Pengaturan Hukum Positif Bank Umum Syariah

29

9. Pengaturan Hukum Positif Bank Umum Syariah

Sejak tahun 1992 dengan diundangkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menjadi tonggak lahirnya bank berdasarkan syariah. Sebagaimana disebutkan di dalam Pasal 6 huruf m UU No. 7 Tahun 1992 juncto Pasal 13 huruf c UU No. 10 Tahun 1998 dengan tegas membuka kemungkinan bagi bank untuk melakukan kegiatan berdasarkan prinsip bagi hasil dengan nasabahnya baik untuk Bank Umum maupun BPR Bank Perkreditan Rakyat. Kegiatan pembiayaan bagi hasil tersebut kemudian oleh Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, diperluas menjadi kegiatan apapun dari bank berdasarkan prinsip syariah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Kemudian di dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang telah dirubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, telah memberikan landasan hukum kepada Bank Indonesia untuk menerapkan kebijakan moneter berdasar prinsip syariah, melakukan pengaturan serta pengawasan terhadap perbankan berdasar prinsip syariah. Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1992 tentang Bank Umum sebagaimana tertuang di dalam Pasal 5 ayat 3 bahwa Bank Umum yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil, dalam rancangan anggaran dasar dan rencana kerja harus secara tegas mencantumkan kegiatan usaha bank yang semata-mata berdasarkan prinsip bagi hasil. Kemudian di dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil yang dirubah dengan Peraturan Pemerintah No. 30 30 Tahun 1999, di dalam Pasal 6 ayat 1, bahwa : Bank Umum atau BPR yang kegiatan usahanya semata-mata berdasarkan prinsip bagi hasil, tidak diperkenankan melakukan kegiatan usaha yang tidak berdasarkan prinsip Bagi Hasil. 31

BAB III PEMBAHASAN

A. Bentuk Perjanjian Prinsip Bagi Hasil Bank Syariah Terhadap Nasabahnya.

Bank dalam menjalankan usahanya selalu akan berusaha merekrut sebanyak- banyaknya nasabah yang pada prinsipnya setiap bank memberi harapan akan keuntungan-keuntungan yang diperoleh nasabahnya, sehingga ketika ada tawaran, nasabah menjadi tertarik dan pada akhirnya akan menabung atau meminjam. Bank sebagai perantara antar nasabah untuk menarik dan kemudian menyalurkan dana kepada kepada nasabah peminjam dilakukan dengan perhitungan keuntungan bunga. Salah satu bank yang kini beroperasi di Indonesia adalah bank syariah yang memberi harapan kepada nasabahnya untuk memperoleh keuntungan dari setiap transaksi perbankan. Jika bank-bank umum lainnya memberikan keuntungan kepada nasabah berupa bunga, tetapi bank syariah memberikan keuntungan kepada nasabahnya dalam bentuk perjanjian bagi hasil. Adapun bentuk perjanjian bagi hasil tersebut antara lain perjanjian pembiayaan Al-Mudharabah dan perjanjian pembiayaan Al-Musyarakah 29 :

1. Perjanjian Pembiayaan Al-Mudharabah

Perjanjian Al-Mudharabah yaitu suatu perjanjian pembiayaan antara Bank dengan nasabah, di mana bank menyediakan 100 pembiayaan bagi usaha tertentu 29 Hasil wawancara dengan Ibu Nur Aini Selaku Sekretaris Bank Mandiri Syariah Medan Simpang Kampus USU tanggal 2 Juli 2013