Kronologis Kasus Permasalahan WBS InformanWBS H

PSTW sejak tanggal 09 Mei 2008 rujukan dari PSBL Harapan Sentosa Ceger dengan klasifikasi lansia terlantar Eks Psikotik tenang. 1 InformanWBS B Saat ini B berusia 86 tahun, ayahnya berasal dari Sunda dan ibunya berasal dari Betawi. Orang tua B bercerai dan ayah B menikah lagi dengan wanita lain sehingga B memiliki ibu tiri setelah orang tua B bercerai dan B memiliki ibu tiri maka B merasa dirinya tidak diperhatikan oleh ibu tirinya akhirnya B lebih memilih tinggal di jalanan dibandingkan tinggal di rumah bersama ibu tirinya. B merupakan anak ke dua dari lima bersaudara. B meninggalkan rumah saat berusia 15 tahun dan tinggal serta hidup di jalan. B memiliki tiga anak yang masing-masing 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan, B memiliki anak tanpa pernikahan yang sah secara hukum maupun agama dengan isterinya pada tahun 1950, karena B menikah secara sah maka B menitipkan anaknya kepada tetangganya sewaktu B singgah. B bertahan hidup dengan cara mengamen, mengemis dan menjadi kuli panggul di Pasar Senen, dengan pekerjaan seperti itu klien hanya dapat penghasilan cukup untuk makan, minum dan membeli pakaian. Ketika B sedang mengamen ternyata B terjaring razia oleh SATPOL PP, setelah di razia oleh SATPOL PP akhirnya B memutuskan untuk hidup di dalam panti. B masuk di PSTW pada tahun 1996. 2 1 Wawancara pribadi dengan pekerja sosial yang berperan sebagai manajer kasus PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, 18 Agustus 2014. Wawancara pribadi dengan pekerja sosial yang berperan sebagai manajer kasus PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, 13 November 2014. InformanWBS SM Saat ini SM berusia 74 tahun, SM tidak punya saudara kandung karena SM anak tunggal. SM menikah ketika berumur 13 tahun, SM menikah dengan cara kawin lari tanpa persetujuan keluarganya karena SM dilarang untuk menikah dengan laki-laki yang dipilihnya, tetapi SM tetap saja menikah secara diam-diam tanpa persetujuan orang tua dan keluarga, sampai orang tua tua SM meninggal SM tidak pernah bertemu, mencari bahkan berkomunikasi sekalipun dengan orang tua nya tidak pernah sampai orang tua nya meninggal. SM menikah dengan orang Bandung dari hasil pernikahannya itu SM memiliki 2 orang anak laki-laki. SM tinggal di Bandung dengan suaminya, suaminya bekerja menarik becak dan SM bekerja menjual gorengan. Suami SM meninggal pada usia SM masih sangat muda yaitu 22 tahun. Anak SM menikah pada tahun 2005, SM melarang anaknya untuk menikah dengan suku manapun kecuali dengan orang Jawa Tengah tetapi pada kenyataannya anaknya menikah dengan wanita yang bukan dari Jawa Tengah, SM pun marah karena anaknya tetap menikah dengan wanita yang bukan dari Jawa Tengah dan SM tidak bisa menerima kenyataannya. SM tinggal di Bekasi bersama anak pertama yang sudah menikah, dirumah itu SM tinggal bersama besan nya dalam satu rumah. SM berjualan selama di Bekasi dengan membuka warung, setiap penghasilan dari berjualan itu diberikan kepada kedua anaknya samapai akhirnya usaha dagangannya itu bangkrut karena mertua dari anak SM itu tidak mau membentu bekerja, yang bekerja hanya SM saja. Pada suatu hari anak kedua SM yang tinggal di Jakarta mendapatkan hadiah undian sebesar 20 juta rupiah dan anak pertama SM meminjam uang itu, ketika anak kedua SM menagih hutang kepada anak pertama ternyata anak pertama SM tidak mau membayar hutang kakaknya, sampai akhirnya isteri dari anak pertama SM menjelekan anak kedua SM di depan SM, SM pun marah dan tidak terima anaknya dijelek-jelekan, SM bilang kepada menantunya bahwa bagaimanapun juga baik buruknya itu tetap anaknya SM dan menantunya pun marah membantah SM dengan berucap “kalau mau pergi ya pergi aja”, S pun membalas dengan berucap di depan menantunya dan anaknya “sampai matipun ga akan pernah nginjek rumah ini“. Akhirnya pun SM pergi ke Jakarta dan bekerja sebagai baby bister, SM bekerja sebagai selama 20 tahun, karena SM sudah merasa tidak kuat untuk menjadi baby sister akhirnya SM bekerja di TMII Taman Mini Indonesia Indah sebagai juru masak. SM tinggal sendirian dirumah kontrakannya di daerah Ceger Jakarta Timur. Pada saat itu SM mulai sakit-sakitan dan tetangga SM ada yang memberitahu SM bahwa di dekat sini ada panti, tetangga SM tidak tega karena SM sudah mulai sakit-sakitan dan hidup sendirian dikontrakan. Akhirnya tetangga SM mengurusi semua persyaratan dan surat-surat untuk memasukan SM ke PSTW Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung. SM menjadi WBS di panti sejak tahun 2012. 3 Wawancara pribadi dengan pekerja sosial yang berperan sebagai manajer kasus PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, 13 Agustus 2014. InformanWBS P P lahir di Yogyakarta pada saat ini P berusia 66 tahun, kedua orang tua P sudah meninggal. P berasal dari keluarga yang sederhana dan harmonis, P bersekolah hanya sampai kelas 5 SD akhirnya P memutuskan untuk menikah. P menikah sebanyak 3 kali suami pertama dan keduanya sudah meninggal sedangkan suami ketiganya masih hidup tetapi P tidak mau tinggsl bersamanya karena anak dari suami ketiganya atau anak tiri P tidak menyekukai P karena alasan P itu orang Jawa, anak-anaknya tidak menyukai orang Jawa karena ayah anak-anak itu orang Betawi lalu anaknya tidak menyukai P karena P miskin, akhirnya P lebih memilih tinggal hanya bersama adiknya, P bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga sumber penghasilan disandarkan oleh keponakannya setelah adiknya meninggal. Akhirnya P dipindahkan atau dimasukan ke dalam panti oleh keponakannya karena mereka punya kehidupan masing-masing dan keponakannya itu memiliki kehidupan yang sangat sederhana sehingga tidak mampu untuk mengurusi P. Pada tahun 2012 P masuk dalam ke dalam panti PSTW. 4 InformanWBS ST ST berusia 78 tahun yang merupakan keturunan Jawa, ST lahir di Klaten Jawa Tengah. ST sejak kecil di asuh oleh neneknya kehidpan ST sejak kecil dijalaninya untuk membantu neneknya berdagang di daerah Klaten, Yogyakarta dan 4 Wawancara pribadi dengan pekerja sosial yang berperan sebagai manajer kasus PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, 14 November 2014. sekitarnya. ST tidak pernah merasakan pendidikan sekolah neneknya tidak mengizinkannya karena pada waktu itu belum ada wajib belajar seperti sekarang ini. ST menikah dengan suami yang sangat disayanginya tetapi suami ST sudah meninggal dan menyebabkan ST depresi akibat ditinggal dengan suaminya. Pada tahun 2010 ST menjadi korban letusan gunung merapi, saat tragedi letusan itu ST berhasil menyelamatkan diri namun ST mengalami luka yang mengakibatkan ST berada di PUM setelah keadaan ST sudah membaik kemudian ST di rujuk ke PSTW Budi Mulia 1. ST memiliki dua orang anak yang tinggal di Ciputat dan Tanjung Priuk keduanya sudah menikah, ST tidak mau tinggal bersama anaknya karena takut membebani anaknya dan ST memiliki konflik dengan menantunya sehingga ST merasa tidak nyaman untuk hidup bersama anaknya, ST lebih memilik tingga di panti. Meskipun ST sudah berada di panti tetapi hubungan dengan anaknya baik. Anaknya sesekali menjenguk ST di panti. ST berada di PSTW sejak tahun 2012.

C. Penerapan Expanded Broker Model yang Dilakukan Pekerja Sosial Saat

Melaksanakan Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia Panti Sosial Tresna Werdha PSTW Budi Mulia 1 Sejumlah manajemen kasus di susun dengan beberapa elemen yang diambil dari model program yang berbeda. Pemilihan model ini disesuaikan dengan kebutuhan klien. Adapun menurut Salomon empat model yang sering dipakai manajemen kasus, yaitu Expanded Broker Model, Strength ModelDevelopment Acquaisition Model, RehabilitationModel dan Full Support Model. Tetapi model yang digunakan pekerja sosial dalam manajemen kasus di PSTW ini hanya memakai satu model saja karena model ini sesuai dengan yang digunakan pekerja sosialdalam melaksanakan manajemen kasus yaitu model Expanded Broker Model. Manajer kasus menggunakan Expanded Broker Model karena pekerja sosial juga bertindak sebagai broker yaitu menghubungkan klien dengan agensi atau pelayanan untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan klien spesifik. Pekerja sosial tugasnya lebih menghubungkan klien kepada pelayanan yang dibutuhkan klien atau pekerja sosial menjembatani antara klien dengan pelayanan yang ada di PSTW. Manajer kasus pada model ini berperan sebagai broker ataupun perantara, broker ini adalah salah satu peran dan keterampilan yang dibutuhkan pekerja sosial yang berperan sebagai manajer kasus dalam menangani permasalahan yang terjadi pada WBS yang berada di panti. Seperti yang ada di PSTW manajer kasus menghubungkan WBS dengan segala pelayanan yang dibutuhkan WBS. Selain manajer kasus bekerja sama dengan pihak panti seperti perawat, psikolog, ahli spiritual, penanggung jawab wisma dalam menangani masalah WBS manajer kasus juga bekerja sama dengan pihak luar untuk menangani masalah WBS. Adapun kerja sama yang telah dilakukan oleh PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, dalam rangka pelayanan yang dibutuhkan WBS diantaranya yaitu: a RSKD rumah sakit umum daerah Duren Sawit Satelit dalam hal pasien gangguan jiwa psikotik. Apabila WBS yang mengalami gangguan jiwa atau psikotik tidak dapat membaik berada di dalam panti maka manajer kasus merujuk WBS ke RSKD Duren Sawit Satelit agar WBS bisa mendapatkan pelayanan yang dibutuhkannya di sana. b RSUD Budi Asih dan dalam hal memberikan pelayanan kesehatan pada lansia. Manajer kasus bekerja sama dengan RSUD Budi Asih ini apabila WBS yang di dalam panti mengalami sakit sampai beberapa hari belum membaik, seperti contohnya WBS yang mengalami diare secara terus-menerus maka manajer kasus merujuk WBS ke rumah sakit ini agar WBS mendapatkan perawatan yang baik. Setelah WBS membaik maka WBS dipulangkan kembali ke PSTW. c PUM Panti Usada Mulia dalam bentuk perawatan untuk lansia yang sakit. Di sini manajer kasus sebagai perantara yang menghubungkan WBS dengan PUM apabila WBS mengalami sakit yang harus di rawat atau di rehabilitasi. Seperti contohnya WBS yang jatuh dari tempat tidur dan mengaami patah pada tulangnya maka manajer kasus menghubungkan WBS ke PUM untuk mendapatkan perawatan ataupun di rehabilitasi di sana agar kaki nya bisa membaik. Apabila WBS belum sembuh maka WBS tidak di izinkan kembali ke panti sampai WBS itu sembuh dan memungkinkan untuk kembali ke PSTW. d Dinas pemakaman, yaitu bekerja sama dalam bentuk memberikan fasilitas pemakaman bagi para WBS yang meninggal dunia. Manajer kasus dalam model ini hanya menghubungkan WBS dengan segala yang dibutuhkannya, manajer kasus tidak turun langsung seperti mengantar WBS ke rumah sakit tetapi manajer kasus lebih mencarikan rumah sakit yang kosong untuk merawat WBS tetapi yang mengantar atau membawa WBS ke rumah sakit itu yaitu petugas ataupun perawat yang ada di PSTW. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh ibu Siti Fathonah S.Sos: “Tugas saya disini lebih menghubungkan nenek kakek dengan apa yang dibutuhin beliau, seperti misalnya klien sakit nah di sini saya menghubungkan klien dengan rumah sakit saya menghubungi rumah sakit apakah ada ruangan kosong untuk klien, kalau memang ada saya membuat surat rujukan untuk klien ke rumah sakit baru yang menjalankan dan mengurusi klien itu care giver”.