Bangunan yang Direncanakan

4.7 Bangunan yang Direncanakan

4.7.1 Aspek Desain Bangunan

Agar Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta ini dapat memenuhi fungsinya sebagai sarana pelayanan informasi serta promosi potensi pariwisata dan kebudayaan di Surakarta maka bangunan yang direncanakan harus dapat menarik perhatian wisatawan agar mau datang berkunjung. Oleh Karena itu bangunan yang dirancang harus nyaman, atraktif, dan komunikatif. Untuk menghasilkan bangunan yang nyaman, atraktif, dan komunikatif harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.

1) Tata Site Tata massa bangunan pada site mengacu pada perletakan peruangan di dalam

denah rumah tradisional Jawa. Massa bangunan ditata sesuai dengan fungsinya yang juga sama dengan fungsi masing-masing bagian ruang pada rumah tradisional Jawa. Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta ini mengambil pendekatan Neo Vernakular yaitu arsitektur yang pada prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah normatif, kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam,

commit to user 50

dan lingkungan, oleh karena itu pada site direncanakan banyak ruang terbuka hijau untuk menyesuaikan dengan kepribadian masyarakat Jawa yang senang dengan tempat terbuka sekaligus juga dapat mendukung program Pemerintah Kota Surakarta dalam mewujudkan hutan kota di Surakarta pada tahun 2025 yang akan datang.

2) Program Ruang Peruangan pada Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta diatur sesuai

dengan fungsi masing-masing ruang yang dibedakan melalui penzoningan yaitu zona publik untuk ruangan yang bersifat umum dapat diakses oleh seluruh pengguna baik pengunjung maupun pengelola, untuk zona privat terdiri dari ruangan-ruangan yang hanya dapat diakses oleh pengelola saja, dan zona servis yang terdiri dari fasilitas-fasilitas servis seperti musholla, lavatory , dan ruang-ruang teknis seperti AHU, ruang genset, pompa, dan sebagainya.

3) Tampilan Bangunan Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta menggunakan elemen-elemen

lokal seperti kayu, batu alam, dan genteng dari tanah liat untuk elemen bangunannya, hal ini karena galeri yang direncanakan menggunakan pendekatan arsitektur Neo Vernakular sehingga elemen bangunannya pun menyesuaikan dengan elemen bangunan yang sering digunakan oleh masyarakat Jawa, selain itu bangunan ini juga menggunakan elemen modern seperti baja untuk struktur konstruksi bangunan.

commit to user

51

4) Utilitas Sistem utilitas yang direncanakan pada Galeri Pariwisata dan Kebudayaan

Surakarta antara lain sistem distribusi air bersih, pembuangan air kotor, sistem pengamanan terhadap kebakaran, dan AC disalurkan melalui shaft pada bangunan utama, untuk listrik direncakaan menggunakan listrik PLN yang disalurkan melalui kabel di dalam site, sedangkan untuk penghawaannya selain memanfaatkan penghawaan alami juga menggunakan sistem air conditioning, dan sistem komunikasi dalam bangunan menggunakan fasilitas intercom antar ruang.

4.7.2 Penerapan Arsitektur Neo Vernakular pada Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta

Untuk dapat mempromosikan dan mengenalkan potensi pariwisata dan kebudayaan Surakarta kepada para wisatawan tidak cukup hanya dengan pemberian informasi berupa penjelasan dan data-data saja kepada wisatawan tetapi juga membawa para wisatawan tersebut untuk merasakan suasana Surakarta yang kental dengan kebudayaan Jawa di dalamnya. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan menerapkan arsitektur Neo Vernakular ke dalam Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta yang direncanakan. Arsitektur Neo Vernakular tersebut memiliki beberapa ciri sebagai berikut.

1) Memakai elemen batu bata pada bangunan (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal)

2) Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih vertikal.

commit to user 52

3) Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar bangunan.

4) Warna-warna yang kuat dan kontras pada bangunan.

Berdasarkan ciri-ciri diatas arsitektur Neo Vernakular tidak menekankan pada arsitektur tradisional atau modern tetapi lebih pada keduanya. Hal ini terlihat pada pengaplikasian elemen-elemen bangunan tradisional Jawa ke dalam bangunan modern kekinian yang atraktif yaitu bangunan yang menarik dan tidak membosankan sehingga para wisatawan merasa tertarik untuk mengunjunginya, sekaligus komunikatif agar fungsi bangunan ini dapat ditangkap dan dikenali dengan mudah oleh pengunjung, tetapi dengan tetap memperhatikan keselarasan bangunan antara bangunan yang menggunakan style modern dengan elemen bangunan tradisional agar saling unity dan tidak terlihat hanya berupa ‘tempelan’ bangunan saja melainkan dapat membuat bangunan yang atraktif dan komunikatif menjadi semakin menarik.

commit to user