Hubungan antara status gizi IMT dengan Kapasitas Vital Paru KVP

Hal tersebut terdapat pada tabel 5.9 dimana ada sebagian besar pekerja yang tidak merokok tetapi mengalami restriksi, disini terbukti bahwa asap rokok dapat membahyakan kesehatan, meskipun ada beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan restriksi. Menurut Harrington 2003 fungsi paru dapat berubah akibat sejumlah faktor non pekerjaan misalnya usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, dan kebiasaan merokok dll. Untuk menghindari restriksi KVP sebaiknya para pekerja yang merokok, agar tidak merokok karena asap rokoknya juga memberikan efek negatif untuk dirinya dan bagi pekerja yang tidak merokok.

5. Hubungan antara status gizi IMT dengan Kapasitas Vital Paru KVP

Berat badan yang kurang ideal baik itu kurang ataupun kelebihan dapat menimbulkan kerugian. Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa usia 18 tahun ke atas merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Berdasarkan hasil pada tabel 5.2 didapatkan bahwa jumlah pekerja yang tidak gemuk lebih banyak jika dibandingkan dengan pekerja yang gemuk. Dari hasil analisis bivariat pada tabel 5.6 didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi IMT dengan KVP. Peneliti berasumsi bahwa hal ini terjadi karena pengaruh faktor lain yaitu kebiasaan merokok. Menurut Suyono 2001 merokok lebih merendahkan kapasitas vital paru dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat kerja, pernyataan ini didukung oleh hasil tabulasi silang antara pekerja yang tidak gemuk memiliki kebiasaan merokok dengan KVP didapatkan hasil sebagian besar pekerja yang tidak gemuk memiliki kebiasaan merokok mengalami restriksi KVP. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh: Dian Rawar Prasetyo 106101003313 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H2010 M Hal in tidak sejalan dengan pendapat Nyoman 2001 yang menyatakan bahwa status gizi seseorang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru. Orang kurus tinggi biasanya memiliki kapasitasnya lebih dari orang gemuk pendek dan status gizi yang berlebihan dengan adanya timbunan lemak dapat menurunkan compliance dinding dada dan paru sehingga ventilasi paru akan terganggu akibatnya kapasitas vital paru akan menurun. Jika dilihat dari hasil uji statistik, diketahui nilai OR=1,75 artinya pekerja gemuk memiliki peluang 1,75 kali lebih besar untuk mengalami restriksi dibanding dengan pekerja yang tidak gemuk. Untuk penelitian selanjutnya diharapakan kalibrasi pada timbangan injak setiap kali melakukan pengukuran berat badan, sehingga tidak terjadi bias pada hasil pengukuran. 6. Hubungan antara riwayat penyakit dengan Kapasitas Vital Paru KVP Dari hasil uji statistik yang ada pada tabel 5.6 diketahui bahwa seluruh pekerja tidak memiliki riwayat penyakit, atau data yang ada bersifat homogen sehingga tidak dapat dilakukan analisis lebih lanjut. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat yang di utarakan oleh Ganong 2002 bahwa kondisi kesehatan dapat mempengaruhi kapasitas vital paru seseorang. Kekuatan otot-otot pernapasan dapat berkurang akibat sakit. Hal tersebut terjadi karena pekerja belum ada yang pernah melakukan check up ke dokter sehingga tidak pernah ada diagnosis dokter apakah para pekerja memiliki riwayat penyakit khususnya penyakit pernapasan. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya, agar melakukan pemeriksaan kesehatan dengan diagnosis petugas kesehatan untuk mengetahui riwayat penyakit atau dapat menanyakan gejala-gejala penyakit yang dapat mempengaruhi KVP. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh: Dian Rawar Prasetyo 106101003313 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H2010 M

7. Hubungan antara masa kerja dengan Kapasitas Vital Paru KVP