Jenis Tindak Tutur Tindak Perlokusi Perlocutionary Act

something. Tuturan kalimat, misalnya awas ada anjing gila. Kalimat ini biasanya ditemui di pintu pagar rumah atau di bagian depan rumah pemilik anjing tidak hanya berfungsi untuk membawa imformasi, tetapi untuk memberi peringatan. Akan tetapi, bila ditujukan kepada pencuri, tuturan itu mungkin pula diutarakan untuk menakut-nakuti.

c. Tindak Perlokusi Perlocutionary Act

Tindak perlokusi adalah tindak menumbuhkan pengaruh effect kepada mitra tutur. Tindak tutur ini dapat disebut dengan the act of affecting someone. Tuturan tanganku gatal, misalnya dapat digunakan untuk menumbuhkan pengaruh effect rasa takut kepada mitra tutur. Rasa takut itu muncul, misalnya karena yang menuturkan tuturan itu berprofesi sebagai tukang pukul yang pada kesehariannya sangat erat kegiataan memukul dan melukai orang lain.

2.3.2. Jenis Tindak Tutur

Para linguis seperti Austin 1962, Leech 1981; 1993, Levison 1983, Kempson 1984, dan Wijana 1996 memperbaharui anggapan bahwa kontruksi deklaratif hanya bisa melahirkan makna berita atau imformasi; konstruksi imperatif melahirkan makna perintah, dan kontruksi introgratif melahirkan makna bertanya. Menurut mereka, pengkarakterisasian kontruksi seperti itu berbeda degan fakta yang ada di lapangan. Banyak fakta yang membuktikan bahwa kontruksi deklaratif melahirkan ilokusi makna perintah dan bertanya. Berdasarkan fenomena di atas, Wijana 1996: 29-36 yang dijadikan acuan dasar dalam kajian jenis tindak tutur yang menggunakan umpasa dalam Universitas Sumatera Utara rapat adat marhata sinamot pada masyarakat Batak Toba memberikan dikhotomi jenis tindak tutur menjadi delapan, yaitu 1 tindak tutur langsung, 2 tindak tutur literal, 3 tindak tutur literal, 4 tindak tutur tidak literal, 5 tindak tutur langsung literal, 6 tindak tutur langsung tidak literal, 7 tindak tutur tidak langsung literal, dan 8 tindak tutur tidak langsung tidak literal.

1. Tindak Tutur Langsung

Sebuah kalimat yang membangun tuturan dapat dikatakan berupa tindak tutur langsung direct speech act, apabila kalimat yang membangun suatu tuturan tersebut secara konvensi sintaksis memiliki kesesuaian dengan modus kalimatnya, seperti modus “deklaratif” untuk memberitakan sesuatu, modus “ intrerogatif” untuk bertanya, sedangkan modus “imperatif” untuk perintah. Wijana 1996: 29 memberi beberapa contoh tindak tutur langsung seperti pada kontruksi berikut. 2-4a + Kamu tinggal di mana? - Di Bantul. 2-4b Rumah Ali yang ada di puncak, temboknya baru dicat. Tuturan 2-4a yang disampaikan dengan modus interogatif berfungsi untuk menanyakan sesuatu tanpa pretisi untuk membujuk atau menyuruh lawan tuturnya. Hal ini terdapat pula pada tuturan 2-4b yang cenderung berfungsi untuk menginformasikan sesuatu tanpa ada pretisi untuk mempengaruhi lawan tutur. Tuturan 2-4a, dan 2-4b di atas dikategorikan sebagai tindak tutur langsung, karena adanya kesetaraan dan kesesuaian modus tipe kalimat dengan Universitas Sumatera Utara