Pengujian Penyerapan Air Water Absorption Pengujian Densitas Density

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengujian Penyerapan Air Water Absorption

Dari hasil data Tabel 4.1 diperoleh grafik seperti pada gambar di bawah ini : Gambar 4.1 Grafik penyerapan air pada batako terhadap komposisi Bahan Dari data penelitian pengujian penyerapan air dapat dilihat pada Tabel 4.1 dengan dibuat grafik yang menggambarkan hubungan penyerapan air dengan komposisi bahan batako. Sumbu y pada grafik menyatakan penyerapan air dalam persen dan sumbu x menyatakan komposisi bahan batako, dengan kata lain Kp 1, Kp 2, Kp 3, Kp 4, Kp 5, dan Kp 6. unsur Limbah padat industri pulp pada Kp 1 lebih kecil dari Kp2, Kp3, Kp4, Kp5 dan Kp6 dan unsur pasir pada Kp1 lebih besar dari Kp2, Kp3, Kp4, Kp5, dan Kp6 sementara bottom ash dan semen merupakan unsur yang tetap. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa persentase limbah padat industri pul dreg dan grit dengan campuran bottom ash berbanding lurus dengan penyerapan air batako, semakin bertambah persentase limbah padat industri pulp dreg dan grit maka penyerapan air dari batako semakin meningkat. Hal tersebut dikarenakan Limbah padat industri pulp memiliki massa yang lebih ringan dari pasir sehingga kerapatan akan semakin kecil dan pori-pori semakin meningkat. Maka air dapat Universitas Sumatera Utara dengan mudah terserap dan mengisi pori-pori tersebut. Pengujian penyerapan air ini dilakukan setelah batako mengalami masa pengeringan selama 28 hari. Nilai serapan air batako untuk variasi komposisi 20, 30, 40, 50, dan 60 limbah padat industri pulp dari berturut-turut adalah 9,09 , 10,3, 11,5, 11,6, 14,6, dan 15,2. Sedangkan Batako Konvensional 10,2 . Disini dapat diambil kesimpulan bahwa batako yang memanfaatkan Limbah padat industri pulp dengan bahan campuran bottom ash dapat dipakai sebagai pengganti batako normal, pada Kp 1 dan Kp 2 yaitu 9,09 dan 10, 3 layak untuk dipakai.

4.2.2 Pengujian Densitas Density

Dari hasil data Tabel 4.2 diperoleh grafik seperti pada gambar di bawah ini : Gambar 4.2 Grafik Densitas pada batako terhadap komposisi Bahan Dari data penelitian Pengujian Densitas dapat dilihat pada Tabel 4.2 dengan dibuat grafik yang menggambarkan hubungan densitas dengan komposisi bahan batako. Sumbu y pada grafik menyatakan densitas dalam persen dan sumbu x menyatakan komposisi bahan batako, dengan kata lain Kp 1, Kp 2 , Kp 3, Kp 4, Kp 5, dan Kp 6. Unsur Limbah padat industri pulp pada Kp 1 lebih kecil dari Kp2, Kp3, Kp4, Kp5 dan Kp6 dan unsur pasir pada Kp1 lebih besar dari Kp2, Kp3, Kp4, Kp5, dan Kp6 sementara bottom ash dan semen merupakan unsur yang tetap. Sehingga dari grafik dapat dilihat bahwa Densitas Limbah padat industri pulp dreg dan grit lebih kecil dari density pasir oleh karena itu jika semakin banyak Universitas Sumatera Utara pemakaian Limbah padat industry pulp dan semakin sedikit pemakaian pasir maka densitas pemakaian sampel batako akan semakin kecil atau berbanding terbalik dengan penyerapan air. Hal ini disebabkan Semakin bertambahnya Limbah padat industri pulp maka densitas semakin menurun karena Limbah padat industri tersebut lebih ringan dari pada pasir, Sehingga massa batako semakin kecil dengan persentase Limbah padat industri pulp yang semakin besar. Densitas batako yang paling besar terjadi pada Kp1, karena pada komposisi ini unsur Limbah padat pulp lebih kecil dan unsur pasir yang lebih besar dibandingkan dengan komposisi lainnya. Besar komposisi bahan densitas berturut-turut adalah : 1,93grcm 3 , 1,92 grcm 3 , 1,86 grcm 3 , 1,81 grcm 3 , 1,77 grcm 3 , 1,73 grcm 3 , 1,58 grcm 3 .Sedangkan Batako Konvensional didapat 1,82 grcm 3 . 4.2.3 Pengujian Kuat tekan Compressive test Dari hasil data Tabel 4.3 diperoleh grafik seperti pada gambar di bawah ini : Gambar 4.3 Grafik Kuat tekan pada batako terhadap komposisi Bahan Dari data penelitian Pengujian Kuat tekan dapat dilihat pada Tabel 4.3 dengan dibuat grafik yang menggambarkan hubungan pengujian kuat tekan compressive test dengan komposisi bahan batako. Sumbu y pada grafik menyatakan densitas compressive test dalam persen dan sumbu x menyatakan Komposisi bahan batako, dengan kata lain Kp 1, Kp 2 , Kp 3, Kp 4, Kp 5, dan Kp 6. Unsur Limbah padat pulp pada Kp 1 lebih kecil dari Kp2, Kp3, Kp4, Kp5 dan Kp6 dan unsur pasir Universitas Sumatera Utara pada Kp1 lebih besar dari Kp2, Kp3, Kp4, Kp5, dan Kp6 sementara bottom ash dan semen merupakan unsur yang tetap. Sehingga dari grafik diatas dapat dilihat bahwa Pertambahan ckomposisi campuran Limbah padat industri pulp dreg dan grit berbanding terbalik dengan kuat tekan batako. Semakin bertambah persentase Limbah padat industri pulp maka kuat tekan semakin menurun. Hal tersebut disebabkan karena Limbah padat industri pulp memiliki massa yang lebih ringan sehingga densitas menurun dan pori-pori batako akan semakin meningkat. Karena meningkatnya pori-pori maka penyerapan air semakin besar dan adhesi dalam batako tersebut semakin kecil sehingga kuat tekan batako menurun. Pengujian Kuat tekan dilakukan setelah batako mengalami masa pengeringan 28 hari. Kuat tekan batako untuk variasi campuran 20 - 70 secara berurutan adalah : 16,58 MPa, 15,5 MPa, 14,98 MPa, 14,28 MPa, 13,58 MPa, 12,58 Mpa. Sedangkan Batako Konvensional didapat 13,30 MPa.

4.2.4 Pengujian Kekerasan Violence