Analisa Pendekatan Bentuk Massa Bangunan

5.1.10 Analisa Pendekatan Bentuk Massa Bangunan

1) Kriteria bentuk dasar ruang Dalam mempertahankan budaya-budaya lokal (tradisional Jawa) yang masih melekat di antara gencarnya gempuran budaya global yang makin dahsyat, munculnya perpaduan antara unsur-unsur budaya lama dan budaya baru dalam karya-karya arsitektur merupakan salah satu jawaban dari sikap masyarakat Jawa dalam mempertahankan identitas budayanya.

Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta ini mengambil pendekatan neo vernakular, sehingga pada bentuk bangunannya pun mengambil elemen dari bentuk bangunan tradisional Jawa yang dibawa ke bentuk bangunan modern. Pada bangunan ini bentuk dasar ruangnya mengambil bentuk dasar denah dari sebagian besar rumah tradisional Jawa yaitu segiempat dengan pertimbangan fleksibilitas dan efisiensi ruang.

commit to user

1. Bangunan Penerima 2. Bangunan Utama 3. Fasilitas penunjang 4. Fasilitas servis

1. Pendopo :Bangunan Penerima 2. Griya Ageng : Bangunan Utama

3 & 4. Gandhok : dapur, ruang makan, dan kamar mandi

Gambar 5.33 Perletakan Massa Bangunan

2) Analisa bentuk bangunan

a) Jenis massa bangunan

a. Karakter atraktif dan komunikatif yang perlu ditonjolkan dari bangunan ini.

b. Bentuk mengambil bentuk denah rumah tradisional Jawa yang sekaligus

juga menyesuaikan dengan site yang ada yaitu bentuk segiempat. Keterangan :

1. Bangunan penerima pada Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta mengambil fungsi pendopo pada rumah tradisional Jawa Tengah (Surakarta) yaitu tempat menerima tamu (pengunjung) yang datang sebelum masuk ke bangunan utama.

2. Bangunan utama yang terdiri dari ruang galeri, perpustakaan, dan ruang audio visual merupakan pusat kegiatan dari bangunan Galeri Pariwisata dan

commit to user

Kebudayaan Surakarta, sesuai dengan fungsi griya ageng pada rumah tradisional Surakarta yang digunakan untuk tidur serta berkumpulnya keluarga dan merupakan pusat kegiatan pemilik rumah.

3. Area penunjang yang terdiri dari area kuliner dan retail penjualan souvenir pada Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta mengambil fungsi yang sesuai dengan gandhok pada bangunan tradisional Surakarta yaitu tempat untuk makan, minum, ruang dapur serta tempat penyimpanan barang.

4. Area servis pada Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta mengambil fungsi yang sama dengan fungsi gandhok pada bangunan tradisional Jawa yang juga berfungsi untuk kamar mandi.

b) Penampilan bangunan Tampilan bangunan yang direncanakan didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut.

a. Faktor lingkungan yang ada, bentuk arsitektur setempat, citra kawasan sekitarnya.

b. Unsur estetika seperti keseimbangan, skala dan proporsi.

3) Analisa Sistem Struktur

a) Struktur utama ( super structure ) Penentuan struktur utama pada bangunan Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta adalah menggunakan sistem rangka untuk menyalurkan beban dan dindingnya menggunakan pasangan batu bata, sedangkan pada bangunan penunjang seperti area kuliner dan penjualan souvenir menggunakan batu bata merah yang diekspose.

commit to user

b) Struktur atap

a. Struktur baja Struktur ini memiliki bentang lebar sehingga tidak memerlukan banyak kolom untuk menyangga atap. Ringan dan fleksibel tetapi sensitif terhadap panas dan relatif mahal.

b. Struktur kayu Memiliki kesan estetis jika diekspose. Struktur ini kuat menahan gempa, tetapi hanya dapat menaungi bentang kecil.

Struktur atap Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta ini menggunakan struktur baja dan kayu. Struktur baja untuk bangunan utama dengan bentang yang lebar sedangkan kayu digunakan pada kanopi serta retail shop penjualan souvenir karena bentangnya yang relatif kecil dan struktur ini dapat diekspose untuk menambah kesan estetis bangunan tradisional Jawa.

c) Pondasi Struktur pondasi yang digunakan pada bangunan Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta ini adalah pondasi batu kali dan pondasi footplate yang digunakan pada bangunan dua hingga empat lantai.

Gambar 5.34 pondasi footplate Sumber : www.google.com , diakses 16 April 2012

pukul 20.26 WIB

commit to user

4) Analisa utilitas

a) Sistem jaringan air bersih Distribusi air bersih pada Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta dengan sistem up feed hal ini didasarkan pertimbangan sistem up feed mempunyai distribusi yang melimpah serta tekanan air sama pada tiap lantai.

b) Sistem jaringan air kotor

a. Distribusi air kotor dalam bangunan Air kotor yang ada pada tiap lantai dikumpulkan ke dalam suatu shaft yang terdapat dalam tiap bangunan, untuk kemudian dibawa kebawah dan keluar bangunan.

b. Distribusi air kotor diluar bangunan Air kotor yang ada di dalam bangunan (air buangan dan tinja) dikeluarkan menuju bak kontrol dan septic tank yang nantinya akan dibawa ke peresapan dan riol kota. Hal ini didasarkan pada lingkungan sekitar site terdapat jaringan yang menuju riol kota.

c) Sistem pembuangan limbah Pengolahan limbah pada bangunan direncanakan menggunakan sewerage system, yaitu pengolahan air limbah dari pengumpulan (sewer), pengolahan (treatment sampai dengan pembuangan akhir ( disposal)).

d) Sistem pembuangan air hujan Air hujan yang jatuh ke atap bangunan maupun dari halaman disalurkan melalui pipa dan disaring melalui bak kontrol, baru kemudian dibuang ke riol kota.

e) Perencanaan pembuangan sampah

commit to user

Dalam proses penentuan sistem pembuangan sampah digunakan dasar-dasar pertimbangan sebagai berikut.

a. Faktor kebersihan dan kesehatan dalam bangunan.

b. Peletakan sistem jaringan pembuangan sampah yang memudahkan pekerjaan servis.

f) Sistem air conditioning Pada bangunan ini dipilih all water system AC untuk ruang-ruang umum seperti kantor pengelola, ruang audio visual, galeri, serta fasilitas pendukungnya dan split package system AC untuk ruang–ruang khusus yang tidak mutlak membutuhkan pengkondisian udara.

g) Sistem penangkal petir Sebagai langkah pengamanan bangunan terhadap bahaya sambaran petir, maka perlu adanya perencanaan mengenai sistem penangkal petir.

Gambar 5.35 penyaluran listrik

Kabel listrik PLN Tiang listrik PLN

commit to user

Listrik dari PLN disalurkan melalui kabel listrik menuju site yaitu pada ruang panel yang berada di bangunan utama untuk didistribusikan ke seluruh bagian yang ada di site antara lain untuk keperluan pencahayaan buatan, lift, penghawaan buatan dalam ruang, dan pompa air.

h) Pendekatan sistem telekomunikasi Bangunan ini menggunakan fasilitas intercom antar ruang, selain itu juga dengan penyediaan telepon yang disediakan dalam beberapa line yang diperuntukkan baik sebagai fasilitas pengunjung ataupun pengelola. Tujuannya menyediakan sarana komunikasi yang efisien dan cepat, baik hubungan ke luar maupun antar ruang.

i) Sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran

a. Alarm Kebakaran

b. Fire Protection

1. Sprinkler Untuk ruangan dengan resiko kebakaran tinggi ditempatkan di langit-

langit ruangan, dekat dengan perletakan titik lampu. Sistem ini akan menyemprotkan air apabila terjadi panas karena kebakaran, bekerja dengan sistem pompa otomatis.

2. Hydrant Merupakan pilar-pilar yang dipasang di tempat-tempat tertentu, dilengkapi

dengan selang gulung (maksimum 25m).