Pengawasan Monitoring Penerapan Expanded Broker Model yang Dilakukan Pekerja Sosial Saat
Berdasarkan hasil wawancara peneliti selama di PSTW pada tahap ini yaitu manajer kasus mengevaluasi dan memantau jasa pelayanan yang
telah diberikan kepada WBS dan kesesuaian pelaksanaan pelayanan dengan tujuan yang ditetapkan. Selanjutnya adalah berupaya mengetahui
hasil-hasil yang telah di capai. Hal ini sesuai yang dikatakan ibu Siti Fathonah, S.Sos:
“Moneva di sini kita pertama memantau klien kemudian baru ke keluarga ataupun pelayanan yang diberikan kepada klien,
misalkan nenek ini kan mau dipulangkan ke keluarga, faktor dia disini biasanya karena ada masalah dengan keluarga, ketika
sudah kita hubungkan kita pertemukan dengan pihak keluarga ada perubahan ga, baik perilaku, sakit yang dialami, karena apa
yang dilakukan lansia, apa yang dialami lansia itu adalah salah satu faktor banyak faktor itu memikirkan keluarga, jadi
dampaknya kesemua ya fisik ya psikis itu pastinya tentu. Mereka ga bisa tidur, cepet emosi, marah-marah karena ada
benang merah antara anak dengan orang tua. Kita melakukan evaluasi ga ada batasannya, kita lihat sejauh mana perubahan
perilaku, kalo program kegiatan mungkin kita evaluasi 3 bulan 4 bulan tapi ini kan perilaku, perilaku kan ga ada batasnya kalo
kita evaluasi.”
24
Adapun manajer kasus melakukan pengawasan monitoring dalam kasus ke lima WBS yaitu pekerja sosial tidak memaksa klien untuk
kembali kepada keluarga karena banyak faktor mereka tidak mau kembali kepada kekeluarganya seperti masih sakit hati dengan anak dan mantunya,
tidak mau menyusahkan keluarganya, kondisi keluarga yang tidak memungkinkan, tidak mau kembali ke keluarga karena sudah nyaman
tinggal di panti dan ada pula yang mau dipulangkan kepada keluarganya
24
Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan Manajemen Kasus, PSTW, Jakarta 22 Agustus 2014.
tetapi keluarganya belum punya tempat tinggal yang tetap sehingga WBS harus berpindah-pindah hal ini yang tidak memungkinkan untuk WBS
karena usia yang sudah tidak memungkinkan untuk bergerak. Ke lima WBS ini memang mau sampai akhir hayatnya berada di panti, karena
mereka sudah merasa nyaman dan ada yang mengurusinya di panti. Sesuai yang dikatakan oleh ibu Siti Fathonah, S.Sos:
“Setelah kita pertemuakan paling tidak via telfon kaya mak S ada keceriaan artinya gini lebih plong terus sentimennya
berkurang lebih terbuka lagi dengan petugas, merasa bersalah juga karena dulu mengaku ga punya anak, ada perasaan
bersalah dengan diri sendiri terhadap lembaga juga, kenapa punya anak harus ditutup-tutupin, toh panti juga kalo mao
mengembalikan ga menerima keluarganya karena banyak faktor tidak akan kita paksa, tapi intinya keterbukaan ke
lembaga harus ada, mengingat kita tuh umurnya ga panjang, ketika ada apa-apa jangan sampe ada kesalahan dari anak
nuntut kepanti, meskipun selama ini anak ga pernah tau tapi kita kan ga tau pikiran orang kedepan sama seperti apa. Kalau
kakek H sudah bisa menerima kondisinya sudah ada perubahan dari sebelumnya, anak pertamanya sebenernya mau mengurusi
kake H tapi karna dia juga ga punya tempat tinggal tetap jadi kerja sama bosnya tempat tinggalnya juga pindah-pindah, tapi
anaknya udah bisa tenang lega karena tau ayahnya ada di panti tau kondisi keadaan ayahnya, dia baru tau ayahnya di panti
setelah kake H di panti ini, sebelumnya dia ga pernah tau ayahnya dimana.”
25
Pada tahap monitoring ini tugas manajer kasus yaitu dengan mengawasi apakah yang diberikan kepada WBS sesuai atau tidak dari
perencanaan yang telah di buat dan pelaksanaan yang sudah dijalankan oleh WBS. Sesuai dengan yang dikatakan oleh ibu Siti Fathonah, S.Sos:
25
Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan Manajemen Kasus, PSTW, Jakarta 22 Agustus 2014.
“Pengawasan tuh sesuai dengan hasil yang kita raih dari perencanaan intervensi terus pelaksanaan intervensi. Kita lihat
kebutuhan lansia itu sendiri misalkan oh ya dia itu ternyata mengalami gangguan psikotik sudah diberikan obat tetapi tidak
ada perubahan oh berarti harus dikemanakan, oh berarti harus di karantina misalkan, kita konsulkan lagi ke psikolog layak ga
kalo dia di karantina melihat dia udah usia lanjut siap ga kondisi klien juga karena kan berada disini dengan disana
tentunya berbeda disana kan lebih terkurung ga bebas seperti ini, nah itu kita coba dulu.”
26