Pendampingan Advocation Penerapan Expanded Broker Model yang Dilakukan Pekerja Sosial Saat

menurut manajer kasus keadaan H sudah jauh lebih membaik dari sebelumnya, H sudah bisa atau mampu menerima dirinya sendiri tetapi sedangkan menurut penanggung jawab wisma bahwa H kurang untuk berinteraksi dengan teman-temannya, H hanya berdiam diri saja di dalam wisma tetapi kalau untuk mengikuti kegiatan H aktif untuk ikut kegiatan seperti senam, bermain angklung hanya saja H jarang berinteraksi dengan lingkungannya atau teman-temannya. Sesuai yang dikatakan oleh ibu Dian selaku penanggung jawab wisma: “Itu loh kakek H paling ya ga pernah keluar kamar diem aja dikamar jadi kurang komunikasi sama temen-temennya, ya paling kalo kegiatan kakek H ikut kaya senam, angklung gitu. Kalo kegiatan si tetep ikut tapi untuk komunikasinya itu yang kurang, terus kalo nenek S ya dia sebenernya aktif tapi karena ada halangan sama kakinya jadi dia kadang males buat ikut kegiatan.” 28 Pada tahap pendampingan ini tugas yang dilakukan manajer kasus melakukan evaluasi kepada program yang ada di PSTW. Pengawasan dan pendampingan itu sangat berperan dalam evaluasi. Sesuai dengan yang dikatakan ibu Siti Fathonah, S.Sos: “Kalo dalam evaluasi itu berhasil kita ya laksanakan, kalo tidak ya kita ulang lagi.kalo saya pendampingan termasuk pengawasan juga misalnya gini lansia ini aktif ga ngikutin kegiatan, kenapa sih dia ko seperti ini, kenapa hari ini ikut besok tidak. Pendampingan pengawasan itu jadi satu sayang. Ada pendampingan ya ada pengawasan ga mungkin ada pendampingan tanpa pengawasan. Oh iya ini kenapa kemaren 28 Wawancara Pribadi dengan Ibu Dian, Penanggung Jawab Wisma, PSTW, Jakarta 04 September 2014. ga ikut kegiatan apakah dia sakit, apakah dia males, kalo males alesannya kenapa, kalo sakit ya sakit apa. Nah kalo males misalkan malesnya kenapa, apa ga suka dengan kegiatan ini ya kita alihkan dengan kegiatan yang tepat yang mana. Setiap kegiatan tentunya selalu kita dampingi setiap program, setiap kegiatan WBS pendamping harus ada. Kita mengevaluasi juga kaya ko hari ini ga panggung gembira sih. Monev disini lebih ke program kalo menurut saya, program ini berjalan atau tidak pesertanya banyak atau tidak. Ketika program ini tidak berjalan kita alihkan gitu loh sayang.” 29

6. Pengakhiran Termination

Tahap terminasi adalah tahap akhir dari pemberian pelayanan kepada penerima pelayanan, dalam hal ini penerima layanan adalah lanjut usia yang mengalami permasalahan baik itu pelayanan secara langsung direct service maupun pelayanan tidak langsung indirect service yang disediakan oleh sistem sumber daya lain. Tidak ada persyaratan khusus dalam melakukan terminasi di Panti Sosial Tresna Werdha PSTW. Semua WBS di sini tidak ada terminasi kecuali pelayanan yang diberikan di PSTW tidak sesuai dengan yang dibutuhkan WBS atau mungkin setelah dipindahkan ke panti lain WBS mampu menyesuaikan dirinya. Tetapi selain dari itu WBS di sini berada di PSTW ini untuk selamanya permanen karena semua WBS di sini mau menghabisi serta menikmati masa senjanya di panti. Jadi di PSTW pendampingannya sampai meninggal dunia dan terminasinya kalau WBS meninggal dunia. Karena pada dasarnya terminasi dilakukan berdasarkan pertimbangan dan alasan, 29 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan Manajemen Kasus, PSTW, Jakarta 12 Septmeber 2014. yaitu tujuan individu maupun kelompok telah tercapai, waktu yang ditetapkan telah berakhir, kelompok gagal mencapai tujuan-tujuannya, keberlanjutan kelompok dapat membahayakan satu atau lebih anggota kelompok. 30 Sesuai dengan yang dikatakan ibu Siti Fathonah, S.Sos: “Kita ga ada pengakhiran, pengakhiran ya terminasi sampe meninggal kita melakukan pendampingan sampai akhir hayat tentunya, kalo sudah meninggal yasudah putus hubungan dengan kita, karena mereka kan stak disini permanen disini gitu, meskipun punya keluarga kalo anaknya juga ga mao nerima dan kliennya ga mao ikut keluarganya karna disana terancam jiwanya dia diperlakukan tidak selayaknya orang tua ya mendingan tinggal di pantimeskipun secara ekonomi keluarganya mampu. Jadi banyak faktor kita juga ga bisa mendesak orang oh kamu mampu gini tapi yang kita liat kan si klien nya, apakah tinggal didalem keluarganya lebih bagus atau tidak gitu loh, karena diperlakukan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan lansia. Kebanyakan lansia mau meninggal disini. Kalau seperti ini terminasinya di panti sampai akhir hayat kalau kekeluarga ya terminasinya kembali kekeluarga.” 31 Seperti ke lima WBS tersebut tidak mau kembali lagi kepada keluarganya, WBS mau sampai akhir hayatnya di sini dan mereka mau menikmati sisa hidupnya di panti. Ketika peneliti mewawancarai ke lima WBS ini memang mereka tidak mau untuk kembali kepada kekeluarganya, mereka sudah betah berada di panti dan mau sampai akhir hayat di panti. Maka pengakhiran Termination yang dilakukan oleh manajer kasus terhadap ke lima WBS ini yaitu pengakhiran sampai WBS meninggal dunia dan melakukan pendampingan sampai akhir hayat. 30 Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, Bandung: PT Refika Aditama, 2005, h. 48. 31 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan Manajemen Kasus, PSTW, Jakarta 22 Agustus 2014. Tugas manajer kasus di sini apabila WBS masih memiliki keluarga maka manajer kasus melakukan home visit terlebih dahulu untuk mengetahui tentang keluarga WBS, apakah kondisi WBS akan lebih baik atau tidak ketika dipulangkan. Dan kebanyakan WBS di sni lebih memilih untuk berada di sini sampai meninggal dunia di banding harus kembali kepada keluarganya. Seperti yang dikatakan oleh ibu Siti Fathonah, S.Sos “Ada yang kembali ke keluarga tapi banyak yang meninggal disini karna mereka kan permanen disini yang, jadi hubungan kerja kita putus ketika beliau meninggal dunia. Kalo yang masih puya keluarga kita kan ada kunjungan home visit sayang kita tanya juga RT RW setempat layak juga ga ketika mereka harus kembali ke keluarga, kan harus kita tau lingkungan sosialnya dulu, pendapatan mereka seperti apa gitu loh. Karna meskipun mereka punya keluarga kalau seperti kemarin kita home visit ternyata keluarga ga mampu kasian juga, kita akan lebih menelantarkan mereka, seperti yang ada di undang- undang yang fakir miskin berhak mendapatkan pelayanan secara sah dari pemerintah. Kita harus mengacu kepada undang-undang, itu yang lebih kuat dalam memberikan perlayanan. Sekarang kalo secara ekonomi sosial mereka ga mampu apalagi kalo jiwa lansia itu terancam kita juga lebih kasian karna nanti dalam kehidupannya mereka ga merasa nyaman ada rasa was was itu malah nanti pengaruhnya lebih ke psikis beliau selaen ke fisik pasti ke psikis beliau gitu, karna jadi ga mao makan jadi banyak fikiran jadi ngelamun karna mereka dilingkungan sosial tidak diterima meskipun kondisi ekonomi mampu. Jadi banyak hal atau dampak juga yang dialami lansia itu ketika dipaksakan harus kembali ke anaknya, mereka ga ada komunikasi meskipun secara materi cukup tapi kebutuhan orang itu kan ga hanya makan dan minum, kebutuhan psikis yang lebih dibutuhkan, didengarkan ada yang mendampingi, keluhannya ada solusi yang disampaikan, harus sharing dengan orang-orang yang mau mendengarkan beliau.” 32 32 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan Manajemen Kasus, PSTW, Jakarta 12 Septmeber 2014.