Menjadi sumber pustaka bagi peneliti lain yang ingin meneliti hal yang sama.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Keluarga berencana

Menurut WHO (Expert Comitte, 1970), tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu seperti menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapat kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga serta, mengontrol waktu saat kelahiran dan hubungannya dengan umur suami istri.

2.2. Definisi kontrasepsi

Kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya ini dapat bersifat sementara dan dapat pula bersifat permanen (Prawirohardjo, Sarwono, 2002). Selain daripada itu kontrasepsi adalah cara untuk menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma tersebut (BKKN, 2004).

2.3. Siklus haid normal

Berikut ini adalah siklus haid normal menurut (Sherwood, 2002), yaitu:

Dalam siklus haid normal terdapat 28 hari untuk mempersiapkan dan melepaskan ovum pada pertengahan siklus, mempersiapkan lingkungan uterus dan bila tidak terjadi konsepsi, maka terjadi perluruhan dinding endometrium yang akan menyebabkan terjadinya pendarahan haid.

Hormon yang mengatur siklus haid adalah estrogen dan progesteron. Kadar kedua hormon ini ditentukan oleh Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH) yang berasal dari hipotalamus. Hormon ini akan mengirim isyarat-isyarat ke kelenjar pituitari. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan dan mengeluarkan Follicle


(19)

FSH akan merangsang pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer. Folikel dan oosit primer akan berproliferasi sampai hari ke 14 dan folikel menjadi matang yang disebut folikel de Graaf. Folikel de Graaf yang matang akan melepaskan hormon estrogen. Hormon ini berfungsi untuk proliferasi dinding endometrium. Estrogen yang tinggi juga akan mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifat basa yang berguna untuk menetralkan sifat asam pada serviks agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma. Selain itu, estrogen yang tinggi akan bereaksi umpan balik negatif ke kelenjar pituitari untuk menurunkan konsentrasi FSH dan kelenjar pituitari akan melepaskan LH.

LH merangsang perlepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf, pada saat inilah yang disebut ovulasi. Selanjutnya, folikel de Graaf akan menjadi korpus luteum dimana korpus luteum ini akan memproduksi estrogen dan progesteron. Progesteron ini akan mendukung kerja dari estrogen dengan menebalkan dinding endometrium dan meningkatkan pembuluh darah pada dinding endometrium.

Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar air susu pada payudara. Progesteron dan estrogen ini berfungsi untuk mempersiapkan penanaman (implantasi) zigot pada uterus apabila telah terjadi pembuahan.

2.4. Kontrasepsi Oral

Kontrasepsi oral dibuat dari hormon sintetik. Kontrasepsi ini tersedia dalam bentuk pil atau tablet. Ada yang mengandung hormon progesteron (pil mini) saja. Ada juga yang mengandung kombinasi antara progesteron dan estrogen. Jika pil hormonal ini digunakan dengan bagus, efektifitasnya 97% hingga 99%


(20)

2.4.1. Cara minum pil a) Sebelum hamil

Wanita yang belum pernah hamil dapat mengonsumsi pil kontrasepsi pada waktu yang dikehendaki untuk pertama kali. Jika wanita tersebut mengonsumsi pil kombinasi pertama pada tujuh hari pertama menstruasi atau mengonsumsi pil mini pertama pada lima hari pertama menstruasi, ia tidak memerlukan kontrasepsi tambahan karena risiko untuk hamil tidak ada. Jika wanita tersebut mengonsumsi pil kombinasi setelah tujuh hari menstruasi atau mengonsumsi pil mini setelah lima hari menstruasi, ia harus menggunakan alat kontrasepsi tambahan (kondom) untuk satu bulan (Network, 2000).

b) Postpartum

Jika wanita menyusui bayinya, ia dapat menggunakan pil kombinasi setelah enam bulan postpartum atau setelah berhenti menyusui. Karena pil kombinasi mengandung hormon estrogen yang dapat menurunkan produksi ASI. Wanita yang menyusui lebih aman menggunakan pil mini. Pil mini ini dapat diminum enam minggu setelah melahirkan karena pil ini tidak mengandung hormon estrogen (Network, 2000).

Bagi wanita yang tidak menyusui, dapat menggunakan pil kombinasi tiga minggu setelah melahirkan atau pil mini diminum segera setelah melahirkan. Bagi wanita yang melakukan aborsi dapat meminum kontrasepsi oral segera setelah aborsi. Kontrasepsi tambahan tidak diperlukan bagi wanita yang menggunakan pil kombinasi dalam tujuh hari pertama setelah aborsi, atau pil mini diminum dalam lima hari setelah aborsi (Network, 2000).

c) Pil yang terlupa diminum

Berdasarkan (Network, 2000):

Pil kontrasepsi harus diminum setiap hari walaupun wanita tersebut tidak melakukan aktivitas seksual. Pengguna pil ini perlu menyediakan kontrasepsi tambahan sebagai back-up seperti kondom apabila pil terlupa diminum.


(21)

Jika lupa meminum satu pil, wanita pengguna kontrasepsi oral ini tidak akan langsung hamil. Wanita tersebut harus segera konsumsi pil tersebut saat teringat. Kemudian, minum pil seterusnya secara regular, meskipun pada satu hari tersebut meminum dua pil. Kontrasepsi tambahan tidak diperlukan apabila lupa meminum satu pil.

Jika lupa meminum dua atau lebih pil kombinasi, ia perlu mengambil pil seperti diatas setiap hari dalam masa tujuh hari. Dalam keadaan ini, ia tidak diharuskan untuk melakukan aktivitas seksual atau ia harus menggunakan kontrasepsi tambahan.

Jika pil tersebut kurang dari tujuh pil yang tersisa, ia harus menghabiskan pil yang ada dan langsung memulakan kemasan yang baru. Dalam keadaan ini wanita tersebut tidak akan mengalami menstruasi pada masa yang regular.

Jika lupa meminum pil mini satu atau lebih pil, ia harus mengambil pil yang terlupa diminum tadi sesegera mungkin apabila teringat. Kemudian mengambil pil seterusnya secara regular. Walaupun ia terpaksa mengambil dua pil dalam satu hari. Ia perlu menggunakan kontrasepsi tambahan atau tidak melakukan aktivitas seksual dalam 48 jam.

Pada wanita yang sering terlupa unutk meminum pilnya perlu merujuk ke dokter untuk mendapatkan nasihat atau menukar metode kontrasepsi yang lain.

d) Penukaran atau menghentikan pil

Berdasarkan Network (2000):

Wanita yang menggunakan pil kontrasepsi dapat menghentikan pengambilan atau menukar ke cara yang lain pada bila-bila masa tanpa perlu menghabiskan satu kemasan. Ia perlu menggunakan kontrasepsi tambahan sehingga metode baru ini berkesan. Kesuburan akan kembali segera selepas menghentian pil kontrasepsi. Wanita yang tidak lagi menggunakan pil kontrasepsi akan mengalami bercak atau pendarahan yang sementara.


(22)

Wanita yang tidak mahu hamil tetapi tidak juga mahu menggunakan pil kontrasepsi lagi perlu memulakan metode kontrasepsi lain terlebih dahulu sebelum menghentikan pengambilan pil. Wanita yang bertukar dari pil kombinasi ke pil mini perlu memulakan pil mininya sesegera mungkin setelah selesai pil kombinasi yang terakhir.

2.4.2. Mekanisme kerja kontrasepsi oral

Pil kontrasepsi yang mengandungi hormon membuat tubuh menyangka bahwa telah terjadi kehamilan, jadi pembuahan tidak terjadi. Pil kontrasepsi bekerja di dua tempat, di otak dan di sekeliling rahim, tuba falopi dan uterus. Kontrasepsi hormonal menghambat dua hormon kunci penyebab terjadinya pembuahan (Biran, 2010).

Pil kontrasepsi mencegah lepasnya Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari kelenjar pituitari, di mana hormon ini berfungsi untuk pematangan sel telur. Tambahan pula, pil dapat mencegah lepasnya Luteinizing Hormone (LH) juga dari kelenjar pituitari yang nanti hormon ini akan menyebabkan pembuahan di tengah masa siklus haid (MedicineNet, 2011).

Progestin pula menyebabkan mukus yang mengelilingi sel telur menjadi lebih sukar untuk ditembusi sel sperma. Ia juga bekerja untuk menhambat terjadinya ovulasi (MedicineNet, 2011).

Produksi natural dari kedua hormon tersebut dimulai ketika tingkat progesteron dan estrogen sangat rendah, tetapi berhubungan kedua zat tersebut ada dalam pil kontrasepsi, siklus produksi FSH dan LH tidak dapat dimulai (Biran, 2010).

Estrogen dalam pil kontrasepsi membuat stabilnya siklus 28 hari tanpa adanya pendarahan sebelum menstruasi. Progestin menghambat matangnya telur dalam rahim, jadi pembuahan tidak dapat terjadi. Disamping itu, lendir di leher uterus (serviks) menjadi tebal, sehinga sperma tidak bisa menembusnya (Biran, 2010).

Secara garis besarnya pil hormonal ini dapat membantu dalam menghambat ovulasi, membuat endometrium menjadi media yang tidak baik untuk implantasi,


(23)

menjadikan lendir serviks menjadi kental, menekan perkembangan telur yang tidak dibuahi dan memperlambatkan trasportasi ovum.

2.4.3. Kriteria penggunaan kontrasepsi oral

Berdasarkan (WHO, 2004):

1=Keadaan di mana tidak terdapat halangan untuk penggunaan alat kontrasepsi.

2=Keadaan di mana kebaikan penggunaan alat kontrasepsi melebihi teoritikal atau risiko yang terbukti.

3=Keadaan di mana teoritikal atau risiko yang terbukti melebihi kebaikan dari penggunaan alat kontrasepsi.

4=Keadaan di mana terbukti meningkatkan risiko kesehatan yang buruk jika menggunakan alat kontrasepsi.

2.5. Pil kombinasi

Pil kombinasi mengandungi hormon estrogen dan progestin dan diklasifikasi sebagai monophasik, biphasik dan triphasik. Hormon sintetik lebih banyak digunakan berbanding hormon natural karena memiliki potensi yang lebih besar. Terdapat dua jenis estrogen yang digunakan yaitu etinil estradiol dan mestranol. Di dalam tubuh mestranol ini akan dipecahkan menjadi etinil estradiol (Watson Pharma, 2010).

Progestin yang digunakan dalam pil kombinasi adalah dari sintetik progesteron yang dihasilkan di laboratorium. Terdapat tujuh progestin yang berbeda digunakan yang mengandungi kekuatan dan efek samping yang berbeda. Progestin yang berbeda-beda ini dibuat untuk memudahkan dokter memilih hormon yang mana satu lebih sesuai pada setiap wanita usia subur (Watson Pharma, 2010).


(24)

2.5.1. Kemasan pil kombinasi

Berdasarkan (Feminist Women’s Health Center, 2011):

a) Kemasan 28 hari

Yaitu tujuh pil yang akan digunakan selama minggu terakhir pada setiap siklus. Tidak kesemuanya pil ini mengandung hormonal. Sebagai penggantinya adalah zat besi atau zat inert (placebo). Pil-pil ini membantu pasien untuk membiasakan diri mengonsumsinya pada setiap hari. Pil ini akan diminum terus menerus tanpa pernah berhenti (21 tablet pil kombinasi dan 7 tablet placebo).

b) Kemasan 21 hari

Seluruh pil ini mengandung hormonal. Interval tujuh hari tanpa pil akan menyelesaikan 1 kemasan (mendahului permulaan kemasan baru). Pasien akan mengalami haid selama tujuh hari tersebut, tetapi harus dimulai siklus pil barunya pada hari ke 7 setelah menyelesaikan siklus sebelumnya walaupun haid datang atau tidak. Jika pasien merasa kemungkinan hamil, ia harus melakukan pemeriksaan ke dokter. Jika pasien yakin ia mengonsumsi pil dengan cara yang benar, pasien dapat mengulangi pil tersebut sesuai jadual walaupun haid tidak terjadi.

2.5.2. Klasifikasi pil kombinasi

Berdasarkan (MedicineNet, 2011):

1. Monophasik = Mengandungi konsentrasi yang sama bagi hormon estrogen dan progestin setiap hari.

2. Biphasik = Mengandungi konsentrasi yang sama bagi hormon estrogen setiap hari dalam 21 dari siklus. Pada separuh pertama siklus rasio progestin/estrogen lebih rendah supaya endometrium menebal seperti normalnya saat menstruasi. Pasa separuh kedua siklus pula rasio progestin/estrogen lebih tinggi supaya berlakunya perlepasan endometrium pada uterus.


(25)

3. Triphasik = Mengandungi konsentrasi hormon estrogen yang sama atau berubah dan konsentrasi progestin yang berbeda di sepanjang siklus kontrasepsi tersebut. Tidak terdapat bukti yang menunjukan pil kombinasi biphasik atau triphasik lebih aman atau lebih utama berbanding pil kombinasi monophasik atau sebaliknya dalam keberkesanannya untuk menghalang terjadinya kehamilan.

2.6. Pil mini

Pil ini hanya mengandungi hormon progestin. Progestin menyebabkan penebalan mukus pada servik. Ini menyebabkan kesulitan bagi sperma untuk melewati servik. Ia juga menyebabkan endometrium uterus tidak bagus untuk implantasi sel telur yang telah dibuahi. Pil ini kadang-kadang direkomendasi pada wanita yang mengalami masalah kesehatan yang tidak membolehkannya untuk mengambil hormon estrogen. Selain itu, wanita yang menyusui juga mengambil pil mini ini (WebMD, 2011).

Pil mini harus diambil pada setiap hari. Apabila terlupa untuk mengambil pil ini atau mengambilnya pada waktu yang berbeda pada setiap hari akan memberi kegagalan efektifitasnya secara signifikan. Ini karena dosis yang minimal digunakan pada pil mini ini (WebMD, 2011).

2.7. Anatomi dan histologi vagina

Vagina merupakan elastik, muskular kanal dengan lapisan yang lembut dan fleksibel yang mengandungi lubrikasi. Vagina menghubungkan uterus dengan bagian luar tubuh. Vulva dan labia dari vagina berada pada bagian luar manakala servik menonjol keluar ke arah vagina menjadikan hujung dalam vagina. Vagina merupakan tempat masuknya penis semasa senggama dan juga merupakan tempat untuk keluarnya darah semasa menstruasi serta jalan keluar bayi baru lahir. Himen (selaput


(26)

Vagina merupakan tuba yang bermuskular. Epitelium yang melapisinya merupakan stratified skuamus epitelium yang tidak berkeratin. Di bawah lapisan epitelium merupakan lapisan lamina propria yang kaya dengan serabut elastin dan tidak mempunyai kelenjar. Di bawah lapisan lamina propria merupakan lapisan otot polos yang lapisan dalamnya berbentuk sirkular dan lapisan luarnya berbentuk longitudinal. Lapisan yang terakhir merupakan lapisan adventisia. Lapisan ini membatasi kandung kemih pada bagian anterior dan rektum pada bagian posterior. Lubrikasi vagina merupakan hasil sekresi dari mukus servik dan juga sekresi dari kelenjar pada labia minora (Anonim, 2011).

2.8. Vaginal discharge

Kelenjar pada vagina dan servik mensekresikan sejumlah kecil cairan. Cairan ini akan keluar dari vagina setiap hari yang membawa keluar sel-sel yang tua atau mati yang terdapat pada vagina. Ini merupakan cara tubuh untuk memastikan kesehatan vagina supaya sentiasa bersih. Cairan ini biasanya jernih atau seperti susu dan tidak mempunyai bau (Family Doctor org, 2011).

Vagina merupakan laluan antara bagian luar tubuh dengan bagian dalam organ reproduktif wanita. Keseimbangan pH pada vagina adalah lebih asam, di mana pH ini berfungsi untuk menghalang terjadinya infeksi. PH asam ini dihasilkan oleh bakteria normal yang terdapat pada vagina (McKinley Health Center, 2008).

Vagina yang sehat menghasilkan sekret untuk membersihkan dan meregulasi dirinya sendiri. Apapun perkara yang menghalangi keseimbangan sekresi vagina bisa menyebabkan infeksi (McKinley Health Center, 2008).

Setiap hari vagina mensekresikan cairan sebanyak satu sudu teh (4ml) yang terdiri dari cairan yang putih atau jernih, tebal hingga tipis dan tidak berbau. Sekret yang keluar bisa berbeda pada masa tertentu tergantung pada masa ovulasi, menstruasi, aktivitas seksual dan kontrol kehamilan (Palo Alto Medical Foundation, 2011).


(27)

Setiap wanita pasti akan mengalami keluhan vaginal discharge dalam periode hidupnya. Vaginal discharge yang normal kelihatan jernih, putih berawan dan atau kekuningan apabila sekret tersebut kering pada pakaian. Perubahan sekret yang normal bisa berlaku karena banyak sebab antaranya adalah siklus menstruasi, tekanan emosi, status nutrisi, kehamilan menggunaan obat-obatan antaranya pil kontrasepsi dan obat pembangkit seksual (McKinley Health Center, 2008).

Terdapat perbedaan jenis vaginal discharge, antaranya adalah jika sekret tersebut bewarna putih, tebal dan tidak disertai gatal ini menunjukan siklus menstruasi yang normal. Jika bewarna putih, tebal dan disertai gatal ini menunjukan terdapat infeksi jamur. Sekret yang jernih dan kental ini menunjukan mukous yang fertile iaitu dalam fase ovulasi. Sekret yang jernih dan berair bisa berlaku pada waktu yang berbeda pada siklus menstruasi dan dapat juga akibat setelah melakukan olahraga yang berat. Sekret bewarna kuning atau hijau berindikasi infeksi, terutama sekret yang tebal atau bergumpal seperti keju atau terdapat bau yang tidak menyenangkan. Sekret yang bewarna coklat berlaku segera selepas siklus menstruasi, dan ia hanya merupakan proses pembersihan vagina. Bisa juga darah yang lama keluar bewarna coklat (Palo Alto Medical Faundation, 2011).

Jika berlaku perubahan pada warna ataupun jumlah sekret berkemungkinan merupakan suatu tanda infeksi vagina. Antara tanda-tanda infeksi vagina adalah keluarnya sekret diikuti gatal, kemerahan ataupun luka. Seterusnya sekret yang keluar banyak dan menetap. Dirasakan panas pada alat kelamin saat buang air kecil. Terdapat sekret yang bewarna putih dan kental atau seperti keju. Terdapat juga sekret yang bewarna abu-abu, putih atau kekuningan disertai bau yang tidak menyenangkan. (McKinley Health Center, 2008)

Infeksi yang menyebabkan terjadinya vaginal discharge terbanyak pada masa ini adalah infeksi dari jamur. Jamur yang termasuk dalam Candida spesies merupakan jamur yang terbanyak menyebabkan infeksi oppurtunistik pada wanita. Hanya


(28)

Jamur ini menginfeksi mulut pada anak-anak baru lahir, kulit, kuku, dan saluran pernafasan termasuk juga menginfeksi serviks dan vagina. Jamur ini bersifat dorman pada alat kelamin dalam jangka waktu yang lama dan dapat dijumpai dalam pemeriksaan rutin dengan pasien yang asimptomatik (Ian Donald, 2002).

Apabila terinfeksi jamur Candida Albican, pasien akan mengalami gejala seperti keluarnya sekret yang bewarna putih kental. Rasa gatal pada vulva juga bisa terjadi tergantung jumlah sekret yang keluar (Ian Donald, 2002).

Sejumlah kecil jamur dapat dijumpai pada vagina yang sehat. Tetapi apabila ianya terlalu banyak bisa menyebabkan infeksi jamur. Antara tanda bagi infeksi jamur adalah sekret bewarnya putih dan seperti keju, pembengkakan dan nyeri sekitar vulva, gatal dan nyeri senggama (Family Doctor org, 2011).

Dalam keadaan normal terdapat jamur (Candida Albican) pada vagina. Sebab terjadinya infeksi jamur adalah karena perubahan pH yang tidak seimbang pada vagina. Antara faktor terjadinya perubahan pH adalah pada wanita yang dalam keadaan tertekan, penggunaan oral kontrasepsi, menderita diabetes melitus, hamil dan penggunaan antibiotik jangka lama (McKinley Health Center, 2008).

2.8.1. Kriteria vaginal discharge abnormal

Berdasarkan (WebMD, 2011):

a) Berdarah dan berwarna coklat = Siklus menstruasi yang irregular, servikal atau endometrial kanker. Disertai pendarahan vaginal yang abnormal serta nyeri pada pelvis.

b) Bekabut atau bewarna kuning = Infeksi Gonorrhea. Disertai pendarahan antara siklus menstruasi dan inkontinen urinari.

c) Berwarna kekuningan atau kehijauan dengan berbau = Infeksi Trichomoniasis. Disertai nyeri dan gatal sewaktu buang air kecil.

d) Bewarna merah jambu = Pengguguran endometrium uterus setelah melahirkan (lochia).


(29)

e) Tebal, putih dan seperti keju = Infeksi jamur. Disertai pembengkakan dan nyeri disekitar vulva, gatal, dan nyeri sewaktu senggama.

f) Bewarna putih, abu-abu atau kuning dengan fishy odor = Bakterial vaginosis. Disertai gatal atau rasa terbakar, kemerahan dan pembengkakan vagina atau vulva.


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penilitian

Pada penelitian ini kerangka konsep tentang hubungan penggunaan alat kontrasepsi kombinasi hormanal dengan kejadian vaginal discharge patologis. Karakteristik yang akan dinilai dari vaginal discharge tersebut adalah ada tidaknya perubahan jumlah, warna, konsistensi, bau, dan rasa gatal yang dirasakan responden.

Variabel Independen (Bebas) Variabel Dependen (Tergantung)

Pengguna Alat Kontrasepsi Kombinasi

Hormonal (Pil)

Vaginal Discharge

Jumlah Warna Konsistensi Bau Rasa Gatal


(31)

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional, Cara Ukur, Alat Ukur, Skala Ukur dan Hasil Ukur

No Variabel Definisi Operasional

Cara Ukur Alat Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur 1. 2. Independen Pengguna alat kontrasepsi yang mengan- dungi kombinasi hormonal (pil) Dependen Vaginal dscharge Dosen wanita usia subur (15-49 tahun) yang sedang mengguna- kan alat kontra

sepsi selama lebih dari 3 bulan

Cairan atau sekret yang keluar dari vagina (alat kelamin Wawancara dan angket Wawancara dan angket Kuesioner Kuesioner 1=Pengguna alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) 2=Mengguna -kan alat kontrasepsi hormonal tunggal 1=Vaginal discharge fisiologis 2=Vaginal discharge Nomi -nal Nomi -nal


(32)

3. Karakteris-

tik Vaginal

Discharge

Diukur berdasarkan jumlah, warna, konsistensi, bau, gatal.

Wawancara dan angket

Kuesioner Jumlah: 1=Normal 2=Banyak

Warna: 1=Jernih 2=Putih keabu-abuan 3=Kuning

Konsistensi: 1=Normal 2=Tipis 3=Tebal

Bau: 1=Tidak berbau 2=Berbau

Gatal: 1=Tidak gatal 2=Gatal

Nomi -nal


(33)

KARAKTERISTIK FISIOLOGIS PATOLOGIS

Warna • Jernih • Putih abu-abu

• Kuning

• Hijau Konsistensi • Sedikit • Tebal

• Tipis

• Banyak Bau Tidak berbau Berbau

Gatal Tidak gatal Gatal

KARAKTERISTIK INFEKSI JAMUR INFEKSI BAKTERI Warna Putih bergumpal seperti

keju

• Putih/Abu-Abu

• Kuning/ Hijau Konsistensi Banyak dan Tebal Banyak dan tipis Bau Tidak berbau Fishy odour/hamis

Gatal Sangat gatal Gatal yang minimum/tidak gatal

Gejala vaginal discharge fisiologis atau patologis ditentukan jika ditemukan salah satu daripada karakteristik tersebut. Begitu juga dengan infeksi jamur atau infeksi bakteri.

3.3. Hipotesa

HA : Ada hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) dengan keluhan vaginal discharge patologis.

HO : Tidak ada hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal dengan keluhan vaginal discharge patologis.


(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan pendekatan

cross sectional yang dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara pemakaian alat

kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal dengan kejadian vaginal discharge patologis.

4.2. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2011 sehingga Juni 2011. Penelitian telah dilaksanakan di fakultas-fakultas yang terdapat di Universitas Sumatera Utara Medan terhadap para dosen wanita pada fakultas-fakultas tersebut. Populasi ini dipilih karena dosen wanita yang bekerja pada tempat tersebut tergolong kepada wanita yang mempunyai taraf hidup dan taraf pendidikan menengah ke atas. Jadi pengetahuan dalam hal penggunaan alat kontrasepsi pada wanita-wanita tersebut akan sangat membantu kinerja mereka sehari-hari karena dengan keterbatasan waktu yang mereka miliki, tambahan anak sebagai tanggungjawab baru tentu akan semakin memberatkan. Selain itu juga mereka mampu untuk menggunakan pil kontrasepsi karena harganya mahal dan pil ini perlu diminum pada setiap hari.

4.3. Populasi dan sampel penelitian

Populasi terjangkau (accessible population, source population) pada penelitian ini adalah wanita usia subur (15-49 Tahun) bekerja sebagai dosen Universitas Sumatera Utara (USU) Medan yaitu dari Fakultas Psikologi, Fakultas ISIP, Fakultas MIPA, Fakultas Sastra, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian, Fakultas Hukum. Setelah dihitung, jumlah dosen wanita yang akan diambil sebagai populasi adalah sebanyak 260 orang. Data ini diambil dari bagian


(35)

4.4. Estimasi besar sampel

Dari jumlah populasi, maka menurut (Wahyuni A.S, 2008) rumus yang digunakan untuk perhitungan sampel adalah:

n= N. Z²1-α/2 p . (1-p) (N-1) d² + Z²1-α/2 . p . (1-p)

Keterangan :

N = Jumlah populasi

n = Besar sampel minimum

d = Kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir (0,1)

Z1-α/2 = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu (biasanya 95%=1,96)

P = Harga proporsi di populasi (0,5)

Pada penelitian ini, jumlah populasi = 260 orang dan tingkat kepercayaan yang diambil adalah 0,1. Maka minimum besar sampel yang digunakan adalah:

n= 260 . (1,96)² . 0,5 . (1-0,5) (260-1) (0,1)² + (1,96)² . 0,5 . (1-0,5)


(36)

4.5. Cara Pemilihan Sampel

Sampel pada penelitian ini diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yang digunakan adalah:

a) Dosen wanita usia subur (15-49 tahun). b) Bersedia ikut dalam penelitian.

c) Ikut serta dalam Program Keluarga Berencana.

d) Memakai alat kontrasepsi yang mengandungi hormon yaitu pil, suntikan, dan implan.

Sedangkan kriteria eksklusi adalah:

a) Dosen wanita di Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Keperawatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Farmasi.

b) Dosen wanita yang mempunyai penyakit Diabetes melitus. c) Dosen wanita yang sedang hamil.

d) Dosen wanita yang menggunakan obat-obatan seperti antibiotik dalam jangka waktu yang lama.

e) Dosen wanita yang menggunakan AKDR, kondom, diafragma sebagai alat kontrasepsi.

Subjek yang akan diikutkan menjadi sampel untuk penelitian ini adalah subjek yang mengikuti penelitian sampai selesai dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan. Hasil penelitian merupakan hasil pengukuran pada kelompok ini.

Cara pemilihan sampel untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan non randomisasi (non random sampling) yaitu secara Quota Sampling.


(37)

4.6. Teknik Pengumpulan Data 4.6.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan- pertanyaan yang telah disusun dengan tujuan penelitian, dimana kuesioner akan disebarkan kepada responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

4.6.2. Data sekunder

Data sekunder pada penelitian ini merupakan data-data dosen wanita (15-49 tahun) Universitas Sumatera Utara (USU). Data ini diperoleh dari Bagian Kepegawaian Biro Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

4.6.3. Uji Validitas dan Reabilitas

Uji coba kuesioner akan dilakukan sebelum digunakan pada subjek penilitian, untuk mengetahui validitas dan reabilitas. Uji coba yang dilakukan adalah uji coba

content validity.

4.7. Ethical Clearence

Proposal ini sedang dalam proses mendapatkan persetujuan etika dari Komite Etik Kesehatan dan Kedokteran FK USU.

4.8. Pengolahan dan Analisa Data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan:

 Pemeriksaan ulang terhadap data-data yang didapat dari kuesioner.

 Melakukan seleksi terhadap data-data yang terkumpul. Pada tahap ini kita menilai apakah sampel tersebut masuk ke dalam kriteri inklusi dan eksklusi atau tidak.


(38)

 Kemudian dilakukan pemisahan data antara dosen wanita yang memakai alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi homonal dengan dosen wanita yang memakai alat kontrasepsi yang mengandungi hormon tunggal. Kemudian dilihat apakah terdapat keluhan vaginal discharge patologis atau tidak.

 Selanjutnya dilakukan analisa data.

Analisa data dapat dilakukan dengan program komputer SPSS. Antara variabel pengguna alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal dengan keluhan vaginal discharge patologis dilakukan uji hipotesa dengan chi square. Data akan disajikan dalam bentuk tabel.


(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Proses pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2011 sehingga Juni 2011 di Universitas Sumatera Utara (USU). Seramai 70 orang dosen yang memakai alat kontrasepsi yang mengandungi hormon telah diambil sebagai responden. Setiap dosen memakan waktu kira-kira 10 menit untuk mengisi kuesioner. Teknik penelitian yang dilakukan adalah dengan cara menjawab pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner yang telah diedarkan. Berdasarkan hasil pemeriksaan, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dijalankan di Universitas Sumatera Utara (USU) yang terletak di Medan, Sumatera Utara Indonesia. Sejak awal pendiriannya pada tahun 1952, USU dipersiapkan menjadi pusat pendidikan tinggi di Kawasan Barat Indonesia. USU memiliki 14 fakultas/sekolah yaitu Kedokteran, Hukum, Pertanian, Teknik, Kedokteran Gigi, Ekonomi, Sastra, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Psikologi, Keperawatan dan Pascasarjana. Jumlah program studi yang ditawarkan sebanyak 135, terdiri dari 19 tingkat doktoral, 32 magister, 18 spesialis, 5 profesi, 46 sarjana, dan 15 diploma. Jumlah mahasiswa terdaftar saat ini lebih dari 33.000 orang, 1000 di antaranya adalah mahasiswa asing. Dalam penelitian ini hanya fakultas nonmedis sahaja yang terlibat antaranya adalah fakultas Hukum, Pertanian, Teknik, Ekonomi, Sastra, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIP), Psikologi.


(40)

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah dosen wanita usia subur yang menjadi tenaga pengajar di fakultas non medis USU. Rentang usia sampel yang terlibat adalah antara 15 hingga 49 tahun. Sampel yang terlibat dalam penelitian ini keseluruhannya berjumlah 70 orang yang terdiri daripada dosen fakultas Hukum, Pertanian, Teknik, Ekonomi, Sastra, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIP), Psikologi dan kesemuanya telah pun menyatakan persetujuan untuk menjadi sampel penelitian. Mereka juga memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian yaitu ikut serta dalam Program Keluarga Berencana dan telah memakai alat kontrasepsi lebih dari tiga bulan. Tidak menderita penyakit Diabetes melitus, tidak hamil, tidak menggunakan alat kontraseosi dalam rahim (AKDR) dan tidak menggunakan obat-obatan seperti antibiotik dalam jangka waktu yang lama. Teknik pemilihan sampling yang digunakan adalah quota sampling. Daripada 70 jumlah sample yang diambil, responden dapat didistibusikan menurut fakultas seperti tabel dibawah.

Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Fakultas

Jenis Fakultas Jumlah Persentase(%)

Hukum 9 12.9

Pertanian 8 11.4

Teknik 8 11.4

Ekonomi 9 12.9

Sastra 9 12.9

MIPA 9 12.9

ISIP 9 12.9

Psikologi 9 12.9


(41)

Daripada 70 sampel yang diambil, 9 orang (12.9%) diambil dari fakultas Hukum, Ekonomi, Sastra, MIPA, ISIP, Psikologi. Selebihnya sebanyak 8 orang (11.4%) diambil dari fakultas Pertanian dan Teknik.

5.1.3 Jenis Alat Kontrasepsi yang Digunakan Responden

Sebanyak 70 sampel yang mengikuti penelitian ini telah ditanyakan tentang jenis alat kontrasepsi yang digunakan. Tabel di bawah menunjukan distribusi jenis alat kontrasepsi yang digunakan lebih dari tiga bulan pada sampel penelitian.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Alat Kontrasepsi yang Digunakan Lebih dari Tiga Bulan

Jenis KB Jumlah Persentase(%)

Pil 46 65.7

Suntikan 17 24.3

Implan 7 10.0

Total 70 100.0

Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata pengguna alat kontrasepsi pil sebanyak 46 orang (65,7%), suntikan 17 orang (24,3%), dan implan 7 orang (10,0%). Jenis alat kontrasepsi yang banyak digunakan adalah pil 65,7% dan yang kurang digunakan adalah implan 10,0%.

5.1.4 Pembahagian Alat Kontrasepsi yang Digunakan Responden

Alat kontrasepsi yang digunakan responden dibahagi menjadi alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal dan hormonal tunggal. Tabel dibawah menunjukan distribusi pembahagian alat kontrasepsi pada sampel penelitian.


(42)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pembahagian Alat Kontrasepsi

Alat KB Jumlah Persentase(%)

Kombinasi Hormonal 46 65.7

Hormonal Tunggal 24 34.3

Total 70 100.0

Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata pengguna alat kontrasepsi kombinasi hormonal (pil) sebanyak 46 orang (65.7%). Manakala rata-rata pengguna alat kontrasepsi homonal tunggal sebanyak 24 orang (34.3%). Mayoritas responden menggunakan kombinasi hormonal (pil) sebagai alat kontrasepsi.

5.1.5 Jenis Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden

Pada kuesioner yang telah diedarkan ada pertanyaan tentang waktu terjadinya

vaginal discharge. Apakah vaginal discharge yang terjadi bersifat fisiologi atau patologi. Tabel di bawah menunjukan distribusi jenis vaginal discharge yang terjadi pada sampel penelitian.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Vaginal Discharge

Jenis Vaginal Discharge Jumlah Persentase(%)

Fisiologis 44 62.9

Patologis 26 37.1

Total 70 100.0

Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata vaginal discharge

fisiologis yang terjadi sebanyak 44 orang (62,9%). Manakala vaginal discharge

patologis sebanyak 26 orang (37,1%). Hal ini menunjukan bahwa kejadian vaginal

discharge fisiologis lebih banyak berbanding vaginal discharge patologis yang terjadi


(43)

5.1.6 Jumlah Vaginal Discharge Pada Responden

Jumlah vaginal discharge juga ada ditanyakan di dalam kuesioner yang telah diedarkan. Apakah jumlah vaginal discharge tersebut normal yaitu yang sering dialami sampel atau lebih banyak dari normal akibat penggunaan alat kontrasepsi tersebut. Tabel di bawah menunjukan distribusi jumlah vaginal discharge yang terjadi pada sampel penelitian.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Vaginal Discharge

Jumlah Vaginal Discharge Jumlah Persentase(%)

Normal 44 62.9

Banyak 26 37.1

Total 70 100.0

Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata jumlah vaginal

discharge yang normal adalah sebanyak 44 orang (62,9%). Manakala jumlah vaginal

discharge yang banyak 26 orang (37,1%). Ini bererti lebih ramai sampel penelitian mengalami jumlah vaginal discharge yang normal.

5.1.7 Konsistensi Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden

Konsistensi vaginal discharge yang terjadi dibahagi menjadi apakah vaginal discharge tersebut dalam keadaan normal, tipis atau tebal. Tabel di bawah menunjukan distribusi konsistensi vaginal discharge yang terjadi pada sampel penelitian.


(44)

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsistensi Vaginal Discharge

Konsistensi Vaginal discharge Jumlah Persentase(%)

Normal 44 62.9

Tipis 17 24.3

Tebal 9 12.9

Total 70 100.0

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata jumlah konsistensi vaginal discharge

yang normal sebanyak 44 orang (62,9%). Konsistensi vaginal discharge yang tipis 17 orang (24,3%). Konsistensi vaginal discharge yang tebal 9 orang (12,9%). Mayoritas responden mengalami va ginal discharge yang dalam konsistensi normal.

5.1.8 Warna Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden

Warna vaginal discharge yang terjadi pada responden dibahagi menjadi jernih, putih abu-abu atau kuning. Tabel di bawah menunjukan distribusi warna

vaginal discharge yang terjadi pada sampel penelitian.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Warna Vaginal Discharge

Warna Vaginal Discharge Jumlah Persentase(%)

Jernih 44 62.9

Putih abu-abu 17 24.3

Kuning 9 12.9


(45)

Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata responden mengalami warna vaginal discharge yang jernih sebanyak 44 orang (62,9%), warna putih abu- abu 17 orang (24,3%), warna kuning 9 orang (12,9%). Hal ini menunjukan lebih ramai responden mengalami vaginal discharge yang berwarna jernih berbanding warna putih abu-abu dan warna kuning.

5.1.9 Bau Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden

Bau vaginal discharge yang terjadi dibahagi menjadi berbau dan tidak berbau.

Tabel di bawah menunjukan distribusi bau vaginal discharge yang terjadi pada sampel penelitian.

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Bau Vaginal Discharge

Bau Vaginal Discharge Jumlah Persentase(%)

Tidak Berbau 61 87.1

Bau 9 12.9

Total 70 100.0

Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata responden mengalami

vaginal discharge yang berbau sebanyak 9 orang (12.9%). Manakala rata-rata responden mengalami vaginal discharge yang tidak berbau 61 orang (87.1%). Ini menunjukan kebanyakan responden mengalami va ginal discharge yang tidak berbau.

5.1.10 Gejala Gatal yang Terjadi Pada Responden

Di dalam kuesioner juga terdapat soalan tentang gejala gatal yang dialami responden. Gejala ini dibahagi menjadi gatal dan tidak gatal. Tabel di bawah menunjukan distribusi gejala gatal yang terjadi sampel penelitian.


(46)

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gejala Gatal

Gejala Gatal Jumlah Persentase(%)

Tidak Gatal 53 75.7

Gatal 17 24.3

Total 70 100.0

Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata responden mengalami gejala gatal sebanyak 17 orang (24.3%). Responden yang mengalami gejala tidak gatal 53 orang (75.7%). Mayoritas responden mengalami gejala tidak gatal berbanding gejala gatal.

5.1.11 Jenis Infeksi yang Mungkin di Alami Responden

Daripada karekteristik vaginal discharge di atas dibahagi lagi menjadi apakah

vaginal discharge tersebut normal, vaginal discharge yang akibat infeksi jamur, atau

vaginal discharge akibat infeksi bakteri. Tabel di bawah menunjukan distribusi jenis

infeksi yang terjadi pada sampel penelitian.

Tabel 5.10 Distribusi Jenis Infeksi pada Responden

Infeksi Jumlah Persentase(%)

Normal 44 62.9

Jamur 17 24.3

Bakteri 9 12.9


(47)

Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata responden yang tidak mengalami sebarang infeksi sebanyak 44 orang (62.9%), responden yang di kategorikan infeksi jamur 17 orang (24.3%), manakala infeksi bakteri 9 orang (12.9%).

5.1.12 Tabulasi silang (Crosstab) antara Alat KB dengan Infeksi

Tabulasi silang (Crosstab) guna untuk melihat bagaimana pola antara alat kontrasepsi dengan kemungkinan terjadinya infeksi. Tabel di bawah menunjukan distribusi antara variabel alat kontrasepsi dengan kejadian infeksi.

Tabel 5.11 Tabulasi Silang (Crosstab) antara Alat KB dengan Infeksi

Alat KB Normal Jamur Bakteri Total

Kombinasi Hormonal 28 10 8 46 Hormonal Tunggal 16 7 1 24

Total 44 17 9 70

Responden yang menggunakan alat kontrasepsi kombinasi hormonal (pil) dan tidak mengalami sebarang infeksi adalah sebanyak 28 orang, yang kemungkinan infeksi jamur 10 orang, manakala kemungkinan infeksi bakteri 8 orang. Responden yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal tunggal dan tidak mengalami sebarang infeksi adalah sebanyak 16 orang, yang kemungkinan infeksi jamur 7 orang, manakala kemungkinan infeksi bakteri hanya seorang.


(48)

5.1.13 Hubungan antara Alat Kontrasepsi yang Mengandungi Kombinasi Hormonal dan Kejadian Vaginal Discharge Patologis

Data yang telah dikumpulkan pada 70 sampel penelitian dianalisis melalui Crosstabulation yang dilanjutkan dengan uji hipotesa melalui uji Chi-Square.

Analisis data diawali dengan membuat suatu tabulasi silang (Crosstab) guna melihat bagaimana pola antara kedua variabel nominal tersebut. Tabel dibawah menunjukan distribusi antara variabel independen (bebas) yaitu alat KB, sama ada kombinasi hormonal atau hormonal tunggal dengan variabel dependen (tergantung) yaitu gejala vaginal discharge, sama ada fisiologis atau patologis.

Tabel 5.12 Tabulasi Silang (Crosstab) antara Alat KB dengan Gejala Vaginal Discharge

Alat KB Gejala Vaginal Discharge Total

Fisiologi Patologi

Kombinasi Hormonal 28 18 46

Hormonal tunggal 16 8 24

Total 44 26 70

Responden yang menggunakkan alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal yang mengalami vaginal discharge fisiologis sebanyak 28 orang manakala vaginal discharge patologis sebanyak 18 orang. Responden yang menggunakan alat kontrasepsi yang mengandungi hormonal tunggal yang mengalami

vaginal discharge fisiologis sebanyak 16 orang manakala vaginal discharge patologis

sebanyak 8 orang. Berdasarkan data di atas, analisa lebih lanjut adalah dengan menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan di antara kedua variabel tersebut.

Hasil uji Chi-Square pada kedua variabel dalam penelitian ini dapat dinyatakan melalui tabel di bawah.


(49)

Tabel 5.13 Tabel Uji Chi-Square antara Alat KB dengan Gejala Vaginal Discharge

Value df Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square N of Valid Cases

0.227ª 70

1 0.634

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.91.

b. Computed only for a 2x2 table.

Penelitian ini menggunakan hipotesis dua arah (two-tailed) dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05), yang berarti jika didapati nilai p < 0,05 berarti hipotesis penelitian gagal ditolak.

Setelah dianalisis, dalam penelitian ini dapat dinilai nilai p = 0.634 yaitu lebih besar daripada dari nilai alpha 0,05 (p > 0,05). Ini berarti tidak ada hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) dengan kejadian vaginal discharge patologis pada dosen wanita usia subur Universitas Sumatera Utara (USU).

5.2 Pembahasan

5.2.1 Jenis Alat Kontrasepsi

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah responden yang menggunakan alat kontrasepsi pil adalah sebanyak 46 orang (65.7%), suntikan 17 orang (24.3%), dan implan 7 orang (10.0%). Apabila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Simbolan, Desnal (2010) yang mengkaji penggunaan alat kontrasepsi pil KB pada akseptor KB pada 110 responden menunjukan penggunaan alat kontrasepsi pil sebanyak 36 orang (32.7%), suntikan 32 orang (29.1%), dan implan 20 orang (18.2%). Ini bererti alat kontrasepsi pil masih mempunyai nilai yang tertinggi. Lebih


(50)

ramai wanita usia subur menggunakan pil sebagai alat kontrasepsi berbanding alat kontrasepsi suntikan dan implan.

5.2.2 Jenis Vaginal Discharge

Jenis vaginal discharge dibedakan menjadi vaginal discharge yang fisiologis dan vaginal discharge yang patologis. Vaginal discharge fisiologis ini terjadi adalah akibat sebelum atau selepas menstruasi, atau setelah melakukan olahraga yang berat, atau ketika sedang stress. Vaginal discharge patologis pula terjadi akibat pemakaian alat kontrasepsi. Dari hasil penelitian yang telah dijalankan didapatkan bahwa jumlah responden yang mengalami vaginal discharge fisiologis sebanyak 44 orang (62.9%) sedangkan responden yang mengalami vaginal discharge patologis sebanyak 26 orang (37.1%). Bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanafiah TM (2000) telah ditemukan vaginal discharge fisiologis sebanyak 57.75% manakala

vaginal discharge patologis sebanyak 42.25%.

5.2.3 Karakteristik Vaginal Discharge

Setelah mendapat tahu jenis vaginal discharge yang dialami responden,

vaginal discharge tersebut didiskripsikan lagi menurut karakteristiknya. Antara diskripsi karakteristik vaginal discharge adalah jumlahnya. Sebanyak 44 orang (62.9%) mengalami jumlah yang normal. Manakala 26 orang (37.1%) mengalami jumlah vaginal discharge yang banyak. Kemudian berdasarkan konsistensi vaginal

discharge tersebut, sebanyak 44 orang (62.9%) mengalami konsistensi yang normal,

17 orang (24.3%) mengalami konsistensi yang tipis, dan 9 orang (12.9%) mengalami konsistensi yang tebal. Seterusnya vaginal discha rge ini dibahagi menurut warnanya. Warna jernih sebanyak 44 orang (62.9%), warna putih abu-abu 17 orang (24.3%), manakala warna kuning 9 orang (12.9%). Jika berdasarkan bau vaginal discharge

tersebut dapat dibahagikan menjadi vaginal discharge yang tidak berbau sebanyak 61 orang (87.1%) manakala vaginal discharge yang berbau sebanyak 9 orang (12.9%).


(51)

(75.5%) responden tidak mengalami rasa gatal, sedangkan 17 orang (24.3%) responden mengalami rasa gatal.

Berdasarkan hasil karakteristik yang telah dinyatakan diatas, penelitian ini dapat ditentukan berdasarkan kemungkinan jenis infeksi yang dialami responden. Infeksi yang dikaji dalam penelitian ini adalah antara infeksi jamur atau bakteri. Infeksi jamur dapat ditentukan berdasarkan karakteristik vaginal discharge seperti jumlah banyak, konsistensi tipis, warna putih abu-abu, tidak berbau dan gatal. Manakala untuk infeksi bakteri dapat ditentukan berdasarkan karakteristik vaginal discharge seperti jumlah banyak, konsistensi yang tebal, warna kekuningan, berbau dan tidak gatal (McKinley, 2008).

Jadi dapat disimpulkan sebanyak 44 orang (62.9%) responden tidak mengalami sebarang infeksi karena vaginal dischargenya bersifat fisiologis. Manakala sebanyak 17 orang (24.3%) responden mengalami infeksi jamur, dan 9 orang (12.9%) responden mengalami infeksi bakteri.

5.2.4 Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi yang Mengandungi Kombinasi Hormonal (Pil) dengan Kejadiaan Vaginal Discharge Patologis

Pada responden yang menggunakan alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) rata-rata kejadian vaginal discharge fisiologis sebanyak 28 orang manakala vaginal discharge patologis sebanyak 18 orang. Responden yang menggunakan alat kontrasepsi yang mengandungi hormonal tunggal mengalami

vaginal discharge fisiologis sebanyak 16 orang manakala vaginal discharge patologis

sebanyak 8 orang. Hasil uji Chi-Square pada kedua variabel dalam penelitian ini menunjukan nilai p > 0,05. Ini berarti tidak ada perbedaan antara alat kontrasepsi kombinasi hormonal dengan kejadian vaginal discharge patologis. Hal tersebut didapati bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa hormon estrogen yang terdapat dalam pil kontrasepsi dapat menyebabkan vagina menjadi kering. Justeru itu


(52)

rentan mendapat infeksi yang akhirnya akan menyebabkan vaginal discharge yang patologis (NetDocter Medical Team, 2011).

Hasil penelitian yang didapat tidak sesuai dengan teori mungkin karena: a. Instrumen yang dipakai untuk menilai vaginal discharge yang terjadi pada responden

tidak akurat iaitu dengan menggunakan kuesioner menanyakan berdasarkan gejala klinis sahaja. Kuesioner berdasarkan gejala klinis bukanlah suatu diagnosa pasti responden yang mengalami vaginal discharge, sebaliknya haruslah dengan menggunakan pemeriksaan mikroskopik untuk mendapat diagnosa yang lebih pasti. Oleh itu, bisa terjadi pertanyaan yang dinyatakan tidak menyeluruh untuk mengukur kejadian vaginal discharge.

b. Sample yang digunakan sedikit, sehingga tidak terdapat perbedaan kejadian vaginal

discharge pada akseptor KB.

c. Terdapat halangan-halangan ketika mengambil data daripada responden. Kemungkinan responden segan atau tidak selesa untuk menceritakan hal berkaitan dirinya. Ada juga responden yang sibuk dan menjawabnya dengan sepintas lalu. d. Pengumpulan data dan kuesioner yang bersifat subjektif sehingga kebenaran data


(53)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

a. Dari penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara penggunaan pil kontrasepsi dengan kejadian vaginal discharge patologis pada dosen wanita usia subur Universitas Sumatera Utara (USU).

b. Penggunaan alat kontrasepsi dikategorikan menjadi yang menggunakan pil seramai 46 orang (65.7%), manakala yang tidak menggunakan pil seramai 24 orang (34.3%)

c. Kejadian vaginal discharge yang fisiologis seramai 44 orang (62.9%), manakala vaginal discharge yang patologis seramai 26 orang (37.1%).

d. Daripada responden yang menggunakan pil 10 orang mengalami infeksi jamur manakala 8 orang mengalami infeksi bakteri.

e. Daripada responden yang menggunakan alat kontrasepsi bukan pil 7 orang mengalami infeksi jamur manakala seorang yang mengalami infeksi bakteri.


(54)

6.2 Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Antara saran tersebut yaitu:

a. Untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian, perlu dilakukan dengan lebih lanjut dengan menggunakan alat ukur menentukan vaginal discharge yang lebih akurat, misalnya dengan mengupayakan kuesioner lain yang memiliki angka realibilitas yang lebih tinggi atau dengan melakukan pemeriksaan langsung terhadap responden seperti pemeriksaan mikroskopik daripada vaginal discharge tersebut.

b. Selain daripada itu pemilihan sampel juga perlulah diperluaskan, seperti melakukan penelitian pada wanita usia subur di sebuah kecematan atau perdesaan. Hal ini untuk mendapatkan jumlah sampel yang lebih banyak dan meluas.

c. Untuk penelitian selanjutnya haruslah dibandingkan antara peserta akseptor KB yang menggunakan hormon dan yang tidak menggunakan hormon.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

AJ Singh, 2007. Vaginal Discharge: Its Causes and Associated Symptoms As

Perceived by Rural North Indian Women. Indian Journal of Community

Medicine, Vol 32, No1. Available from:

http://www.indmedica.com/journals.article. [Accesed 15 April 2011]

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), 2007. Memilih

Kontrasepsi.BKKBN. Available from:

http://www.bkkbn.go.id/Webs/index.php/rubrik/detail/442. [Accesed 12 April 2011]

Daniel Ronnqvist, Ulla Forsgren-Brusk, Ulrika Husmark, and Eva Grahn-Hakansson, 2007. Lactobacillus Fermentus Ess-1 with unique growth inhibition of vulvo-

vaginal candidiasis pathogen. J Med Microbiol 56:1500-1504. Available from:

http://jmm.sgmjournal.org/cgi/content/full/56/11/1500. [Accesed 12 April 2011]

Darmani E. H, 2003. Hubungan Antara Pemakaian AKDR dengan Kandidiasis

Vagina di RSUP Dr. Pirngadi Medan. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,

Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

Dinas Kesehatan Kota Medan, 2008. Profil Kesehatan Kota Medan. Tahun 2008.

Economic and Social Commission for Asia and The Pacific, 2003. Handbook of


(56)

Family Doctor . org, 2011. Vaginal Discharge: Change That May Be Signs of a

Problem: American Academy of Family Physicians. Available from:

http://www.familydoctor.org/online/famdocen/home/women/reproductive.html. [Accesed 15 April 2011]

Fatrahady L Buly, 2008. Flour Albus. Dalam Rangka Mengikuti Kepanitiaan Klinik Madya di Lab/s MF Kebidanan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram/RSU Mataram.

Feminist Women’s Health Center, 2011. The Pill-Oral Contraceptive: Feminist Women’s Health Center. Available from:

http://www.fwhc.org/birth-contol/thepill.htm. [Accesed 11 April 2011].

Ian Donald, 2002. Aetiology and Investigation of Vaginal Discharge. British Medical Journal Vol 2(4796): 1223-1226.

Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/article/PMC2022129/. [Accesed 11 April 2011]

Iswarati, SU., 2005 Pemantauan peserta Kb aktif tahun 2005. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

Available from:

http://www.Prov.bkkbn.go.id./diftor/research_detail.php?rchid=19.Dra. [Accesed 26 November 2011]

JD Sobel and W Chaim, 2001. Vaginal Microbiology of Women With Acute Recurrent

Vulvovaginal Candidiasis. Journal of Clinical Microbiology Vol 34,No 10:2497-

2499. Available from: http://jcm.asm.org/cgi/content/34/10/2497. [Accesed 12 April 2011]


(57)

Karle Gale, 2011. When Birth Control Pills Are OTC, Patient Education Is Crucial.

Medscape. Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/738404. [Accesed 29 April 2011]

Lauralee Sherwood, 2007. The Reproductive System, In: Human Physiology. 7th ed.

CA: Yolanda Cossio, 768-771.

Mc Kinley Health Center, 2008. Vaginal Discharge, University of Illinois. Available from: http://www.mckinley.illinois.edu/handouts/vaginal_discharge.html. [Accesed 22 April 2011]

Medical Online Media, 2009. The Cause of Fluor Albus(Leucorrhoea ): Medical Online Media. Available from:

http://www.medicalonlinemedia.com/2009/11/the-cause-of-fluor-albus/. [Accesed 11 April 2011]

Melissa Conrad Stoppler and Jacs W. Marks, 2011. Birth Control Pills (Ora l

Contraceptive). MedicineNet. Available from:

http://www.medicinenet.com/oral_contraceptive_birth_control_pills/article.htm. [Accesed 23 April 2011]

Network, 2000. How To Use Oral Contraceptive. In: Network Vol 16, No 4. FHI’s Quartery Health Bulletin.

Available from: http://www.fhi.org/en/rh/pubs/network/v16_4/nt1643.htm. [Accesed 11 April 2011]


(58)

Notoatmodjo S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed. Rev. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Palo Alto Medical Faundation, 2011. Female Health Vaginal Discharge: Palo Alto Medical Faundation. Available from:

http://www.pamf.org/teen/health/femalehealth/discharge.html.[Accesed 3 Mei 2011]

Prawirohardjo S, 2005. Kontrasepsi. In: Ilmu Kebidanan. Ed ke-3, Cetakan ke-7. Jakarta: Prof. Dr. Hanifa Wiknjosastro, 905.

R. Douglas Collins, 2003. Ask The Following Question. In: Algorithmic Diagnosis of

Symptoms and Sign. Lippincott Williams and Wilkins. Available from:

http://wrongdiagnosis.com/symptoms/female_sexual_symptoms.htm. [Accesed 22 April 2011]

Robert B. Taylor, 2000. History of Vaginal Discharge. In: The 10-Minute Diagnosis

Manual: Symptoms and Sign in The Time-Limited Encounter. Lippincott

Williams and Wilkins. Available from:

http://www.wrongdiagnosis.com/symptoms/female_sexual_symptoms.htm. [Accesed 29 April 2011]

Scott Kahan and Ellen G. Smith, 2004. Different Diagnosis of Vaginal Discharge. In:

In a Page: Signs and Symptoms. Lippincott Williams and Wilkins. Available

from: http://wrongdiagnosis.com/symptoms/female_sexual_symptoms.htm. [Accesed 29 April 2011]


(59)

Simbolan, Desnal, 2010. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil KB Pada Akseptor KB di Desa Pandiangan

Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi Tahun 2010. Repository USU.

Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20492

Springhouse, 2006. Identifiying Causes of Vaginal Discharge. In: Professional Guide

to Signs and Symptoms. 5th ed. Lippincott Williams and Wilkins. Available from:

http://wrongdiagnosis.com/symptoms/female_sexual_symptoms.htm. [Accesed 22 April 2011]

Springhouse, 2006. Medical Cause Vaginal Discharge. In: Handbook of Sign and

Symptoms. 3rd ed. Lippincott Williams and Wilkins. Available from:

http://wrongdiagnosis.com/symptoms/vaginal_symptoms.htm. [Accesed 29 April 2011]

Sudigdo Sastroasmoro, 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. 1st ed.

Binarupa Aksara, Jakarta.

Sylvia L. Cerel-Suhl and Bryan F. Veager, 2000. Update on Oral Contraceptive Pills.

American Acedemy of Family Physicians.

Available from: http://www.aafp.org/afp/991101ap/2073.html. [Accesed 11 April 2011]

The NetDoctor Medical Team, 2011. Is the Pill causing my vaginal discharge?. Available from: http://www.netdoctor.co.uk/ate/womenshealth/205732.html. [Accesed 27 November 2011]


(60)

University of Leeds, 2011. Vagina, Faculty of Biological Sciences, University of Leeds. Available from: http://www.histology.leeds.ac.uk/female/vagina.php. [Accesed 3 Mei 2011]

Wahyuni A. S, 2008. Metode Penarikan Sampel dan Besar Sampel. In: Statistika

Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication, 116

Watson Pharma, 2010. About Oral Contraceptive: Watson Pharma. Available from: http://www.oralcontraceptive.com/about_cvc.asp. [Accesed 11 April 2011]

WebMD, 2008. Vaginal Discharge: Normal or Not?. Web MD.

Available from: http://blogs.webmd.com/womens-health/2008/06/vaginal- discharge-normal-or-not.html. [Accesed 5 November 2011]

WebMD, 2011. Birth Control Pill. WebMD. Available from:

http://www.webmd.com/sex/birth-control/birth-control-pills. [Accesed 12 April 2011]

WebMD, 2011. Picture of Vagina. WebMD. Available from:

http://women.webmd.com/picture-of-the-vagina [Accesed 12 April 2011]

World Health Organization, 2004. Medical Eligibility for Contraceptive Use. 3rd ed

Geneva:WHO.

Available from: http://whqlibdoc.who.int/publication/2004/9241562668.pdf. [Accesed 11 April 2011]


(61)

(62)

DAFTAR PERTANYAAN

(Hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) dengan kejadian vaginal discharge patologis)

Instruksi =Kuesioner ini membantu anda untuk mengenal pasti apakah anda mengalami vaginal discharge yang abnormal akibat penggunaan pil KB. Sila isi yang berkenaan secara tepat, jujur dan lengkap. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Segala informasi yang telah anda berikan adalah rahsia.

Nama = Umur = Alamat = Pekerjaan = Fakultas =

Sila jawab pertanyaan berikut:

(Berikan tanda cek ( √ ) pada jawaban anda)

1. Apakah anda mengikuti keluarga berencana? Sudah Belum

2. Alat kontrasepsi apakah yang anda gunakan sekarang? Pil

Suntikan Implan


(63)

< 3 bulan > 3 bulan 4. Apakah anda mengalami keputihan?

Pernah Tidak pernah

5. Kapan terjadinya keputihan tersebut? Ketika memakai alat kontrasepsi Ketika sebelum atau selepas menstruasi Ketika selepas melakukan olahraga yang berat Ketika sedang capek atau stress

6. Bagaimana keadaan keputihan yang keluar? a) Banyak Seperti biasa

b) Tebal Tipis Seperti biasa

7. Apakah warna keputihan yang keluar? Jernih keputihan seperti air

Kekuningan Putih keabu-abuan

8. Apakah bau dari keputihan tersebut? bau ikan/hamis Tidak berbau


(64)

Sering Tidak pernah

10. Bagaimanakah sifat dari rasa gatal tersebut?


(1)

LAMPIRAN 5

OUTPUT SPSS

jenis fakultas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid hukum

pertanian

teknik

ekonomi

sastra

MIPA

ISIP

psikologi

Total

9 12.9 12.9 12.9

8 11.4 11.4 24.3

8 11.4 11.4 35.7

9 12.9 12.9 48.6

9 12.9 12.9 61.4

9 12.9 12.9 74.3

9 12.9 12.9 87.1

9 12.9 12.9 100.0

70 100.0 100.0

jenis kontrasepsi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid pil

suntikan

implan

Total

46 65.7 65.7 65.7

17 24.3 24.3 90.0

7 10.0 10.0 100.0


(2)

alat kontrasepsi yang digunakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid bukan pil

pil

Total

24 34.3 34.3 34.3

46 65.7 65.7 100.0

70 100.0 100.0

waktu terjadinya keputihan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid fisiologis

patologis

Total

44 62.9 62.9 62.9

26 37.1 37.1 100.0

70 100.0 100.0

jumlah keputihan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid normal

banyak

Total

44 62.9 62.9 62.9

26 37.1 37.1 100.0

70 100.0 100.0


(3)

konsistensi keputihan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid normal

tipis

tebal

Total

44 62.9 62.9 62.9

17 24.3 24.3 87.1

9 12.9 12.9 100.0

70 100.0 100.0

warna keputihan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid jernih

putih abu-abu

kuning

Total

44 62.9 62.9 62.9

17 24.3 24.3 87.1

9 12.9 12.9 100.0

70 100.0 100.0

bau keputihan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak berbau

berbau

Total

61 87.1 87.1 87.1

9 12.9 12.9 100.0


(4)

rasa gatal yang dialami

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak

gatal

Total

53 75.7 75.7 75.7

17 24.3 24.3 100.0

70 100.0 100.0

infeksi jamur atau bakteri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid normal

jamur

bakteri

Total

44 62.9 62.9 62.9

17 24.3 24.3 87.1

9 12.9 12.9 100.0

70 100.0 100.0

alat kontrasepsi yang digunakan * infeksi jamur atau bakteri Crosstabulation

infeksi jamur atau bakteri

Total normal jamur bakteri

alat kontrasepsi yang digunakan

bukan pil Count

Expected Count

16 7 1 24

15.1 5.8 3.1 24.0

pil Count

Expected Count

28 10 8 46


(5)

alat kontrasepsi yang digunakan * waktu terjadinya keputihan Crosstabulation

waktu terjadinya keputihan

Total fisiologis patologis

alat kontrasepsi yang digunakan

bukan pil Count

Expected Count

16 8 24

15.1 8.9 24.0

pil Count

Expected Count

28 18 46

28.9 17.1 46.0

Total Count

Expected Count

44 26 70

44.0 26.0 70.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2- sided)

Exact Sig. (2- sided)

Exact Sig. (1- sided)

Pearson Chi-Square .227a 1 .634

Continuity Correctionb .047 1 .829

Likelihood Ratio .229 1 .632

Fisher's Exact Test .795 .417

Linear-by-Linear Association .224 1 .636

N of Valid Cases 70

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.91.


(6)

LAMPIRAN 7

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Nor Zahirah Binti Isahak

Tempat/ Tanggal Lahir

: Seremban/ 09 November 1989

Agama

: Islam

Alamat

: Kampung Batang Benar, 71700 Mantin, Negeri

Sembilan

Riwayat Pendidikan

: 1.

Sekolah Kebangsaan Kampung Batang Benar,

Negeri Sembilan

2.

Sekolah Menengah Agama Persekutuan Kajang

(SMAPK), Selangor

3.

Allianze College of Medical Sciences (ACMS)


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi Kondom dan Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

0 47 145

Analisa Pengaruh Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS), Akseptor Dan Pendapatan Per Kapita Terhadap Tingkat Kelahiran Di Sumatera Utara

3 38 63

Faktor–Faktor yang Behubungan dengan Perilaku Penggunaan Kontrasepsi pada Wanita Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara (Data SDKI 2012)

0 4 135

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL KOMBINASI DAN NON KOMBINASI TERHADAP HASIL PEMERIKSAAAN IVA POSITIF PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MADUKORO

0 6 62

Gambaran Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang Kontrasepsi Hormonal di Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat 2016

1 4 128

Gambaran Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang Kontrasepsi Hormonal di Posyandu Melati II Kelurahan Pamulang Barat 2016

0 8 128

Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Usia Menopause

23 86 86

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI PIL KB SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPAT LEAFLET DAN Perbedaan Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi Pil KB Sebelum Dan Sesudah Mendapat Leaflet Dan Konseling Pa

0 3 17

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI PIL KB SEBELUM Perbedaan Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi Pil KB Sebelum Dan Sesudah Mendapat Leaflet Dan Konseling Pada Puskesmas di Kabupaten Boyola

0 4 15

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI PUSKESMAS SANGKRAH SURAKARTA.

0 0 1