Tokoh aku, dinilai sebagai tokoh utama, karena ia yang paling banyak muncul dalam berbagai peristiwa pada cerita ini. Tidak
hanya itu tokoh Aku, memiliki sifat yang baik dan peduli terhadap sesama, terutama kepada Pemuda tersebut. ketika ia membawa kue
untuk pertemuan klub Firasat, membawakan kue dan sup untuk pemuda beserta keluarganya dan juga anjingnya si Brindil. Hal
tersebut tidak muncul dalam film, dalam film hanya digambarkan ketika klub merayakan hari jadi yang ke-2, Senja membuatkan
tumpeng untuk klub tersebut. hal ini dapat dilihat pada gambar berikut,
Proses ekranisasi pada cerpen ini tidak banyak terjadi penambahan dan penciutan terhadap tokoh Aku, namun perubahan
bervariasi terjadi pada penggunaan nama tokoh, pengarang menggunakan tokoh Aku di dalam cerpen, sedangkan di film tokoh
ini berubah dangan nama sebagai tokoh Senja.
2. Pemuda
Pemuda ini digambarkan sebagai sosok yang dewasa dan peduli kepada orang banyak. Sebagai pendiri klub Firasat ia pun
menjadi dihormati dan disegani, berbagai masukan yang ia berikan semakin menunjukkan pola pikir yang dewasa dan menerima
segala hal yang harus dihadapi. Hal ini pengarang tunjukkan melalui dialog antar tokoh pada cerpen. Hal ini dapat dilihat pada
kutipan berikut, “Ia berdiri di depan pintu dan menyalami satu persatu
anggota yang
datang. Mereka
semua otomatis
menundukkan kepala sedikit, seperti murid ketemu guru. Bukannya mereka penjilat dan bukannya ia gila hormat,
tapi begitulah refleks yang timbul saat berhadapan dengannya.” Rectoverso: 107
“Bagaimana, kita bisa tahu sesuatu itu firasat atau bukan?” “Kamu harus cek ke dalam” ia meletakkan jari di dadanya.
“dan cek keluar, pesan yang sama biasanya datang berulang. Lewat suara hati, atau gejala alam. Dan biarpun
pikiran kamu ingin menyangkal, seluruh sel tubuh kamu
seperti sudah tahu.” “kamu hanya perlu menerima. Ketika belum terjadi, terima
firasatnya. Ketika sudah terjadi, terima kejadiannya” Rectoverso: 111
Di film Rectoverso, tokoh ini mengalami perubahan bervariasi dari segi nama tokoh, tokoh ini bernama Panca. Panca
digambarkan tidak terlalu jauh berbeda dengan apa yang ada di dalam cerpen, sosok pemimpin di dalam klub, sosok yang dewasa
dengan segala masukannya kepada anggota klub, dan sosok yang menyimpan perasaan kepada Senja.Tokoh Pemuda masuk ke
dalam tokoh penghalang, karena ia merupakan tokoh yang tidak mendukung tokoh Aku, sehingga bertentangan dengan tokoh Aku.
Dapat dilihat pada gambar berikut,
3. Ibu
Tokoh Ibu merupakan tokoh yang penyayang dan penyabar, dalam cerpen tokoh Ibu digambarkan sebagai sosok yang paling
mengerti dan menjadi penenang bagi tokoh Aku, ketika tokoh Aku mendapat firasat buruk Ibunya yang selalu menenangkannya, hal
ini terjadi karena sosok Ibu ingin menjaga anaknya sebaik mungkin, karena pada cerpen diceritakan bahwa adik dan ayahnya
telah meninggal karena kecelakaan. Film Rectoverso pun menggambarkan sosok Ibu tidak terlalu jauh dengan apa yang ada
di dalam cerpen, sosok Ibu yang penyayang dan peduli kepada
anaknya. Ketika Senja mulai mendapat firasat-firasat buruk, Ibunya lah yang menenangkannya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan dan
gambar berikut, “belum pernah Ibu melihat kamu sebegini setia pada
sesuatu. Sebetulnya apa yang kamu cari disana? Setahun kamu ikut klub itu dan cuma ingin jadi pendengar?”
Rectoverso:105
“Nak, kamu kenapa? Ada apa?” Ibu memelukku kuat-kuat sambil berusaha menenangkan tubuhku yang berguncang
karena menggigil. Kami berdua basah kuyup, tapi ia tahu gemetarku bukan karena dingin. Ia tahu, otot-ototku
mengunci seperti orang kejang karena aku menahan
sesuatu.” Rectoverso:105
Tokoh tambahan berikutnya ialah tokoh orang tua tetangga dari pemuda tersebut, yang mereka sebut sebagai Bapak dan Ibu. Dari
cerpen, dapat dilihat, bapak dan Ibu merupakan tokoh yang ramah dan kekeluargaan. Walau belum mengenal tokoh Aku, Bapak dan
Ibu sudah mengundangnya untuk berkunjung ke rumahnya. Mereka berbincang bersama di rumah Bapak dan Ibu. Dapat dilihat
pada kutipan berikut, “kami menghabiskan waktu seharian di rumah Bapak-Ibu,
ditemani celotehan ayam kate yang tidak henti-hentinya minta dihujani remah kue, sampai aku menyadari bahwa