anak biasanya digunakan untuk keperluan anak sendiri. Meskipun anak memberikan sebagian uangnya kepada orangtua mereka, hal ini lebih bersifat
sukarela dan tidak memiliki dampak buruk terhadap anak apabila tidak memberi sebagian uangnya kepada orangtua atau keluarga mereka.
D. Faktor Eksternal
Kenakalan anak jalanan yang sering terjadi di dalam masyarakat bukanlah suatu keadaan yang berdiri sendiri. Kenakalan anak jalanan tersebut timbul karena
adanya beberapa sebab. Perbuatan tersebut menimbulkan keresahan sosial sehingga mengganggu stabilitas lingkungan sekitarnya. Faktor eksternal atau
faktor eksogen adalah semua pengaruh luar yang menimbulkan tingkah laku tertentu pada anak. Kelakuan anak jalanan yang melawan norma sosial dan
bertentangan dengan kaidah hukum yang berlaku dapat disebabkan beberapa
faktor dari luar diri anak tersebut yaitu:
1. Faktor Keluarga
Keluarga adalah lembaga pertama dan utama dalam melaksanakan proses sosialisasi pribadi anak. Baik buruknya struktur keluarga memberikan dampak
baik atau buruknya perkembangan jiwa dan jasmani anak. Keluarga juga menjadi tolak ukur menilai kepribadian dan keberadaan anak di luar lingkungan keluarga.
Di dalam keluarga, seorang anak belajar memegang peranan sebagai seorang makhluk sosial yang memiliki norma-norma dan kecakapan tertentu di dalam
pergaulannya dengan masyarakat lingkungannya. Keluarga yang baik adalah tempat pendidikan yang baik bagi anak. Masalah pembentukan kepribadian
Universitas Sumatera Utara
seseorang anak erat hubungannya dengan pengertian yang dimiliki oleh kedua orang tuanya tentang makna hidup berkeluarga, terutama dalam hal pendidikan
bagi anak. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku anak oleh keluarga:
a. Rumah tangga yang berantakan dan dipenuhi konflik yang serius membuat
keharmonisan menjadi pecah. Anak menjadi sangat bingung dan merasakan ketidakpuasan emosional serta batin anak menjadi sangat tertekan, sangat
menderita, merasa malu akibat ulah orang tua mereka. Kemudian banyak konflik yang dilakukan anak karena ingin melampiaskan kemarahan dan
agresifitasnya keluar. Mereka menjadi nakal, urakan, berandalan dan tidak mau mengenal lagi aturan dan norma sosial, bertingkah laku semau sendiri,
membuat onar di jalanan dan suka berkelahi. b.
Perlindungan yang berlebihan dari orang tua membuat anak selalu bergantung pada bantuan orang tua, merasa cemas dan bimbang ragu dan kepercayaan
dirinya tidak berkembang karena terlalu dimanjakan. Anak akan merasa lemah, patah semangat, takut secara berlebihan dan tidak berani berbuat
sesuatu jika tanpa bantuan orang tuanya. Sebagai akibatnya, ada kalanya anak melakukan identifikasi total terhadap kelompoknya dan secara tidak sadar
melakukan tindakan ‘ugal-ugalan’ serta suka berkelahi untuk menyembunyikan kekerdilan hati dalam kondisi batin putus-asa.
c. Penolakan dari orang tua membuat timbulnya kekalutan jiwa pada diri anak.
Anak mengalami ketegangan batin, konflik yang terbuka maupun tertutup dan kecemasan. Semua pengaruh buruk akan sangat menghambat perkembangan
Universitas Sumatera Utara
jiwa-raga anak. Anak tidak pernah merasakan kasih sayang, perhatian dan perlindungan orang tua. Akibatnya, anak akan melakukan semuanya sesuai
keinginannya sendiri sebagai bentuk kekesalan hati mereka bahkan ada di antara mereka yang melakukan usaha bunuh diri.
d. Pengaruh buruk dari orang tua bisa memberikan pengaruh menular kepada
anak. Orang tua yang melakukan tindak kriminal senang berjudi, sering mabuk-mabukan, korupsi, bertingkah sewenang-wenang dan sebagainya akan
membuat anak menjadi ikut-ikutan perilaku orang tuanya. Anak secara otomatis dan tidak sadar akan menerima dan menyalurkan kebiasan dan
tingkah laku buruk orang tua kepada orang yang ada di dekatnya. Sehingga anak menjadi sewenang-wenang, agresif, suka menggunakan kekerasan dan
perkelahian sebagai senjata penyelesaian.
30
2. Faktor Sekolah
Sekolah adalah tempat anak mendapatkan pendidikan nasional secara formal dengan kesungguhannya melaksanakan tugas untuk mewujudkan tujuan
pendidikan. Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bertanggung jawab dan sehat secara jasmani serta rohani. Pendidikan nasional juga harus mampu
menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta pada tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu
30
Ibid., hal.120
Universitas Sumatera Utara
dikembangkan iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri sendiri serta sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif.
Dalam konteks ini sekolah merupakan tempat pendidikan yang kedua setelah lingkungan keluarga bagi anak. Dalam masa di sekolah pada umumnya
anak akan berinteraksi dengan sesamanya. Interaksi yang dilakukan di sekolah sering menimbulkan akibat sampingan yang negatif bagi perkembangan mental
sehingga anak melakukan kenakalan. Anak-anak yang memasuki sekolah tidak semua berwatak baik dan ada yang berasal dari keluarga yang kurang
memperhatikan kepentingan anak dalam belajar yang kerap kali berpengaruh pada teman yang lain. Sesuai dengan keadaan seperti ini sekolah sebagai tempat
pendidikan anak-anak dapat menjadi sumber konflik-konflik psikologis yang pada prinsipnya memudahkan anak menjadi nakal.
Dewasa ini sering terjadi perlakuan guru yang tidak adil, hukumansanksi yang kurang menunjang tercapainya tujuan pendidikan, ancaman yang tiada
putus-putusnya disertai disiplin yang terlalu ketat membuat ketidakharmonisan antara guru dan anak didik. Proses pendidikan yang kurang menguntungkan bagi
perkembangan jiwa anak kerap kali memberi pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap anak di sekolah sehingga dapat menimbulkan kenakalan
anak.
31
3. Faktor Masyarakat
Masyarakat adalah keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya tersusun dari berbagai sistem dan sub sistem salah satunya adalah
31
Sudarsono, Op.Cit., hal. 130
Universitas Sumatera Utara
keluarga. Lingkungan masyarakat tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan anak. Anak sebagai anggota masyarakat selalu
mendapat pengaruh dari keadaan lingkungan masyarakat baik secara langsung dan tidak langsung. Lingkungan masyarakat adakalanya dihuni oleh orang dewasa
serta anak muda kriminal dan anti-sosial, yang bisa merangsang timbulnya reaksi emosional buruk pada anak puber yang masih labil jiwanya. Dengan begitu anak
akan mudah terpengaruh oleh pola kriminal, asusila dan anti-sosial yang dilakukan oleh lingkungan sekitarnya. Pola hidup dan kebiasaan oleh kelompok
orang dewasa kriminal banyak ditirukan oleh anak muda berandalan, baik yang masih bersekolah maupun yang putus sekolah.
32
Pada dasarnya kondisi ekonomi global memiliki hubungan yang erat dengan timbulnya kenakalan anak. Di dalam kehidupan sosial adanya kekayaan
dan kemiskinan mengakibatkan bahaya besar bagi jiwa anak sebab akan mempengaruhi keadaan jiwa anak. Dalam kenyataannya ada sebagian anak miskin
yang memiliki perasaan rendah diri dalam masyarakat sehingga anak tersebut melakukan perbuatan melawan hukum terhadap hak milik orang lain dan biasanya
hasil perbuatan tersebut mereka gunakan untuk bersenang-senang. Era globalisasi membawa nilai baru ke dalam kehidupan masyarakat kita
berupa kebebasan, pergeseran nilai-nilai moral dan semakin kompleksnya tantangan kehidupan. Adanya perubahan nilai-nilai global yang negatif akan
mempengaruhi tingkah laku anak sehingga dapat menyebabkan anak melakukan kenakalan dan turun ke jalanan.
32
Kartini Kartono, Op.Cit., hal. 128
Universitas Sumatera Utara
Persoalan anak jalanan memang sangat serius mengingat bahwa masalah anak jalanan merupakan masalah kota yang harus ditangani bersamaan dengan
masalah sosial lainnya.
33
Apa yang menyebabkan anak turun ke jalanan? Kepingin bebas, bosan di rumah, nambah-nambah pergaulan, nambah uang jajan
34
33
Sudarsono, Op.Cit., hal. 134
Kapan pertama kali anak turun ke jalanan? Sewaktu SD umur 8 tahun sesudah putus sekolah. Siapa yang
mengajak anak turun ke jalanan? Yang mengajak adalah mama dengan alasan cari uang biar ada untuk dimakan, dan lama-kelaman menjadi nyaman menjadi anak
jalanan, dan ikut-ikutan teman. Sudah berapa lama anak hidup di jalanan? Jawab : Dari mulai kecil, 9 tahun sudah hidup dijalan dan di terminal Apakah anak jalanan
tersebut masih menjalani pendidikan formal? Tidak sekolah lagi, kelas 2 SD sudah putus sekolah. Karena faktor tidak ada uang keluarga. Dan apabila
disekolahkan saya tidak mau lagi, karena sudah lebih enak hidup dijalan. Bagaimana respon orang tua terhadap kelakuan anak yang turun ke jalanan?
Tidak marah dan biasa saja. Selama di jalanan, apa saja yang dilakukan anak tersebut? Nyapu angkot, cuci angkot, dan saya tidak mengelem, saya orang baik-
baik bang, hanya nasib kehidupan saya aja yang tidak baik. Apakah ada hasil yang didapatkan dari kegiatan di jalanan dan jika ada diberikan kepada siapa? Hasil
yang didapat uang. Pendapatan tergantung tidak menentu Rp 2000- 3000Angkot. Kalau ditotal Rp 40.000hari kadang-kadang lebih. Uang yang
didapat dari hasil nyapu diangkot sebagian diberikan kepada mama dan sisanya saya habiskan diluar.
34
Wawancara dengan Erik Sihaloho anak ke 2 dari 3 bersaudara penyapu angkot, tanggal 1 September 2013
Universitas Sumatera Utara
Bagaimana pandangan masyarakat sekitar tentang kehidupan anak jalanan? Tidak marah tidur didepan rumahnya, asal tidak membuat onar. Dan
merasa aman-aman saja karena rumahnya dijaga. Apabila sudah bekerja menyapu angkot tidak dikasi uang oleh supir angkot apa tindakan kalian lakukan ?
Memandanginya berharap dikasi uang, apabila sudah beberapa kali dibersihkan angkotnya dan tidak diberi uang maka saya memakinya dan terkadang
mengempesin ban angkotnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB III UPAYA PENANGGULANGAN TERHADAP KENAKALAN