Konsep Perencanaan Dan Perancangan Galeri Pariwisata Dan Kebudayaan Surakarta Dengan Pendekatan Arsitektur Neo Vernakular

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Universitas Sebelas Maret

DISUSUN OLEH : BONIFATIA PREVIANA PRASASTI

I 0208036

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

DAFTAR SKEMA Skema 5.1 Pola Hubungan Makro Antar Kelompok Kegiatan dengan Model Matriks ..................................................................................................................... 84 Skema 5.2 Pola Hubungan Ruang Makro .............................................................. 86

Skema 5.3 Diagram Bubble Pola Hubungan Ruang Makro ................................. 86 Skema 5.4 Pola Hubungan Mikro Kegiatan Pelayanan Informasi dengan Model Matriks ..................................................................................................................... 88 Skema 5.5 Diagram Bubble Pola Hubungan Ruang Pelayanan Informasi .......... 88 Skema 5.6 Pola Hubungan Mikro Kegiatan Penunjang dengan Model Matriks

.................................................................................................................................. 89 Skema 5.7 Diagram Bubble Pola Hubungan Ruang pada Fasilitas Penunjang ... 90

Skema 5.8 Pola Hubungan Mikro Kegiatan Servis dengan Model Matriks ........ 91 Skema 5.9 Diagram Bubble Pola Hubungan Ruang pada Fasilitas Servis .......... 91 Skema 5.10 Pola Hubungan Mikro Kegiatan Pengelolaan dengan Model Matriks

.................................................................................................................................. 92 Skema 5.11 Diagram Bubble Pola Hubungan Ruang pada Pengelola ................. 93

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas Akhir yang berjudul Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Neo Vernakular ini diajukan sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar- besarnya kepada:

1. Dr.Ir. Moh. Muqoffa, MT , selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ir. Marsudi, MT , selaku Pembimbing Akademis.

3. Yosafat Winarto, ST, MT, selaku koordinator Panitia Tugas Akhir

4. Dr.Titis Srimuda P., ST, M.Trop.Arch, selaku Pembimbing 1 Tugas Akhir

5. Ir. Untung Joko Cahyono, M.Arch, selaku Pembimbing 2 Tugas Akhir Penulis menyadari bahwa Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas

Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran, kritik, dan masukan yang membangun untuk penyusunan selanjutnya. Akhir kata semoga Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas Akhir ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Surakarta, Juli 2012

Penyusun

commit to user

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya kepada saya selama menyelesaikan study di UNS ini sehingga bisa saya selesaikan selama 4 tahun dengan baik dan lancar, tanpa berkat-Nya hari ini tidak akan pernah ada.

Terimakasih untuk Papa dan Mama tercinta yang telah mendukung secara total mulai dari pertama masuk kuliah hingga lulus, terimakasih untuk doa, dukungan, dan semangat yang selama ini telah diberikan, mungkin tidak akan cukup hanya dengan kata-kata ini untuk mengungkapkan begitu besar rasa terimakasih yang saya rasakan, maaf jika selama ini saya belum bisa menjadi yang terbaik seperti yang papa dan mama harapkan, tapi saya akan tetap berusaha menjadi putri tunggal kalian yang terbaik.

Terimakasih untuk seluruh keluarga besar yang telah mendukung saya dengan doa, semangat, dan bantuannya. Terimakasih Eyang, Bulik-bulik, Om- om dan semua yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang sudah mendoakan, menyemangati, membantu, dan menasehati saya, kebaikan ini tidak akan pernah saya lupakan.

Terimakasih untuk Pak Titis dan Pak Untung atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama ini, tidak akan pernah saya lupakan ajaran dan nasehat bapak yang pasti akan sangat berguna untuk masa depan saya.

Terimakasih untuk Seluruh Dosen Jurusan Arsitektur FT UNS yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas bimbingannya selama saya kuliah di UNS.

Terimakasih untuk My Hunny Alexander Vendi yang jauh disana, terimakasih ya buat doanya, semangatnya, dan kesabarannya saat aku baru banyak pikiran jadi agak gampang emosi, u’re the best for me.

Terimakasih untuk Sahabatku Wahyu Yuliasari yang selalu ada saat aku butuh bantuan, terimakasih banyak bantuannya yang dari awal TA sampai pendadaran selalu ada buat aku, bantuin aku, nungguin waktu pendadaran, dan

commit to user

nemenin aku kemana-mana, maaf sudah merepotkan tanpa bantuanmu TA ku gak selesai, besok aku bantuin gantian waktu kamu TA, semangat ya!

Terimakasih untuk Sahabat Seperjuanganku Theresia Emi dan Cici, terimakasih atas saran, bantuan, dan semangatnya selama ini, suka duka selama TA kita lalui bersama semoga bisa menjadi kenangan yang manis untuk hidup kita, sukses terus buat kalian!

Terimakasih untuk Sahabat-sahabat terbaikku Lusia, Lia, Dewi terimakasih untuk kebersamaan kita selama ini semoga tidak berakhir disini tetapi terus selamanya, terimakasih juga atas semangatnya buat aku, semangat juga buat kalian, semoga cepat menyusul, semangat ya dalam berjuang menyelesaikan kuliah.

Terimakasih untuk Mas Aryanto dkk atas bantuan maket dan rendering nya, keren banget!

Terimakasih untuk Teman-teman seperjuangan Studio TA Periode 126 atas kebersamaan yang singkat selama masa studio, sukses terus untuk kalian!

Terimakasih untuk Teman-teman Angkatan 2008 atas kebersamaannya selama kuliah di Arsitektur UNS, tetap semangat dan sukses untuk kita semua!

Terimakasih untuk Semua orang yang telah membantuku yang tidak

dapat disebutkan namanya satu per satu.

commit to user

Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta Dengan Pendekatan Arsitektur Neo Vernakular

Bonifatia Previana Prasasti I0208036 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstrak

Kota Surakarta merupakan lokasi yang strategis karena merupakan jalur Surabaya-Semarang dan Yogyakarta-Bali hal ini menjadikan kota Surakarta

sebagai daerah tujuan wisata, walaupun dengan length of stay yang rata-rata selama 1 sampai 2 hari. Untuk menarik para wisatawan yang datang ke Surakarta diperlukan sebuah wadah kegiatan yang mampu memberikan informasi mengenai pengenalan akan potensi pariwisata dan kebudayaan yang ada di Surakarta secara utuh. Salah satu cara untuk memberikan informasi sekaligus mempromosikan potensi pariwisata dan kebudayaan di Surakarta ini adalah dengan mengenalkan potensi-potensi tersebut secara langsung pada wisatawan melalui pameran, foto dokumentasi, serta informasi mengenai lokasi-lokasi pariwisata yang ada di Surakarta. Pengenalan akan potensi Surakarta tidak cukup dengan pemberian informasi saja tetapi mengajak wisatawan untuk merasakan nuansa Surakarta yang kental akan kebudayaan Jawa yang telah mengakar dalam diri masyarakatnya dengan masih dipertahankannya bentuk bangunan tradisional Jawa di tengah perkembangan teknologi yang semakin maju. Dengan adanya Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta ini diharapkan dapat membantu dalam pemberian informasi sekaligus promosi mengenai potensi pariwisata dan kebudayaan di Surakarta serta ikut melestarikan kebudayaan Surakarta dengan menghadirkan nuansa Surakarta pada bangunan melalui pemakaian elemen bangunan tradisional Jawa dan menerapkannya pada bentuk bangunan modern yang kekinian serta tetap memperhatikan keselarasan bangunan sehingga tidak terlihat seperti tempelan bangunan yang kurang unity melainkan berupa bangunan yang atraktif untuk menarik wisatawan yang datang berkunjung. Kata Kunci : informasi, pariwisata, kebudayaan

commit to user

Abstract

Surakarta is a strategic location because it is a path-Semarang and Surabaya, Yogyakarta Bali it makes the city of Surakarta as a tourist destination, although the length of stay on average for 1 to 2 days. To attract the tourists who come to the Surakarta needed a vessel activity that is able to provide information regarding the recognition of the potential of tourism and culture in Surakarta in their entirety. One way to provide information and promote tourism and cultural potential in Surakarta is to introduce potential tourists directly in through the exhibition, photo documentation, and information on tourist sites in Surakarta. Recognition of the potential Surakarta is not enough to only providing information but invites travelers to experience the feel of a thick Surakarta Javanese culture that has taken hold in communities by still retaining the traditional building form of Java in the development of increasingly advanced technology. With the Surakarta Culture and Tourism Gallery is expected to assist in the provision of information as well as promotion of tourism and cultural potential in Surakarta and help preserve the culture of Surakarta with the feel of the building through the use of Javanese traditional building elements and apply them to contemporary forms of modern buildings and fixed attention to the harmony of the building so it does not look like a patch of buildings that lack unity but in the form of an attractive building to attract tourists who come to visit. Key words: information, tourism, culture

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mengungkapkan tentang pengertian judul, latar belakang masalah, permasalahan, persoalan, serta tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dalam mewujudkan perancangan sebuah wadah promosi serta informasi pariwisata dan kebudayaan di Surakarta.

1.1 Judul

Judul tugas akhir ini adalah Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta Dengan Pendekatan Arsitektur Neo Vernakular.

1.2 Pengertian Judul

Pengertian galeri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah lorong sempit dan panjang atau ruang pamer yang memberikan nuansa karakteristik khusus terhadap benda-benda yang dipamerkan atau diinformasikan (Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua, Jakarta:Balai Pustaka, hal108). Sementara itu, pengertian galeri dalam arsitektur adalah sebuah ruang yang digunakan untuk menyajikan hasil karya seni, sebuah area memajang aktivitas publik, area publik yang kadangkala digunakan untuk keperluan khusus (www.rac.uii.ac.id , diakses15 Maret 2012 pukul 22.00 WIB). Dalam hal ini galeri memiliki arti yaitu tempat untuk memamerkan hasil karya seni dan kebudayaan masyarakat Surakarta, sekaligus sebagai sarana untuk memperoleh informasi mengenai potensi pariwisata dan kebudayaan Surakarta secara utuh bagi wisatawan baik dari dalam maupun luar kota Surakarta.

Menurut Undang- Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang

commit to user

didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah (http://id.wikipedia.org/ , diakses 9April 2012 pukul 21.20 WIB). Dalam hal ini Surakarta merupakan daerah tujuan wisata yang biasa didatangi oleh wisatawan dari kota-kota besar dan merupakan kota yang memiliki banyak potensi pariwisata, jika potensi ini dikembangkan hasilnya dapat mempengaruhi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), sehingga secara langsung dapat menunjukkan kemampuannya sebagai daerah otonom. Oleh karena itu dengan adanya galeri pariwisata dan kebudayaan ini diharapkan dapat menarik minat wisatawan untuk berwisata di Surakarta sehingga potensi pariwisata di Surakarta dapat semakin berkembang dengan cara memberikan informasi yang lengkap dan utuh kepada wisatawan tentang potensi pariwisata yang ada di Surakarta.

Pengertian kebudayaan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia (http://id.wikipedia.org/ , diakses 15 Maret 2012 pukul 21.53 WIB). Dalam hal ini kota Surakarta dikenal sebagai kota pusat kebudayaan Jawa karena sampai saat ini masih banyak festival kebudayaan yang diselenggarakan setiap tahunnya. Dengan adanya galeri pariwisata dan kebudayaan Surakarta diharapkan dapat memberikan informasi kegiatan yang berkaitan dengan kebudayaan di kota Surakarta, potensi budaya yang ada di Surakarta secara utuh dan lengkap melalui pameran dokumentasi, serta pemutaran film dokumenter mengenai festival kebudayaan yang diselenggarakan di Surakarta tiap tahunnya

commit to user

agar semakin banyak orang yang mengetahui dan mengenal potensi kebudayaan yang ada di kota Surakarta.

Dalam bidang arsitektur terdapat istilah vernakular yang berarti bahasa setempat. Istilah ini untuk menyebut bentuk-bentuk yang menerapkan unsur-unsur budaya, lingkungan, termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, struktur, detail-detail bagian, ornamen, dan sebagainya) (Yulianto Sumalyo, 1996:576). Pada era arsitektur post modern muncul istilah arsitektur neo vernakular yaitu suatu gaya arsitektur yang membawa bentuk tradisional ke dalam bentuk bangunan yang kekinian yaitu suatu bentuk yang dianggap benar untuk arsitektur saat ini, bukan untuk arsitektur lampau atau yang akan datang. Dalam hal ini penerapan arsitektur neo vernakular pada galeri pariwisata dan kebudayaan Surakarta memiliki tujuan turut melestarikan kebudayaan Surakarta dalam hal bangunan tradisional yang diterapkan dalam bentuk bangunan modern yang kekinian untuk menarik wisatawan baik dari dalam maupun luar kota Surakarta agar datang serta dapat mengenal potensi pariwisata dan kebudayaan di kota Surakarta.

Pengertian dari Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Neo Vernakular adalah sebuah wadah yang berfungsi mewadahi seluruh kegiatan yang berhubungan dengan penyampaian informasi pariwisata dan kebudayaan kota Surakarta termasuk potensi-potensi yang ada di dalamnya secara utuh berupa galeri dengan menerapkan unsur-unsur budaya, lingkungan, termasuk iklim setempat yang diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural yang kekinian.

commit to user

1.3 Latar Belakang

Kota Surakarta merupakan lokasi yang strategis karena merupakan jalur Surabaya-Semarang dan Yogyakarta-Bali sehingga setiap saat kota ini menjadi sangat ramai. Posisi ini memungkinkan kota ini menjadi tempat kunjungan dan transit bagi masyarakat luar kota Surakarta ( http://id.wikibooks.org , diakses 15 Maret 2012 Pukul 21.41 WIB). Dengan letaknya yang strategis, jaringan transportasi yang baik, serta terdapat berbagai lokasi wisata antara lain bangunan- bangunan bersejarah, wisata kuliner, produk kesenian dan lokasi hiburan maka hal ini menjadikan kota Surakarta sebagai daerah tujuan wisata, walaupun dengan length of stay yang rata-rata selama 1 sampai 2 hari (Dinas Pariwisata Surakarta, 2008:5).

Untuk menarik para wisatawan yang ada di Surakarta maka diperlukan sebuah wadah kegiatan yang mampu memberikan informasi mengenai pengenalan akan potensi pariwisata dan kebudayaan yang ada di Surakarta secara utuh agar para wisatawan tersebut tertarik untuk mengunjungi lokasi wisata di Surakarta atau ikut menyaksikan festival kebudayaan yang diselenggarakan setiap tahunnya dan tinggal lebih lama di Surakarta sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah Surakarta. Salah satu cara untuk memberikan informasi sekaligus mempromosikan potensi pariwisata dan kebudayaan di Surakarta ini adalah dengan mengenalkan potensi-potensi tersebut secara langsung pada wisatawan melalui pameran berbagai benda hasil kerajinan khas Surakarta (batik, gamelan, wayang, dan sebagainya), foto dokumentasi festival kebudayaan yang diselenggarakan di Surakarta, serta informasi mengenai lokasi-lokasi pariwisata yang ada di Surakarta.

commit to user

Pengenalan mengenai potensi kebudayaan Surakarta tidak terbatas hanya melalui cara penyampaian informasi secara utuh kepada wisatawan saja melainkan juga dengan mengajak wisatawan merasakan nuansa Surakarta yang dihadirkan dalam wadah kegiatan pelayanan informasi tersebut. Hingga saat ini sebagian besar masyarakat Surakarta masih banyak berpegang pada nilai-nilai tradisional Jawa, terlihat dari bangunan yang ada di Surakarta masih banyak yang mempertahankan bentuk bangunan tradisional Jawa meskipun saat ini kemajuan teknologi berkembang sangat pesat. Banyak bangunan modern di Surakarta yang masih tetap berusaha mempertahankan bentuk bangunan tradisional Jawa dengan memakai elemen-elemen tradisional Jawa pada bangunannya, hal ini membuktikan bahwa kebudayaan Jawa telah mengakar dalam diri masyarakat Surakarta. Tetapi tidak sedikit pula bangunan modern di Surakarta yang menggunakan elemen tradisional Jawa sebagai tempelan bangunan saja sehingga terlihat kurang unity dengan bentuk bangunan itu sendiri. Hal ini mendorong penulis untuk merancang sebuah bangunan galeri pariwisata dan kebudayaan Surakarta yang berperan dalam pemberian informasi sekaligus promosi mengenai potensi pariwisata dan kebudayaan di Surakarta serta ikut melestarikan kebudayaan Surakarta dengan menghadirkan nuansa Surakarta pada bangunan melalui pemakaian elemen bangunan tradisional Jawa dan menerapkannya pada bentuk bangunan modern yang kekinian serta memperhatikan keselarasan bangunan sehingga tidak terlihat seperti tempelan bangunan yang kurang unity melainkan berupa bangunan yang atraktif untuk menarik wisatawan yang datang berkunjung.

commit to user

1.4 Permasalahan dan Persoalan

1.4.1 Permasalahan

Merancang sebuah galeri pariwisata dan kebudayaan di kota Surakarta yang dapat memberikan fasilitas informasi sekaligus promosi mengenai potensi pariwisata dan kebudayaan yang ada di kota Surakarta secara utuh dalam suatu bentuk arsitektur yang memiliki kaidah tradisional Jawa yang diterapkan dalam bentuk bangunan modern yang kekinian dan sesuai dengan aktivitas serta fungsi kegiatan saat ini, sehingga bisa menarik wisatawan untuk datang berkunjung.

1.4.2 Persoalan

Dari kajian permasalahan di atas, maka muncul persoalan sebagai berikut.

1) Perencanaan penzonningan, jenis kegiatan, pola kegiatan, besaran ruang, dan pola hubungan ruang yang sesuai dengan persyaratan bangunan galeri sehingga dapat menimbulkan kenyamanan bagi pengguna;

2) Perencanaan sistem utilitas, tata landscape, dan sirkulasi yang dapat mendukung kegiatan dalam bangunan antara lain dengan penentuan Main Entrance dan Side Entrance;

3) Penentuan bentuk dan tata massa bangunan. Dalam hal ini menggunakan pendekatan arsitektur neo vernakular yaitu dengan mengaplikasikan bentuk bangunan tradisional Surakarta ke dalam bentuk bangunan modern yang kekinian.

1.5 Tujuan dan Sasaran

1.5.1 Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk merumuskan solusi desain galeri pariwisata dan kebudayaan di Surakarta yang befungsi sebagai sarana pelayanan

commit to user

informasi sekaligus promosi pariwisata dan potensi budaya yang ada di Surakarta dengan pendekatan arsitektur neo vernakular untuk ikut melestarikan kebudayaan Jawa melalui pemakaian elemen tradisional Jawa pada bangunan modern yang kekinian sehingga tercipta bangunan yang atraktif untuk menarik wisatawan agar datang berkunjung.

1.5.2 Sasaran

1) Konsep penzonningan, jenis kegiatan, pola kegiatan, besaran ruang, dan pola hubungan ruang sesuai dengan persyaratan bangunan galeri untuk menciptakan kenyamanan bagi aktifitas pengguna;

2) Konsep sistem utilitas, tata landscape, dan sirkulasi meliputi penempatan Main Entrance dan Side Entrance sehingga dapat mendukung kegiatan yang ada dalam galeri pariwisata dan kebudayaan Surakarta;

3) Konsep bentuk dan tata massa galeri pariwisata dan kebudayaan di kota Surakarta dengan pendekatan arsitekur neo vernakular yang menimbulkan kesan atraktif untuk menarik pengunjung.

1.6 Lingkup dan Batasan Pembahasan

Batasan yang akan dibahas dalam konsep ini merupakan kendali dari tugas arsitek agar bahasan tidak terlalu luas. Batasan tersebut antara lain teori yang diambil berkaitan dengan pendekatan arsitektur neo vernakular yaitu menerapkan elemen bangunan tradisional Jawa pada bangunan modern yang kekinian, penjelasan mengenai bangunan tradisional Jawa tidak terperinci hanya mengenai ciri-ciri dan jenis bangunan, kemudian penjelasan pariwisata dan kebudayaan yang ada di Surakarta, serta kelemahan dan keunggulan potensi pariwisata dan kebudayaan yang ada di Surakarta.

commit to user

1.7 Metode Pembahasan

1.7.1 Pendataan

Pengumpulan data-data melalui beberapa cara sebagai berikut.

1) Studi literatur Studi Literatur yang diperoleh dari buku dan sumber referensi lain untuk mendapatkan data sebagai berikut.

a) Potensi pariwisata dan kebudayaan Surakarta.

b) Teori mengenai pariwisata dan kebudayaan.

c) Teori arsitektur neo vernakular.

d) Persyaratan perancangan galeri.

2) Observasi langsung Pengamatan langsung ke lapangan yaitu kawasan yang meliputi Jl. Slamet Riyadi di sebelah selatan, Jl. Kartini di sebelah timur, Jl. Jawa di utara site, dan Jl. Jawa IV di sebelah barat. Pengamatan ini bertujuan untuk mendapatkan data sebagai berikut.

a) Data eksisting kawasan Jl. Slamet Riyadi

b) Kondisi, potensi, dan permasalahan yang ada di kawasan tersebut dan sekitarnya.

3) Studi dokumen Untuk mendapatkan data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata kota Surakarta mengenai potensi pariwisata dan kebudayaan yang ada di kota Surakarta. Serta data-data yang mendukung tema sebagai berikut.

a) Rencana Umum Tata Ruang Kota Kotamadya Surakarta 1993-2013.

b) Rencana Detail Tata Ruang Kota Surakarta Bagian Selatan.

commit to user

4) Studi banding Mencari data-data obyek sejenis untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan dan perancangan galeri pariwisata dan kebudayaan Surakarta.

5) Internet Mencari tambahan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam proses perencanaan dan perancangan galeri pariwisata dan kebudayaan Surakarta.

1.7.2 Tahap Pembahasan

Dilakukan melalui metode analisis – sintesis melalui tahap-tahap: identifikasi permasalahan yang berkaitan dengan perancangan galeri pariwisata dan kebudayaan Surakarta, pengkajian teori yang diambil untuk mendukung perancangan galeri pariwisata dan kebudayaan Surakarta antara lain teori mengenai arsitektur Neo Vernakular dan persyaratan perancangan sebuah galeri, analisis/pembahasan, sintesis/penarikan kesimpulan (konsep perancangan).

1.7.3 Tahapan Perumusan Konsep

Kesimpulan yang didapat dari proses analisis dan sintesis yang digunakan untuk mendapatkan konsep yang mengarah pada perencanaan desain galeri pariwisata dan kebudayaan Surakarta dengan pendekatan arsitektur Neo Vernakular.

1.8 Sistematika Pembahasan

BAB I Pendahuluan Mengungkapkan permasalahan dan persoalan galeri pariwisata dan kebudayaan di kota Surakarta yang akan dirancang berdasarkan pengertian judul, latar belakang permasalahan, tujuan dan sasaran yang

commit to user

hendak dicapai, lingkup pembahasan, metode penyelesaian, serta sistematika pembahasan.

BAB II Tinjauan Pustaka Berisi tinjauan pustaka yang mengungkapkan tentang segala yang terkait dengan galeri, kepariwisataan, dan kebudayaan, studi banding serta memberi tinjauan secara umum mengenai perkembangan tentang arsitektur neo vernakular.

BAB III Tinjauan Khusus Kota Surakarta Memaparkan mengenai tinjauan kota Surakarta sebagai lokasi yang akan dipilih sebagai acuan strategi desain untuk bangunan Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta Dengan Pendekatan Arsitektur Neo Vernakular.

BAB IV Bangunan yang Direncanakan Mengemukakan tentang garis besar dasar-dasar perencanaan Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Neo Vernakular.

BAB V Analisa Perencanaan dan Perancangan Mengungkapkan analisis perencanaan dan perancangan galeri pariwisata dan kebudayaan di kota Surakarta sebagai usaha dari pemecahan permasalahan arsitektur dan persoalan desain, dengan meninjau pada tujuan dan sasaran yang ingin dicapai berdasarkan data informasi yang diperoleh.

BAB VI Konsep Perencanaan dan Konsep Perancangan Galeri Pariwisata dan

Kebudayaan Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Neo Vernakular

commit to user

Menyajikan konsep desain, hasil dari pembahasan analisa yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya yang digunakan sebagai dasar perancangan desain fisik bangunan Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta Dengan Pendekatan Arsitektur Neo Vernakular.

commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dibahas tinjauan pustaka mengenai galeri, pariwisata, kebudayaan, dan teori Neo Vernakular.

2.1 Tinjauan Galeri

2.1.1 Esensi Galeri

Museum dan galeri mempunyai beberapa kesamaan dalam mengelola kebutuhan ruangnya. Secara umum tujuan utama dari galeri adalah sebagai sarana koleksi, mendokumentasi, memajang, riset, interpretasi dan pameran terhadap obyek-obyek khusus. dengan kompleksnya aktifitas yang dijalankan, maka membutuhkan banyak bidang keahlian dalam mengelola sebuah galeri. Beberapa aturan dan gambaran umum aktifitas dari museum dan galeri dapat dilihat di beberapa standar sebagai berikut.

1) Komponen Pembentuk Ruang

a) Lantai Lantai berfungsi untuk mendukung beban yang datang dari benda-benda yang ada pada galeri, manusia dengan segala aktivitas di dalamnya, dan kerangka itu harus mampu dan kuat memikul beban mati atau hidup, lalu lintas manusia, dan lain-lain yang menumpanginya. Yang perlu diperhatikan dalam perancangan lantai dijelaskan sebagai berikut.

a. Fungsi lantai sebagai bidang datar yang digunakan untuk memenuhi aktifitas manusia dalam melakukan kegiatan di atasnya.

commit to user

b. Sifat lantai yaitu dapat membentuk sifat ruang sesuai dengan fungsi ruang tersebut dengan membuat penaikan atau penurunan ketinggian lantai. Lantai dapat dibuat permanen atau semi permanen.

c. Konstruksi lantai dengan memperhatikan bagaimana lantai itu dipasang dan menempel, sehingga tidak menimbulkan kelembaban atau panas yang berlebihan (Ken Sunarko, 1989 : 39).

Syarat lantai pada ruang pamer dijelaskan sebagai berikut.

a. Mudah dibersihkan dan kedap air.

b. Pemakaian bahan jenis keras.

c. Kelenturan tidak menimbulkan bunyi berisik dari hentakan kaki.

d. Disesuaikan dengan tema dan karakter ruang.

e. Tahan terhadap bahan kimia dan aus.

b) Dinding Dinding adalah bidang vertikal yang membentuk ruang didalam bangunan (Ken Sunarko, 1990 : 35). Syarat-syarat dinding pada ruang pamer dijelaskan sebagai berikut.

a. Tinggi minimal 2 meter.

b. Tahan gesekan, tekanan, dan tumbukan.

c. Memiliki tingkat keamanan dan penyerapan akustik yang baik.

d. Tahan air, udara, dan mudah dalam perawatan.

e. Mudah diubah dan dipindah untuk dinding yang berupa partisi.

c) Langit-langit Langit-langit disamping sebagai penutup ruang, juga dimanfaatkan guna pengaturan udara atau ventilasi panas (Neufert, 1989 : 93).

commit to user

Hal yang menjadi pertimbangan dalam merancang langit-langit dijelaskan sebagai berikut.

a. Lay out.

b. Konsep lantai dinding.

c. Fungsi dan aktifitas di dalam ruang.

d. Struktur atap ruang.

e. Sebagai penunjang pencahayaan dan penghawaan.

2) Pencahayaan Sistem pencahayaan yang digunakan dalam ruang yaitu sebagai berikut.

a) Direct lighting (pencahayaan langsung) : penyinaran >90% arah kebawah dan <10% arah keatas.

b) Semi direct lighting (setengah langsung) : penyinaran 60-90% arah kebawah dan 40-10% arah keatas.

c) General difuse lighting (Difus) : penyinaran 40-60% arah kebawah dan 60- 40% arah keatas.

d) Semi indirect lighting (Setengah tak langsung) : penyinaran 10-40% arah kebawah dan 90-60% arah keatas.

e) Indirect lighting (tak langsung) : penyinaran <10% arah kebawah dan >90% arah keatas.

Syarat pencahayaan ruang galeri dijelaskan sebagai berikut.

a) Pencahayaan alami dapat difungsikan optimal tetapi harus terlebih dahulu dipantulkan terhadap bidang dinding yang sudah dicat Sinc Oxide dan Titanium Trioxide , sehingga terlindungi dari bahaya kerusakan yang diakibatkan cahaya matahari.

commit to user

b) Pencahayaan buatan harus memiliki karakter berbeda disesuaikan jenis benda primer, bentuk, dan ukuran.

c) Pantulan efek pencahayaan alami dalam kondisi 25% mampu memberi suplai hangat pada lantai.

2.1.2 Tinjauan Fungsional Galeri

Pada galeri terdapat dua kegiatan pokok yaitu kegiatan pameran dan kegiatan non pameran. Untuk kegiatan pameran dapat dibagi jenisnya berdasarkan tipe, karakter, dan tempo pameran.

Pada tipe pameran berdasarkan karya terdapat tipe atau gaya dengan pendekatan rekonstruktif yaitu suatu pendekatan yang menghadirkan objek sebagai sesuatu yang memiliki arti secara etnografi dan berusaha untuk menginformasikan budaya latarnya.

Untuk tipe atau gaya pameran berdasarkan tujuannya dibagi menjadi tiga sebagai berikut.

1) Fundraising, berarti pameran yang memiliki tujuan utama untuk penggalangan dana baik untuk mencari laba penulis maupun untuk tujuan amal yang disumbangkan kepada sebuah lembaga atau demi kepentingan masyarakat.

2) Apresiasi, yaitu pameran yang menekankan kepentingan edukasi publik terhadap apa yang terjadi pada suatu karya. Pameran ini mengeksplorasi berbagai kecenderungan yang terjadi pada suatu karya, baik kuratorial, tema, teknik, dan sebagainya.

3) Festival/pesta, berarti pameran yang bertujuan menciptakan kebersamaan, seperti halnya sebuah pesta yang tanpa kuratorial dan seleksi yang ketat, tema

commit to user

pameran ini bersifat general dan dapat mencakup kedua tipe pameran sebelumnya.

Karakter pameran dapat dibagi menurut beberapa kriteria sebagai berikut.

1) Menurut jumlah peserta, yaitu pameran tunggal dan pameran bersama. Pameran tunggal adalah pameran yang mempertunjukkan hasil karya seseorang dengan mengambil sudut pandang tertentu, sedangkan pameran bersama setidaknya terdiri dari dua peserta lebih mengutamakan kebersamaan.

2) Menurut jenis kelompok atau sering disebut dengan pameran grup.

3) Menurut waktu atau berkala seperti annual, bineral, atau trineal, yaitu pameran yang mencoba menjadikan waktu sebagai penanda dan dasar untuk pelaksananya.

4) Menurut jenis karya seperti bahan, alat, teknik, konsep, aliran, dan media.

5) Menurut ruang seperti formal-non formal. Ruang formal berarti tempat yang dikhususkan untuk menggelar pameran seni, misalnya museum, galeri, art shop , rumah seni dan sebagainya, sedangkan ruang non formal berarti tempat yang dirasa lebih bebas, tanpa ikatan dan batasan formal.

6) Menurut tempatnya pameran dibagi menjadi pameran indoor dan pameran outdoor .

7) Menurut pelaku yaitu perupa dan non perupa.

8) Menurut peta kepentingan, yaitu pameran profit dan non profit.

9) Menurut peta sejarah yang meliputi retrospeksi dan koleksi. Pameran ini mengetengahkan pendekatan waktu atau sejarah sebagai kerangka atau format artikulasinya.

commit to user

10) Menurut peta geografis yaitu pameran yang secara khusus mengetengahkan persoalan suatu daerah, regional, maupun negara.

11) Menurut hasil penelitian yaitu suatu pameran yang mempresentasikan hasil penelitian dalam bidang-bidang atau objek tertentu.

Tempo pameran berdasarkan lama penggunaan waktunya dibedakan sebagai berikut.

1) Pameran tetap yaitu pameran yang memiliki tempo tidak terbatas, atau dapat digelar terus menerus.

2) Pameran temporer yaitu pameran yang memiliki batas waktu tertentu dimanapun pameran ini digelar.

Untuk kegiatan non pameran pada galeri dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Guided tour Memfasilitasi publik dengan menyediakan dan mengadakan mitra tonton sebagai ajang untuk mengerti lebih jauh tentang seluk beluk pameran yang diadakan.

2) Private view Merupakan undangan khusus bagi mereka yang merupakan kolega institusi yang sangat penting.

3) Konfensi, Simposium, Diskusi Kegiatan ini dapat berupa konferensi pers, seminar untuk umum, dan diskusi terbatas.

4) Lecture Kuliah umum untuk public yang berminat tentang hal-hal menarik yang dibutuhkan dari aksi pameran atau hal lainnya.

commit to user

5) Focus Group Kegiatan ini bertujuan untuk pembicaraan mengenai pengawasan dan evaluasi pameran, penyusunan agenda, dan pembahasan lainnya yang bersifat intern.

6) Perbincangan Perbincangan yang difokuskan pada karya-karya dan seluk-beluk tentang apa yang telah mereka kerjakan, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan pameran atau kegiatan yang diselenggarakan.

7) Pemutaran film Pemutaran film sangat mendukung pula ramainya program yang diselenggarakan.

8) Workshop

Merupakan program praktik langsung yang berhubungan dengan karya.

9) Bazar Untuk mereka yang memperjualbelikan produk.

2.1.3 Preseden Galeri

Berikut ini merupakan salah satu preseden ruang pameran pada sebuah galeri yang terletak di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang bernama Galeri Soemardja.

commit to user

Gambar 2.1 Galeri Soemardja Sumber : http://www.okezone.com/ , diakses 3 Juni 2012 pukul 17.29 WIB

Galeri Soemardja didirikan pada 1974, Galeri Soemardja merupakan pelengkap pendidikan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB. Galeri Soemardja dilengkapi dengan fasilitas pencahayaan dan panel yang dapat dilepas. Ruang pameran pada Galeri Soemardja ini memiliki ukuran tinggi 4m di satu sisi

dan 2,4m di sisi yang lainnya, serta memiliki luas 150m 2 yang sering digunakan

oleh mahasiswa untuk belajar mengelola sebuah pameran. Galeri ini tidak hanya menyediakan sumber daya untuk lembaga dan seni masyarakat Bandung, tetapi juga sering dijadikan venue berbagai acara kesenian antara lain pameran dan talkshow yang diselenggarakan baik oleh seniman secara individual maupun lembaga kesenian baik lokal, nasional, hingga internasional. Galeri Soemardja juga memiliki berbagai program seni seperti diskusi, seminar, dan lokakarya yang menghadirkan berbagai seniman dan pakar seni dengan cakupan nasional, regional, dan internasional.

2.2 Tinjauan Pariwisata

2.2.1 Esensi Pariwisata

Undang – undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan, menyebutkan definisi pariwisata yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusaha objek dan daya tarik wisata serta usaha –usaha yang terkait didalamnya

commit to user

(Oka A. Yoeti, 2002 : 7 ). Untuk menarik para wisatawan agar datang untuk berwisata maka diperlukan suatu usaha yaitu promosi pariwisata. Promosi tempat wisata yang dirancang dengan baik akan memberikan tambahan penerimaan asli daerah, dan mendorong proses multiplier perkembangan ekonomi lokalitas di sekitar daerah tujuan wisata.

Promosi tempat wisata daerah merupakan kegiatan dari para pelaku ekonomi di lokalitas perekonomian tertentu yang memiliki potensi tempat wisata yang menarik. Potensi tersebut dapat berupa keindahan alam yang menonjol, kekayaan budaya yang unik, situs tempat yang bersejarah, even pesta budaya dan keagamaan, serta potensi pusat-pusat kegiatan ekonomi, perdagangan dan investasi yang unik dan tidak dimiliki oleh lokalitas alternatif lainnya.

Tujuan promosi wisata daerah dapat dikategorikan ke dalam beberapa tujuan diantaranya untuk mempromosikan lokalitas wisata sebagai tujuan wisata yang menarik dan menguntungkan wisatawan serta meningkatkan dan memantapkan citra wisata daerah di pasar domestik dan internasional.

2.2.2 Strategi Promosi Wisata

Strategi promosi merupakan siasat atau inisiatif kegiatan stratejik yang akan dilakukan untuk merealisasikan tujuan promosi wisata yang telah ditetapkan. Untuk tujuan mempromosikan daerah tujuan wisata maka secara umum terdapat beberapa strategi utama sebagai berikut.

1) Pengembangan dan pemantapan kegiatan public relations yang meliputi pengembangan perpustakaan dan pusat informasi wisata, persiapan mengikuti kegiatan-kegiatan terkait , dan program pengembangan unit organisasi public relations .

commit to user

2) Pengembangan dan perluasan produk-produk wisata yang meliputi survei harapan wisatawan, audit potensi wilayah dan wisata, program ecoproduct dan ecoturism , serta penyelenggaraan trade show.

3) Pengembangan pemasaran jasa wisata dan tempat wisata yang meliputi penyelenggaraan kegiatan pameran wisata dan seminar wisata, pengembangan materi kunjungan wisata melalui video, slide, dan brosur, serta memperluas jejaring distribusi melalui promosi bersama dengan perusahaan penerbangan, perhotelan, dan instansi terkait lainnya.

2.2.3 Contoh Pameran Pariwisata

Salah satu contoh pameran pariwisata adalah pameran yang diadakan di Atrium Malioboro Mall Yogyakarta, barang yang dipamerkan antara lain barang- barang hasil UMKM masyarakat Yogyakarta itu sendiri. Pameran ini bertujuan untuk menarik kunjungan wisatawan ke kota Yogyakarta.

Gambar 2.2 Pameran pariwisata Sumber : http://www.jogjatrip.com/media/gallery/ , diakses 3 Juni 2012 pukul 19.51 WIB

2.2.4 Galeri Pariwisata

Untuk menarik wisatawan datang untuk berwisata diperlukan suatu usaha yaitu promosi pariwisata yang dapat dilakukan dengan cara mengadakan pameran dan seminar pariwisata, pengembangan materi kunjungan wisata melalui video, slide, dan brosur, serta melakukan pengembangan perpustakaan dan pusat

commit to user

informasi wisata. Kegiatan tersebut memerlukan suatu wadah yang dapat mewadahi seluruh aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan penyampaian informasi dan promosi pariwisata tersebut, hal ini menginspirasi penulis untuk merancang sebuah galeri yang dapat difungsikan untuk kegiatan tersebut.

2.2.5 Preseden Galeri Pariwisata

Salah satu preseden galeri pariwisata yang ada di Indonesia adalah galeri pariwisata yang berlokasi di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Galeri tersebut merupakan upaya untuk meningkatkan promosi pariwisata unggulan. Keberadaan galeri pariwisata di salah satu kawasan wisata andalan NTB itu merupakan salah satu syarat mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya ke lokasi yang diinginkan. Galeri pariwisata ini merupakan wadah penyediaan informasi bagi wisatawan (http://www.metrotvnews.com/ , diakses 3 Juni 2012 pukul 20.18 WIB).

2.3 Tinjauan Kebudayaan

2.3.1 Esensi Kebudayaan

Kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu fenomena sosial dan tidak dapat dilepaskan dari perilaku dan tindakan warga masyarakat yang mendukung atau menghayatinya. Sebaliknya, keteraturan, pola, atau konfigurasi yang tampak pada perilaku dan tindakan warga suatu masyarakat tertentu dibandingkan perilaku dan tindakan warga masyarakat yang lain, tidak dapat dipahami tanpa dikaitkan dengan kebudayaan (http://staff.blog.ui.ac.id/ , diakses 11 April 2012 pukul 9.37 WIB).

Jika dilihat tentang konsep kebudayaan maka dapat dilihat dari dua sisi yaitu konsep kebudayaan yang bersifat materialistis, yang mendefinisikan

commit to user

kebudayaan sebagai sistem yang merupakan hasil adaptasi pada lingkungan alam atau suatu sistem yang berfungsi untuk mempertahankan kehidupan masyarakat dan konsep kebudayaan yang bersifat idealistis, yang memandang semua fenomena eksternal sebagai manifestasi suatu sistem internal. Sedangkan yang merupakan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2.3.2 Pelestarian Kebudayaan melalui Pariwisata

Pariwisata apabila dikelola dengan baik dapat mempertahankan kelestarian budaya lokal karena budaya pada dasarnya tidak ada yang bersifat tetap melainkan terus berubah sesuai dengan dinamika kehidupan masyarakat tempat budaya tersebut dianut. Dinamika kehidupan termasuk peluang yang ditawarkan oleh pariwisata yang dapat digunakan oleh penduduk setempat untuk menghidupkan kembali budaya-budaya lokal yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Wisata budaya justru dapat mengaktifkan warga setempat untuk menghidupkan kembali tradisi dan nilai-nilai kehidupan para pendahulu sekaligus mendapatkan keuntungan ekonomis dari kegiatan tersebut. Sesuai dengan data dari United Nations of World Tourism Organization (UNWTO) sebanyak 40 persen wisatawan bepergian didorong oleh faktor budaya yang ingin dirasakan di tempat berbeda. Kebudayaan merupakan salah satu kekuatan dalam perkembangan pariwisata yang seharusnya selalu melibatkan partisipasi aktif dari komunitas lokal agar benar-benar membawa keuntungan positif bagi masyarakat

commit to user

penganutnya (http://id.omg.yahoo.com/news/ , diakses 3 Juni 2012 pukul 20.55 WIB).

Pariwisata yang dikelola dengan baik dapat mempertahankan kelestarian kebudayaan, bahkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitarnya. Hal ini yang menginspirasi penulis untuk merancang sebuah wadah yang dapat berfungsi untuk meningkatkan minat wisatawan terhadap pariwisata sehingga pariwisata dapat semakin berkembang dengan demikian kebudayaan juga dapat tetap dilestarikan seiring perkembangan jaman serta dapat pula meningkatkan perekonomian masyarakat yang turut serta melestarikan kebudayaan tersebut.

2.3.3 Preseden Galeri Pariwisata dan Kebudayaan

Salah satu preseden galeri pariwisata dan kebudayaan adalah Dago Tea House yang terletak di Jalan Ir. H. Juanda. Dago Tea House awalnya adalah sebuah restoran tempat makan dan minum teh tetapi belakangan tempat ini diubah menjadi Taman Budaya Jawa Barat karena tempat ini sering digunakan untuk mengadakan pertunjukan kesenian. Tempat ini didirikan sebagai pusat kebudayaan Jawa Barat. Di dalam Dago Tea House terdapat sebuah galeri kebudayaan yang memamerkan berbagai benda seni khas dari Jawa Barat. Luas dari Dago Tea House ini sekitar 4 hektar karena memiliki berbagai fasilitas diantaranya area teater terbuka, galeri, area parkir yang luas, serta area kuliner.

Dengan menampilkan kebudayaan khas Jawa Barat membuat Dago Tea House menjadi ramai dikunjungi oleh wisatawan yang tertarik ingin melihat seni dan kebudayaan khas Jawa Barat. Hal ini selain meningkatkan minat wisatawan untuk berwisata di Dago Tea House juga merupakan sarana untuk tetap melestarikan kebudayaan Jawa Barat.

commit to user

Gambar 2.3 Dago Tea House Sumber : http://www.iftfishing.com/city/wilayah/jawa-barat/dago-tea-house , diakses 4 Juni 2012 pukul 21.23 WIB

2.4 Tinjauan Neo Vernakular

2.4.1 Esensi Arsitektur Vernakular

Vernakular menjadi penting untuk konteks arsitektur di Asia karena Asia terdiri dari berbagai budaya dan adat yang berlainan disetiap wilayahnya. Masing- masing daerah memiliki kondisi demografis yang berbeda sehingga memunculkan bentuk arsitektur yang berbeda pula, selain itu perkembangan zaman juga mempengaruhi pola hidup manusia. Seiring dengan perkembangan kehidupan manusia, bentuk rumah tradisional nusantara mengalami perubahan demikian juga rumah tradisional Jawa. (Sunarmi et al.(2007:53-54)).

Dalam arsitektur tradisional Jawa terdapat lima macam bangunan pokok sebagai berikut.

1) Bentuk rumah panggang-pe yang berfungsi sebagai tempat jualan minuman, nasi dan sebagainya. Apabila dikembangkan dapat berfungsi sebagai tempat ronda, garasi, dan pabrik.

2) Bentuk rumah kampung yang berfungsi sebagai tempat tinggal, baik di kota maupun di desa.

3) Bentuk rumah limasan yang berfungsi untuk rumah tinggal.

commit to user

4) Bentuk rumah tajug yang memiliki ciri utama yaitu pada atap berbentuk runcing, soko guru dengan blandar-blandar tumpang sari, berdenah bujur sangkar, lantainya selalu di atas tanpa bertingkat. Dipergunakan sebagai tempat suci, seperti Masjid, tempat raja bertahta, dan makam. Rumah tajug ini tidak difungsikan sebagai tempat tinggal.

5) Bentuk rumah joglo yang memiliki ciri atap terdiri dari 4 buah sisi soko guru dengan pemidangannya dan berblandar tumpang sari. Bangunan ini umumnya dipergunakan sebagai pendopo dan juga untuk tempat tinggal .

Arsitektur tradisional Jawa harus dilihat sebagai totalitas pernyataan hidup yang bertolak dari tata krama meletakkan diri, norma, dan tata nilai manusia Jawa dengan segala kondisi alam lingkungannya. Arsitektur Jawa menampilkan karya “swadaya dalam kebersamaan” yang secara arif memanfaatkan setiap potensi dan sumber daya setempat serta menciptakan keselarasan yang harmonis antara “jagad cilik” (mikrokosmos) dan “jagad gedhe” (makrokosmos). Di sekitar rumah tradisional Jawa terdapat halaman yang luas dengan perkerasan berupa kerikil atau pasir sangat bermanfaat untuk penyerapan air hujan. Sedangkan pepohonan yang ditanam seringkali memiliki sasraguna (multi fungsi), yaitu sebagai peneduh, penyaring debu, peredam angin dan suara, juga sebagai sumber pangan bagi manusia dan binatang bahkan sering pula dimanfaatkan untuk obat tradisional. Hal tersebut sangat sesuai dengan perikehidupan masyarakat Jawa yang memiliki kepribadian senang berada di udara terbuka.

2.4.2 Esensi Arsitektur Neo Vernakular

Arsitektur neo vernakular merupakan suatu paham dari aliran arsitektur post modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang

commit to user

mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri. Arsitektur neo vernakular merupakan arsitektur yang pada prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah normatif, kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam, dan lingkungan.

Menurut Charles Jencks dalam bukunya “Language of Post-Modern Architecture” timbulnya post modernisme disebebkan oleh 3 alasan sebagai berikut.

1) Kehidupan masyarakat sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke world village yang tanpa batas. Perkembangan ini disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru manusia.

2) Canggihnya teknologi telah memungkinkan dihasilkannya produk-produk yang bersifat pribadi, lebih dari sekedar produksi massal dan tiruan massal yang merupakan ciri khas modernisme.

3) Adanya kecenderungan untuk kembali pada nilai-nilai tradisional atau daerah. Dilihat dari alasan munculnya post modern tersebut maka dapat dipaparkan ciri-ciri arsitektur neo vernakular yang merupakan bagian dari era arsitektur post modern sebagai berikut.

1) Memakai elemen batu bata pada bangunan (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal)

2) Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan

proporsi yang lebih vertikal.

3) Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar bangunan.

commit to user

4) Warna-warna yang kuat dan kontras pada bangunan. Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa arsitektur neo vernakular tidak ditujukan pada arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi lebih pada keduanya. Hubungan antara kedua bentuk arsitektur diatas ditunjukkan dengan jelas dan tepat oleh neo vernakular dengan menghidupkan kembali suasana atau elemen tradisional dengan membuat bentuk dan pola-pola bangunan lokal dengan mengaplikasikanya ke dalam bentuk arsitektur yang kekinian.