BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Data Penentuan Bobot Jenis Minyak Kayu Putih
No. m
m
1
m
2
Bobot Jenis
1. 29,5246 gr
53,3371 gr 51,5037 gr
0,923 2.
28,6211 gr 52,3324 gr
50,4118 gr 0,919
Bobot jenis rata-rata 0,921
a. Penentuan indeks bias
Indeks bias pada minyak kayu putih adalah 1,457. b.
Penentuan kelarutan dalam etanol Kelarutan dalam etanol pada minyak kayu putih adalah 1 : 2 jernih.
c. Penentuan putaran optik
Putaran optik pada minyak kayu putih adalah - 4 .
4.2 Pembahasan
Dari hasil yang didapat bahwa parameter yang dilakukan pada minyak kayu putih seperti bobot jenis rata-ratanya 0.921, indeks biasnya 1.457, kelarutan
dalam etanol adalah 1 : 2 jernih dan putaran optiknya - 4 . Parameter uji yang
dilakukan sesuai dengan SNI 06-3954-2006 untuk pengujian minyak kayu putih
.
Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Penentuan bobot jenis menggunakan alat
piknometer. Bobot jenis minyak atsiri umumnya berkisar antara 0,800-1,180 Sastrohamidjojo, 2004.
Syarat mutu penentuan bobot jenis minyak kayu putih sesuai SNI 06- 3954-2006 adalah 0,900-0,930 Badan Standarisasi Nasional, 2006.
Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara dengan kecepatan cahaya didalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks
bias minyak atsiri berhubungan erat dengan komponen - komponen yang tersusun dalam minyak atsiri yang dihasilkan. Sama halnya dengan berat jenis dimana
komponen penyusun minyak atsiri dapat mempengaruhi nilai indeks biasnya Ditjen POM, 1984.
Syarat mutu penentuan indeks bias minyak kayu putih sesuai SNI 06- 3954-2006 adalah 1,450-1,470 Badan Standarisasi Nasional, 2006.
Kelarutan dalam alkohol merupakan nilai perbandingan banyaknya minyak atsiri yang larut sempurna dengan pelarut alkohol. Setiap minyak atsiri
mempunyai nilai kelarutan dalam alkohol yang spesifik, sehingga sifat ini bisa digunakan untuk menentukan suatu kemurnian minyak atsiri. Minyak atsiri
banyak yang mudah larut dalam etanol dan jarang yang larut dalam air, sehingga kelarutannya mudah diketahui dengan menggunakan etanol pada berbagai tingkat
konsentrasi. Untuk menentukan kelarutan minyak atsiri juga tergantung pada kecepatan daya larut dan kualitas minyak atsiri tersebut. Kelarutan minyak juga
dapat berubah karena lamanya penyimpanan. Hal ini disebabkan karena proses polimerisasi menurunkan daya kelarutan, sehingga untuk melarutkannya
diperlukan konsentrasi etanol yang tinggi Sastrohamidjojo, 2004.