Pencetakan Pengeringan Pengujian sampel

dreg, 20 grit, Bottom Ash 10 dan 40 pasir begitu seterusnya sampai dengan komposisi 6. Begitu juga semen ditimbang 20 untuk semua sampel .

3.3.5 Pencampuran

Bahan – bahan yang telah ditimbang, dilakukan pencampuran dengan komposisi yang telah divariasikan, kemudian diaduk, dengan tujuan agar bahan yang telah dicampur menjadi merata dengan bahan lain. Setelah bahan ini sudah tercampur rata, ditambahkan air untuk merekatkan bahan supaya saling mengikat. Penambahan air disini sangatlah berpengaruh pada proses pencetakan sampel karena apabila kelebihan air maka akan mengakibatkan kerusakan pada batako tersebut.

3.3.6 Pencetakan

Bahan yang telah dicampur, kemudian dituang kedalam dua bentuk cetakan, yaitu cetakan balok dan silinder. Cetakan balok digunakan untuk pengujian Kuat Patah. Dalam pengujan Kuat Patah sampel yang digunakan sebanyak 3 buah. Sampel berbentuk balok yang sudah dicetak dilihat pada Gambar 3.6 . Gambar 3.6. Sampel Berbentuk Balok Cetakan silinder dengan diameter 5 cm digunakan pada pengujian penyerapan air, densitas, kekerasan dan kuat tekan, dimana masing – masing pengujian digunakan 3 buah sampel. Contoh sampel dalam bentuk silinder dapat dilihat pada Gambar 3.7. Universitas Sumatera Utara Gambar. 3.7. Sampel Berbentuk Silinder

3.3.7 Pengeringan

Sampel yang telah dicetak, dikeringkan pada suhu ruangan 27 o C dan terhindar dari sinar matahari secara langsung untuk menghindari penguapan yang relatif cepat, atau dengan kata lain mengurangi kecepatan penguapan sehingga mencegah keretakan pada sampel. Pengeringan sampel dilakukan selama 28 hari, Gambar 3.8. Gambar 3.8 Pengeringan sampel selama 28 hari

3.3.8 Pengujian sampel

Setelah pengeringan sample selama 28 hari dilakukan pengujian fisis dan mekanik antara lain : Densitas, Penyerapan air, Kekerasan, Kuat tekan, Kuat patah.

3.3.8.1 Pengujian Penyerapan Air

Uji penyerapan air dilakukan untuk mengetahui persen penyerapan air dari benda uji setelah direndam selama 1 hari 24 Jam. Uji penyerapan air menggunakan sampel berbentuk silinder. Pengujian dilakukan setelah batako dikeringkan selama 28 Universitas Sumatera Utara hari. Jumlah batako yang diuji terdiri dari : 3 buah batako dengan 5 dreg dan 15 grit, 3 buah batako dengan campuran 10 dreg dan 20 grit, 3 buah batako dengan campuran 15 dreg dan 25 grit, 3 buah batako dengan campuran 20 dreg dan 30 grit, 3 buah batako dengan campuran 25 dreg dan 35 grit dan 3 buah batako dengan campuran 30 dreg dan 40 grit dengan masing – masing komposisi menggunakan Bottom Ash sebanyak 10 . Pengujiannya dilakukan dengan menimbang massanya yang merupakan massa kering dan kemudian direndam selama 24 jam lalu ditimbang setelah perendaman massa basahnya dengan menggunakan neraca analitis. Kemudian dihitung daya serap airnya dengan menggunakan persamaan 2.1. Besar kecilnya penyerapan air oleh batako sangat dipengaruhi oleh pori-pori atau rongga yang terdapat pada batako tersebut. Semakin banyak pori-pori yang terkandung dalam batako maka akan semakin besar pula penyerapan air sehingga ketahanannya akan berkurang.

3.3.8.2 Pengujian Densitas

Densitas adalah perbandingan massa setiap satuan volume benda. Pengukuran densitas dilakukan menggunakan sampel bentuk silinder dengan membandingkan massa sampel dan volume sampel. Pengujian dilakukan setelah batako dikeringkan selama 28 hari. jumlah batako yang diuji terdiri dari : 3 buah batako dengan 5 dreg dan 15 grit, 3 buah batako dengan campuran 10 dreg dan 20 grit, 3 buah batako dengan campuran 15 dreg dan 25 grit, 3 buah batako dengan campuran 20 dreg dan 30 grit, 3 buah batako dengan campuran 25 dreg dan 35 grit dan 3 buah batako dengan campuran 30 dreg dan 40 grit dan masing- masing dari setiap komposisi menggunakan 10 bottom ash. Pengujiannya dilakukan dengan menimbang massa benda kering dengan neraca analitis dan mengukur volume sampel dengan mengukur diameter dan tebal sampel menggunakan jangka sorong, lalu dihitung densitasnya dengan menggunakan persamaan 2.2. Universitas Sumatera Utara

3.3.8.3 Pengujian Kuat Tekan

Pengujian kuat tekan batako dilakukan untuk mengetahui kuat tekan hancur sampel yang diuji. Pengujian dilakukan setelah batako dikeringkan selama 28 hari. Jumlah batako yang diuji terdiri dari : 3 buah batako dengan 5 dreg dan 15 grit, 3 buah batako dengan campuran 10 dreg dan 20 grit, 3 buah batako dengan campuran 15 dreg dan 25 grit, 3 buah batako dengan campuran 20 dreg dan 30 grit, 3 buah batako dengan campuran 25 dreg dan 35 grit dan 3 buah batako dengan campuran 30 dreg dan 40 grit dan masing-masing kompsisi ditambahkan 10 Bottom ash. Gambar 3.9 Pengujian Tekan Cara pengujiannya, yaitu: 1. Sampel yang akan diuji diukur diameternya d. 2. Sampel diletakkan di atas bentangan penumpu dan tepat berada di tengah di bawah penekan. 3. Jarum penunjuk pada alat UTM tersebut diatur sehingga menunjukkan angka nol. 4. Alat dihidupkan, kemudian setelah sampel hancur, dicatat angka yang ditunjukkan pada alat sebagai nilai P. Kemudian dihitung kuat tekannya dengan menggunakan persamaan 2.3.

3.3.8.4 Pengujian Kekerasan

Kekerasan dapat juga didefinisikan sebagai ketahanan bahan terhadap penetrasi pada permukaan. Pengujian kekerasan menggunakan sampel berbentuk Universitas Sumatera Utara silinder. Pengujian dilakukan setelah batako dikeringkan selama 28 hari. Jumlah batako yang diuji terdiri dari : 3 buah batako 5 dreg dan 15 grit, 3 buah batako dengan campuran 10 dreg dan 20 grit, 3 buah batako dengan campuran 15 dreg dan 25 grit, 3 buah batako dengan campuran 20 dreg dan 30 grit, 3 buah batako dengan campuran 25 dreg dan 35 grit dan 3 buah bata dengan campuran 30 dreg dan 40 grit dan 10 bottom ash. Pengujian kekerasan dilakukan dengan menggunakan alat digital Equotip Hardness Tester, di mana hasil dapat langsung dibaca dan diperoleh dalam satuan HB Hardness of Brinnel. Masing-masing sampel diukur sampai tiga kali dan diambil rata-ratanya. Kekerasan menyatakan ketahanan suatu bahan. Pengukuran dilakukan seperti gambar 3.10. Gambar 3.10 Pengujian Kekerasan Cara pengujiannya, yaitu: Pengukuran kekerasan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Brinell, dimana hasil pengujian langsung tertera dimonitor alat, dalam satuan BH Brinell Hardness.

3.3.8.5 Pengujian Kuat Patah Bending Strength

Kuat Patah adalah suatu kriteria penting untuk mengetahui keuletan suatu bahan. Pengujian kuat Patah menggunakan sampel berbentuk balok. Pengujian dilakukan setelah bata dikeringkan selama 28 hari. Jumlah batako yang diuji terdiri dari: 3 buah batako dengan 5 dreg dan 15 grit, 3 buah batako dengan campuran 10 dreg dan 20 grit, 3 buah batako dengan campuran 15 dreg dan 25 grit, 3 buah batako dengan campuran 20 dreg dan 30 grit, 3 buah batako dengan campuran 25 dreg dan 35 grit dan 3 buah batako dengan campuran 30 dreg dan 40 grit dan bottom ash 10 . Universitas Sumatera Utara Gambar 3.11 Pengujian Kuat patah Pengujian patah menggunakan Pengujian Patah fracture strength test Gambar 3.10. Pengujian patah bertujuan untuk mengetahui besarnya kuat patah dari batako yang telah dibuat, maka perlu dilakukan pengujian standar. Alat yang digunakan untuk menguji kuat patah adalah Universal Testing Mechine UTM. Model cetakan serta dimensi benda uji untuk kuat patah benda berbentuk balok, dan foto pengujian kuat tekan dengan menggunakan Universal Testing Mechine UTM diperlihatkan pada Lampiran Kemudian dihitung nilai kuat patahnya dengan menggunakan persamaan 2.4.

3.4. Variabel