39
deregulasi atau peraturan pemerintah yang menghambat pemasaran dari usaha mudharib atau menyebabkan biaya produksi menjadi tinggi tidak sesuai
dengan daya beli masyarakat. Resiko yang terdapat dalam perjanjian pembiayaan Al-Mudharabah relatif tinggi,
yaitu : a Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang tersebut
dalam kontrak; b Lalai dan kesalahan yang disengaja;
c Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur.
2. Perjanjiann Pembiayaan Al-Musyarakah.
Perjanjian Pembiayaan Al-Musyarakah yaitu satu perjanjian pembiayaan antara Bank Syariah dengan nasabah, di mana Bank Syariah menyediakan sebagian
dari pembiayaan bagi usaha atau kegiatan tertentu, sebagian lainnya disediakan oleh mitra usaha mudharib. Dalam hal ini, Bank Syariah dapat ikut serta dalam
manajemen usaha tersebut. Bank bersama mitra usaha mengadakan kesepakatan tentang pembagian
keuntungan tersebut tidak harus sebanding dengan pangsa pembiayaan masing- masing melainkan atas dasar perjanjian kedua belah pihak. Apabila terjadi kerugian,
maka kerugian tersebut ditanggung bersama dengan pangsa pembiayaan masing- masing.
40
Dalam perjanjian perjanjian pembiayaan Al-Musyarakah yang selanjutnya disebut perjanjian yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak Bank Syariah dan
nasabah Mudharib, bahwa mereka masing-masih telah setuju untuk membuat perjanjian pembiayaan musyarakah dengan memakai syarat dan ketentuan bagi hasil.
a. Syarat dan Ketentuan bagi hasil pada perjanjian pembiayaan Al-Musyarakah adalah sebagai berikut :
1. Bank Syariah bersepakat kepada mudharib bahwa bank akan : a Menyediakan seluruh pembiayaan modal asset dan pembiayaan modal kerja
berdasarkan perjanjian pembiayaan Al-Musyarakah
ke rekening giro mudharib pada tanggal pencairan.
b Setiap hal yang berkaitan dengan penetapan kebijaksanaan yang menyangkut proyek akan dikonsultasikan kepada nasabah pada setiap kondisi yang
dibutuhkan, agar jaminan penerapan dari perjanjian pembiayaan Al- Musyarakah adalah benar, tetapi tidak ada keharusan bagi Bank Mandiri
Syariah untuk bermusyawarah bagi sesuatu yang menyangkut hak bank. 2. Kompensasi bagi Mudharib, adalah :
a Mudharib akan menyediakan pelayanan teknis manajemen dan pengeluaran seperti yang tertera pada lampiran khususnya dalam perubahan partisipasi
pembagian pendapatan dan diberikan hak kepadanya selain yang berkaitan pada pelayanan manajemen atau jumlah pengeluaran yang telah disebutkan.
41
b Mudharib akan menyediakan jasa operasi dan pengeluaran seperti yang tertera pada lampiran, khususnya dalam perubahan kompensasi yang tertera pada
lampiran sebagai pengeluaran proyek dan diberikan hak kepadanya selain jumlah yang berkaitan dengan pelayanan jasa operasi atau pengeluaran yang
telah disebutkan. 3. Partisipasi masing-masing pihak Bank Syariah dan Mudharib dalam pembagian
pendapatan adalah : a Pendapatan yang didapat dibagi yang diridhlohi Allah SWT jika ada pertama
kali akan dialokasikan secara kuwartalan, ketika pendapatan yang dapat dibagi positif sebagaimana tertera pada buku proyek alokasi untuk
pembiayaan modal kerja 65 dan alokasi untuk pembiayaan modal asset 35.
b Selanjutnya alokasi pebiayaan modal kerja dan modal asset akan dikredit pada akhir kwartal secara terpisah kerekening Mudharib dan rekening bank dalam
proporsi seperti kontribusi yang dijanjikan pada masing-masing pembiayaan modal kerja dan pembiayaan modal asset sebagaimana yang disepakati.
4. Partisipasi kerugian, jika ada, akan dipikul oleh Mudharib dan Bank Syariah dengan perbandingan jumlah yang sebanding dengan kontribusi untuk setiap
pembiayaan modal kerja dan pembiayaan modal aset yang telah ditetapkan tersebut di atas yang berakibat pembagian pendapatan dari proyek akan menjadi
tidak cukup. Sebagai pengaman terhadap kewajiban Mudharib untuk membayar
42
dan untuk melaksanakan pembayaran pada saat tanggal pencairan Mudharib akan menyimpan dana sebagai jaminan rekening deposito.
b. Manfaat dan resiko perjanjian pembiayaan secara Musyarakah diantaranya adalah sebagai berikut :
a Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.
b Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan hasil usaha
bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread. c Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow arus kas
usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah. d Bank akan lebih selektif dan hati-hati prudent mencari usaha yang benar-
benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang benar-benar terjadi itu yang akan dibagikan.
e Perjanjiann prinsip bagi hasil Mudharabah maupun Musyarakah berbeda dengan prinsip bunga tetap di mana bank akan menagihi penerima
pembiayaan nasabah satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
Risiko yang terdapat dalam Al-Musyarakah, terutama pada penerapannya dalam pembiayaan, relatif tinggi, yaitu :
1. Side Streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang tersebut dalam kontrak.
43
2. Lalai dari kesalahan yang disengaja. 3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah itu bila nasabahnya
tidak jujur.
Skema Perjanjian Bank Syariah dengan Nasabahnya
Perjanjian Antara Bank dan Nasabah
1. Pertanian 2. Perikanan