24
Perbedaan itu dapat dilihat dari tabel berikut ini. No
Bunga Bagi Hasil
1 Penentuan bunga dibuat pada waktu
akad dengan asumsi harus selalu untung.
Pcnentuan besarnya rasionisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad
dengan berpedoman
pada kemungkinan untung rugi.
2 Besarnya prosentase berdasarkan
pada jumlah uang modal yang dipinjamkan
Besarnya rasio
bagi hasil
berdasarkan pada
jumlah keuntungan yang diperoleh
3 Pembayaran bunga tetap seperti yang
dijanjikan tanpa
pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh
pihak nasabah untung atau rugi Bagi
hasil bergantung
pada keuntungan proyek yang dijalankan
Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua
belah pihak.
4 Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun
jumlah keuntungan berlipat atau keadaan
ekonomi sedang “booming”. Jumlah pembagian laba meningkat
sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan
5 Eksistensi bunga diragukan kalau
tidak dikecam oleh semua agama, termasuk islam
Tidak ada
yang meragukan
keabsahan bagi hasil
7. Perhitungan Bagi Hasil
Pengumpulan dana yang dilakukan oleh Bank Syariah yang berasal dari para Nasabah, para pemilik modal atau dana titipan dari pihak ketiga perlu dikelola dengan
penuh amanah dan istiqomah, dengan harapan dana tersebut mendatangkan keuntungan yang besar, baik untuk nasabah maupun syariah. Prinsip utama yang
harus dikembangkan bank syariah dalam kaitan dengan manajemen dana adalah
25
bahwa Bank Syariah harus mampu memberikan bagi hasil kepada penyimpan dana, minimal sama dengan atau lebih besar dari suku bunga yang berlaku di bank-bank
konvensional dan mampu menarik bagi hasil dari debitur lebih rendah daripada bunga yang berlaku di bank konvensional.
Bagi hasil Anda = nominal simpanan Anda nominal seluruh simpanan nasabah x porsi bagi hasil x Return bank pada bulan tersebut
Misalnya seluruh simpanan nasabah adalah 100 milyar, simpanan Anda 100 juta. Porsi bagi hasil Anda 60 persen, dan keuntungan bank adalah 10 milyar. Maka bagi
hasil Anda adalah : Bagi hasil Anda
= 100 juta 100 milyar x 60 x 10 milyar = Rp. 600.000,- Bagi hasil yang akan Anda peroleh adalah 600 ribu rupiah. Dipotong pajak 20, net
adalah Rp. 480.000,-.
8. Prinsip-prinsip Bank Syariah
Perbankan Islam memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya. Pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Islam
melarang kaum muslim menarik atau membayar bunga atau riba. Pelarangan inilah yang membedakan sistem perbankan Islam dengan sistem perbankan konvesional.
Riba secara bahasa bermakna: ziyadah tambahan. Dalam pengertian lain, secara linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar. Adapun menurut istilah teknis, riba
berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil.
26
Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik
dalam transaks jual beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam. Larangan riba yang terdapat dalam Al-Qur’an
tidak diturunkan sekaligus, melainkan diturunkan dalam empat tahap
27
: 1 Tahap pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman riba yang pada lahirnya
seolah-olah menolong mereka yang memerlukan sebagai suatu perbuatan mendekati atau taqarrub kepada Allah SWT.
2 Tahap kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang buruk. Allah SWT. mengancam akan memberi balasan yang keras kepada orang Yahudi yang
memakan riba. 3 Tahap ketiga, riba diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang
berlipat ganda. Para ahli tafsir berpendapat bahwa pengambilan bunga dengan tingkat yang cukup tinggi merupakan fenomena yang banyak dipraktikkan
pada masa tersebut. Allah berfirman: 4 Tahap terakhir, Allah SWT. dengan jelas dan tegas mengharamkan apapun
jenis tambahan yang diambil dari pinjaman. Ini adalah ayat terakhir yang diturunkan menyangkut riba.
Prinsip larangan riba ini tidak hanya terdapat pada ajaran Islam, namun juga dapat dilihat pada agama lain. Perjanjian Baru memiliki tiga rujukan mengenai riba,
dan Perjanjian Lama empat rujukan. Tiga rujukan tentang riba dalam Perjanjian Baru Matius 25: 14-30, Lukman 19: 12-27, dan Matius 25: 27. Empat rujukan riba dari
kitab Perjanjian Lama Eksodus 22: 25, Levitikus 25: 35-7, Ulangan 23: 19-20, dan Mazmur 15: 1,5. Di India kuno, hukum yang berdasarkan Weda, kitab suci tertua
agama Hindu, mengutuk riba sebagai sebuah dosa besar dan melarang operasi bunga.
27
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press, Jakarta,
2001, hlm. 37.
27
Dalam agama Yahudi, kitab Taurat bahasa Yahudi untuk Hukum Musa atau Pantateuch, lima kitab Perjanjian Lama melarang riba dikalangan bangsa Yahudi.
Sebagai pengganti sistem bunga, maka bank syariah menerapkan berbagai cara yang bersih dan bebas dari unsur riba yaitu melalui prinsip-prinsip :
1. Wadiah titipan uang, barang dan surat berharga atau deposito. Wadiah ini biasa diterapkan oleh bank Islam dalam operasinya menghimpun dana dari
masyarakat, dengan cara menerima deposito berupa uang, barang dan surat- surat berharga amanat yang wajib dijaga keselamatannya oleh bank Islam.
Bank berhak menggunakan dana yang didepositokan itu tanpa harus membayar imbalannya rentebunga, tetapi bank harus menjamin bisa
mengembalikan dana itu pada waktu depositor memerlukannnya. 2. Mudharabah kerja sama antara pemilik modal dengan pelaksana atas dasar
perjanjian profit and loss sharing. Dengan mudharabah ini, bank Islam dapat memberikan tambahan modal kepada pengusaha untuk perusahaannya dengan
perjanjian bagi hasil dan rugi yang perbandingannya sesuai dengan perjanjian. 3. MusyarakahSyirkah persekutuan. Di bawah kerjasama musrakahsyirkah
ini bank dan pihak pengusaha sama-sama mempunyai andil modal pada usaha patungan joint venture. Karena itu kedua belah pihak berpartisipasi
mengelola usaha patungan ini dan menanggung untung ruginya bersama atas dasar perjanjian profit and loss sharing.
4. Murabahah jual beli barang dengan tambahan harga atau cost plus atau dasar harga pembeliannnya pertama secara jujur.
28
5. Qiradh hasan pinjaman yang baik atau benevolent loan. Bank Islam dapat memberikan pinjamannya tanpa bunga benevolent loan kepada para nasabah
baik, terutama nasabah yang punya deposito di bank Islam itu sebagai salah satu service dan penghargaan bank kepada para deposan, karena deposan tidak
menerima bunga atas depositonya dari bank Islam. 6. Bank Islam juga dapat menggunakan modalnya dan dana yang terkumpul
untuk investasi langsung dalam berbagai bidang usaha yang profitable. Dalam hal ini, bank sendiri yang melakukan manajemennya secara langsung, berbeda
dengan investasi patungan maka menejemennya dilakukan oleh bank bersama patner usahanya dengan perjanjian profit and loss sharing
28
: Dari prinsip-prinsip diatas yang menjadi focus penelitian adalah Pembiayaan
musyarakah dan mudharabah. Sehubungan dengan prinsip syariah pada bank syariah seperti diuraikan diatas, maka terlihat suatu kemajuan yang sangat berarti dari segi
peraturan perundang-undangan di sektor perbankan yang berprinsip syariah. Undang Undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dalam
ketentuan umum pasal 1 angka 12 disebutkan: Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga
yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.
28
Zulkarnain, Pelaksanaan Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syariah, Gema Insani Press Jakarta, 2000,
hlm 29
29
9. Pengaturan Hukum Positif Bank Umum Syariah