Latar Tempat, Waktu, Sosial
mereka menegaskan akan menikah dan meninggalkan kosan Bunda. Latar ini berfungsi untuk menegaskan bahwa memang ada hubungan
special dan kedekatan yang serius antara Hans dan Lea. Ditambah lagi dengan latar ketika mereka berada di dalam mobil, dan adegan itu
menunjukkan kedekatan mereka, ketika Hans mencium bibir Lea. Dapat dilihat pada gambar berikut,
Selain penambahan ada pula penciutan yang terjadi pada latar di dalam cerpen yaitu pada cerpen diceritakan bahwa Bunda mengalami
perawatan selama beberapa bulan di rumah sakit, dan juga Bunda pergi ke pasar untuk berbelanja, saat itulah Abang hilang mencari
sabunnya yang dicuri salah satu anak indekos. Latar tempat pada cerpen Cecak di Dinding banyak terjadi
peristiwa pada rumah sahabat si pelukis namun latar-latar lain juga digambarkan pada cerpen ini. Awal cerita, latar yang digambarkan
berada di tempat si pelukis hal ini ditunjukkan dengan adanya sebuah dus yang telah lama ditunggu si pelukis kini tiba di depan pintu depan
rumah si Pelukis, dapat dilihat pada kutipan berikut, “Dus karton yang sudah ditunggu tiga minggu lamanya tiba
juga di depan pintu. Lelaki itu mendesah, lebih mirip ekspresi gugup ketimbang puas.” Rectoverso: 94.
Latar berikutnya adalah tempat yang paling banyak terjadi peristiwa yaitu rumah sahabat si Pelukis dan calon istrinya. Latar ini merupakan
tempat yang mempertemukan kembali si Pelukis dengan Perempuan yang ia kagumi sekaligus calon istri dari sahabatnya. Pelukis datang
ke rumah sahabatnya untuk memenuhi janjinya kepada sahabatnya untuk memberikan hadiah. Dapat dilihat pada kutipan berikut,
“Kedatangannya disambut hangat oleh dua orang yang senantiasa berpelukan mesra, bahkan saaat menerima tamu
di pintu” Rectoverso: 95 Rumah sahabat si Pelukis bukanlah tempat kali pertama ia bertemu
dengan Perempuan itu, ia bertemu dengan Perempuan tersebut di sebuah pameran tunggal, sahabatnya yang memperkenalkannya pada
Perempuan tersebut, sekaligus memperkenalkannya sebagai pacarnya. Seketika pelukis itu pun patah hati ketika mengetahui Perempuan
yang telah membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama telah dimiliki sahabatnya. Dapat dilihat pada kutipan berikut,
“Suatu hari saat pameran tunggal berlangsung sahabatnya memperkenalkan
seorang Perempuan
yang konon
mengagumi lukisannya mati-matian. Jatuh cinta pada pandangan pertama, kedua, dan seterusnya sampai mati
” Rectoverso:96-97
Latar berikutnya yang menjadi sorot cerita adalah sebuah ruangan luas yang akan dijadikan studio lukis di dalam rumah Sahabatnya.
Ruangan ini terdapat empat buah bidang dinding polos yang nantinya akan di lukis oleh si Pelukis sebagai hadiah pernikahan bagi mempelai
wanita. Latar ini juga menonjolkan kegelisahan perasaan si Pelukis yang digambarkan dengan pernyataan bahwa ia ingin hari itu cepat
terlewat dan mereka semua cepat lupa. Dapat dilihat pada kutipan berikut,
“Untung ia segera tersadar, mengalihkan pandangan sambil menduga-duga apakah tatapannya tadi tertangkap oleh
sahabatnya. Sungguh ia ingin hari ini cepat lewat dan
mereka semua cepat lupa.” Rectoverso: 96 “Lelaki itu lalu diantar ke sebuah ruangan luas tanpa
furniture dengan keempat bidang dinding yang masih bersih polos. Sebuah studio yang khusus dipersembahkan
sahabatnya untuk sang calon istri yang hobi melukis” Rectoverso: 96
Latar di dalam studio lukis ini pun menjadi bagian penting dalam cerpen ini, karena di dalam studio lukis itu dapat diketahui bahwa si
pelukis mampu mengungkapkan segala yang ia rasa kepada si Perempuan baik secara tersirat maunpun tersurat. Ia mampu
mengungkapkan perasaanya melalui lukisan yang ia tuangkan sehingga rasa bahagia yang muncul pun tidak dapat ia sembunyikan.
Dapat dilihat pada kutipan berikut, “Dalam studio itu akhirnya ia mengetahui apa yang ia
inginkan, bahagia dengan satu kejujuran. Kemudian, berserah dalam ketidak berdayaan. Ia bahkan tidur sambil
tersenyum” Tidak hanya itu, di dalam studio itu pun menjadi akhir dari cerpen ini.
Ketika si Perempuan datang mengendap-endap untuk melihat hasil lukisan si pelukis, yang nyatanya ia tidak melihat apa-apa di dalam
ruangan itu. Barulah ketika lampu ruangan dimatikan oleh si Pelukis, ia mampu melihat ratusan cecak menempel di dinding ruangan
tersebut. di dalam studio itu pula si Pelukis akhirnya mampu menyampaikan pesan hatinya kepada Perempuan yang ia kagumi,
hingga Perempuan tersebut hanya mampu berdiri dalam tidakjub, lalu pelukis itu pun pergi meninggalkan Perempuan itu. Dapat dilihat pada
kutipan berikut, “lampu di studio masih menyala benderang. Perempuan itu
melongok, memutar lehernya ke berbagai arah untuk meninjau dinding yang seharusnya sudah jadi lukisan
spektidak
uler.” Rectoverso:98 “Terdengar bunyi sakelar lampu dimatikan. Studio itu
sontidak gelap
gulita. Ratusan
cecak berpendar
menyelimuti empat bidang dinding dan langit- langit.”
Rectoverso:98 “Tubuh mereka melekat, lengan mereka saling mengikat,
dan ke telinga Perempuan itu dibisikkanlah satu kalimat, kutitipka
n mereka untuk menjaga kamu… mengagumi kamu.
” Rectoverso:99 Cerpen Cecak di Dinding juga mengalami penambahan dan perubahan
bervariasi, seperti pada cerpen awal pertemuan mereka ialah berlatar di sebuah galeri lukisan, sedangkan pada film pertemuan pertama dan
kedua antara Taja dan Saras ialah di sebuah café, Saras mengajak Taja berkenalan lalu mereka memadu kasih di sebuah tangga café. Esok
harinya mereka secara tidak sengaja bertemu kembali di sebuah café kopi hingga malam hari, barulah mereka pergi ke rumah Taja, dan
kembali memadu kasih di kamar Taja. Dapat dilihat pada gambar berikut,
Selain penambahan pada cerpen ini terdapat pula penciutan latar setelah mengalami proses pemekranisasian. Salah satunya ialah pada
cerpen diceritakan bahwa Pelukis atau tokoh Taja datang ke rumah Sahabatnya untuk melukis tembok studio lukis di rumahnya untuk
dipersembahkan sebagai hadiah perkawinan bagi istrinya, namun pada film latar studio lukis tersebut tidak dimunculkan, tetapi digantikan
oleh kamar tidur sahabatnya yang menjadi tempat untuk Taja lukis. Dapat dilihat pada gambar berikut,
Latar tempat pada cerpen Firasat, banyak muncul pada lokasi pertemuan klub firasat, dan juga di rumah Perempuan. Di dalam cerita
awal cerpen ini dIbuka dengan pemaparan tentang perkumpulan klub firasat, namun cerita dimulai dengan latar yaitu di rumah Perempuan
di dekat meja makan. Latar ini menggambarkan kejadian ketika Perempuan dan Ibunya tengah membicarakan tentang kegiatan
Perempuan di dalam klub tersebut. Perempuan sudah hampir setahun mengikuti klub tersebut, dan di dekat meja makan itu Perempuan
menyiapkan kue untuk seluruh anggota klub. Dapat dilihat pada kutipan berikut,
“Ibu, yang sedang menyiapkan meja untuk makan malam melirikku yang sedang menyusun potongan kue ke dalam
dus. Hari ini pas setahun aku gabung di sana. Aku ingin bawa kue untuk konsumsi. Hitung-
hitung merayakan.” Rectoverso:105
Latar yang terjadi di rumah Perempuan tidak hanya itu, yaitu kejadian di kamarnya, ketika ia merasa sangat bahagia bahwa pemuda pendiri
klub firasat tersebut mengajaknya untuk mengunjungi rumah Bapak Ibunya yang sudah pemuda itu anggap orang tuanya. Perempuan itu
merasa bahagia karena ia diundang sendiri, khusus untuk dirinya oleh pemuda tersebut.latar di rumah Perempuan itu juga tempat terkuaknya
mengapa Perempuan itu rutin mendatangi pertemuan klub itu tanpa alpa, ketika pemuda itu datang menjemputnya ke rumah dan bertemu
Ibu Perempuan itu. Dapat dilihat pada kutipan berikut, “Aku memeluk Ibuku lama tadi pagi, dan memeluk
bantalku lebih lama lagi sejak semalam. Sesuatu harus kulakukan untuk menyalurkan beludak kegembiraan ini.
Untuk
kali pertama
aku akan
berkunjung ke
rumahnya…”Rectoverso:109 “Ia datang menjemputku ke rumah. Ibuku pun seketika
tahu, apa yang selama ini memotivasi anak Perempuannya datang seminggu sekali tanpa alpa ke sebuah klub aneh
bernama firasat.” Rectoverso:110 Tidak hanya kejadian bahagia yang terjadi pada latar di rumah si
Perempuan, namun rasa gelisah, kesedihan, serta kebigungan juga terjadi. Ketika si Perempuan mendapat firasat yang tidak baik tentang
pemuda itu. kejadian-kejadian aneh yang Perempuan rasa, tentunya juga berkaitan dengan firasatnya. Selain itu juga kejadian ketika hujan
turun dengan derasnya ditengah kemarau membuat Perempuan itu semakin bingung tidak percaya. Seluruh emosinya pun luruh dan
digambarkan ketika Perempuan itu berada di rumahnya. Kesedihan yang mendalam ketika ia mengetahui dan bercerita pada Ibunya
bahwa ia tidak dapat menahan kepergian pemuda itu entah sampai
kapan. Hingga latar tepi jalan yang menjadi puncak kesedihannya. Dapat dilihat pada kutipan berikut,
“Seminggu ini aku merasa berada di tubuh yang salah. Ini bukan diriku yang ingin kukenal. Hari ini aku melihat
wajahnya di banyak wajah, dan aku ingin bertanya kepada Ibuku, bisakah membayangkan rasanya bangun pagi dan
bertransformasi dari manusia tumpul menjadi anjing
pelacak yang terlampau peka?” Rectoverso:113 “sesuatu seperti mendorongku jatuh. Aku terbangun dengan
keringat dingin dan jantung berdebar kencang. Kucengkram ujung sarung bantal, meringkuk hingga lututku menyentuh
dada. Sorot matahari masih menembus tirai jendela, pertanda hari belum malam. Aku tidak tahu berapa lama
aku tertidur, tapi tidur siang ini rasanya berlangsung berhari-
hari.” Rectoverso:118 “Langit menghitam dan rinai turun berjuntai-juntai, dan ku
terus berlari, menuju sesuatu yang tidak kutahu. Mulai panic dan hilanga arah, langkahku berhenti di tepi jalan.
Desakan ini terlalu kuat sekaligus melumpuhkan” Rectoverso:120
Selain itu latar lain yang digambarkan yaitu tempat pertemuan Perempuan dengan si pemuda, yaitu perkumpulan klub firasat yang berpindah-pindah.
Di tempat ini merupakan awal si Perempuan bertemu dengan pemuda,, kedekatan mereka pun terlihat di latar ini, hingga awal munculnya firasat
dan kesedihan si Perempuan tergambar selama di klub firasat, dapat dilihat pada kutipan berikut.
“Lokasi pertemuan mereka berpindah-pindah, tapi modelnya tetap sama, dua puluhan orang berkumpul
membentuk lingkaran, kadang duduk di kursi kadang lesehan, lalu satu orang bercerita dan yang lain
mendengarkan.” Rectoverso:104 “Aku mengetahuinya sejak kami berjumpa pertama kali.
Aku mengetahui aku akan jatuh hati. Aku merasakannya sejak ia mendekat. Aku merasa kami akan menjalin dan
mengikat.” Rectoverso:106 “Aku memasuki ruang pertemuan dengan hati remuk. Otot-
ototku mengunci seperti orang mau disuntik jarum gajah. Dua jam aku berdian di pojok, berjuang, melawan diriku
sendiri.” Rectoverso:114 Latar berikutnya adalah di rumah Bapak Ibu tetangga si pemuda dan juga
rumah si pemuda. Pertama kalinya Perempuan itu diundang untuk bertemu
bapak dan Ibu si Pemuda yang sudah ia anggap seperti orang tuanya. Rasa bahagia sekaligus kesedihan bermunculan silih berganti di hati dan hari-
hari si Perempuan. Latar ini menjadi bagian awal munculnya firasat buruk si Perempuan, ketika si Pemuda berencana pulang kerumah orang tuanya
di luar pulau. Dapat dilihat pada kutipan berikut, “Kami menghabiskan waktu seharian di rumah Bapak dan
Ibu, ditemani celotehan ayam kate yang tidak henti- hentinya minta dihujani remah kue.” Rectoverso:110
“Baru menjelang sore kami kembali ke rumahnya.” Rectoverso:110
“Sambil menyiapkan sup tulang untuk makan malam Brindil, ia berkata, kemungkinan saya tidak ada di saat
perayaan klub. Ternyatasaya harus pergi. ” Rectoverso:110
“Sesuatu tiba-tiba melonjak dari dalam. Aku sampai terduduk tegak. Pergi ke mana?, ke tempat orang tua saya.
Sudah lama saya tidak pulang. Aku tahu orang tuanya tidak tinggal di pulau
ini.” Rectoverso:111 Cerpen Firasat ketika mengalami proses ekranisasi terdapat beberapa
penambahan, penciutan serta perubahan bervariasi. Awal cerita pada film Rectoverso, latar yang digambarkan ialah tokoh Senja yang
tengah mengendarai sepeda di jalan dan dikelilingi banyak pohon, padahal pada cerpen tidak diceritakan pembukaan cerpen ketika Senja
mengendarai sepedanya di jalan. Dapat dilihat pada gambar berikut,
Berikutnya ialah ada latar ketika pemuda tersebut berada di dalam tidaksi, bagian ini menceritakan ketika si Pemuda akan berangkat
pergi meninggalkan Senja untuk kerumah orang tuanya yang berada di pulau berbeda. Di cerpen tidak dijelaskan secara rinci bagaimana
kepergian Panca ketika meninggalkan Senja. Dapat dilihat pada gambar berikut,
Selain penambahan, pada cerita ini mengalami proses penciutan pada bagian, Panca yang hendak mengajak Senja untuk berkunjung ke
rumah Bapak dan Ibunya tetangga dekatnya, namun hal ini tidak nampak pada film, cerita itu diubah menjadi Panca mengajak Senja
kesesuatu tempat untuk berjalan-jalan yaitu kesebuah pinggir danau, tempat ini pula yang menjadikan moment terakhir Senja dapat duduk
bersama Panca. Dapat dilihat pada gambar berikut,
Cerpen berikutnya adalah Curhat Buat Sahabat. Latar tempat yang digunakan pada cerpen Curhat Buat Sahabat adalah sebuah
restoran, rumah si Gadis, dan rumah si Pemuda. Latar pada cerita ini lebih banyak muncul pada sebuah restoran tempat Gadis tersebut dan
pemuda bertemu untuk sekedar saling bercerita. Dapat dilihat pada kutipan berikut ini,
“Restoran ini terakhir kamu pilih saat ulang tahun hari jadi jatuh cintamu ke-
1, empat tahun lalu.” Rectoverso: 4 Selain itu ada hal lain yang menegaskan bahwa latar pertemuan
mereka memang terjadi di sebuah restoran, yaitu adanya sebotol muscat, minuman sejenis anggur yang usia enam tahun yang terbalur
di dalam es di atas sebuah meja. Tidak semua tempat makan atau restoran menyediakan minuman anggur yang tergolong dalam
kategori cukup mahal. Dapat dilihat pada kutipan berikut,
“Sebotol muscat yang terbalur dalam kepingan es diantarkan ke meja. Dudukku langsung tegak. Jangan-
jangan malam ini memang betulan penting.” Rectoverso:4 “Sebotol mahal anggur putih ada di depanmu, tapi kau tidak
pernah tahu. Kamu terus menanti. S egelas air putih.”
Rectoverso:9 Selain itu di dalam restoran tersebut pula digambarkan adanya alunan
piano yang menjadi pelengkap di dalam restoran tersebut. dapat terlihat bahwa restoran yang dimaksud bukanlah gaya restoran cepat
saji maupun restoran yang biasa dijadikan tempat berkumpul anak- anak muda, restoran ini bisa saja masuk ke dalam golongan restoran
yang bergaya romantis dan menenangkan. Si gadis dapat bercerita banyak hal dan mencurahkan seluruh perasaannya, tentang
kekecewaannya terhadap seseorang, dengan bercucuran air mata. Tentang keyakinannya untuk berubah menjadi lebih baik dan
seseorang yang baru, semua itu dapat ia ceritakan tanpa perlu memperdulikan orng lain karena situasi restoran yang pastinya tidak
ramai. Selain itu latar lain yang muncul adalah ketika si Gadis bercerita ketika ia sedang sakit di rumahnya, dan ia membutuhkan
seseorang untuk menemani dan mengantarkan obat serta segelas air putih untuknya. Dapat dilihat pada kutipan berikut,
“Ia minta dibelikan obat flu karena stok di rumahnya habis. Ia lalu minta dibawakan segelas air, yang hangat. Aku
menungguinya sampai ia ketiduran.” Rectoverso:7 Latar terakhir yang muncul adalah latar rumah di Pemuda, ketika ia
mengingat kala itu ia hendak berangkat ke rumah Gadis tersebut karena saat itu ia mendapatkan telepon pada pukul setengah dua belas
malam dari si Gadis membutuhkannya untuk membawakan obat ketika ia tengah sakit. Dapat dilihat pada kutipan berikut,
“Aku ingat malam itu. Hujan menggelontor sampai dahan- dahan pohon tua di jalanan rumahku rontok seperti daun
kering.” Rectoverso: 7
Akhir cerita pun ditutup dengan semangat gadis tersebut dan keyakinannya ketika di dalam restoran bahwa pasti ada seseorang
yang sayang dan tulus menemaninya ketika ia susah dan ketika ia senang. Cerpen Curhat Buat Sahabat setelah mengalami proses
ekranisasi juga mendapat beberapa penambahan dan perubahan bervariasi pada latar, namun penambahan dan perubahan bervariasi ini
tidak terlalu signifikan. Penambahan latar terjadi yaitu pada tempat fotocopy Regi, pada cerpen tidak diceritakan bagaimana aktivitas
Regi. Latar ini ditambahkan sebagai tempat pertemuan Amanda ketika ia ingin bercerita kepada Regi, dan juga sebagai latar ketika Amanda
mengingat kisah cintanya waktu mengenalkan Regi kepada pacar- pacar terdahulunya. Dapat dilihat pada gambar berikut,
Selain itu, ada penambahan latar yaitu ketika berada di restoran, Regi yang kala itu tengah sakit, tidak kuat menahan rasa mualnya sehingga
ia muntah di dalam toilet. Hal ini tidak diceritakan di dalam cerpen, karena saat itu tokoh sahabat laki-laki hanya meminta air putih kepada
pelayan. Selanjutnya ialah ada satu perubahan bervariasi yang terjadi, pada restoran tersebut, terdapat alunan piano yang mengalun
sepanjang perbincangan mereka, namun pada film di dalam restoran tersebut tidak nampak piano. Perubahan yang terjadi ialah tokoh
Amanda, memberikan suara emasnya kepada Regi, di sebuah panggung kecil di dalam studio, dapat dilihat pada gambar berikut,
Cerpen berikutnya ialah Hanya Isyarat di sebuah bar, di sisi lain sebuah bar, meja tempat mengobrol, trotoar jalan, panggung bar, dan
sebuah negeri orang merupakan latar yang muncul pada cerpen ini. Peristiwa pada cerpen ini lebih banyak tergambarkan ketika para
tokoh berada di dalam sebuah bar, mereka saling bercerita dan bertukar kisah. Awal cerita di mulai dengan penggambaran latar di bar
tersebut, dapat dilihat pada kutipan berikut, “Tempat ini didesain dengan penerangan buruk, remang
yang malah tidak romantis, namun hanya tempat ini yang masih buka. HIburan yang tersedia adalah tayangan
pertandingan sepak bola dini hari dari televise 14 inci dan kumandang lagu disko era satu dekade silam serta kelap-
kelip bohlam warna-warni yang sebaiknya jangan dilihat lebih dari satu menit karena membua
t mata sakit.” Rectoverso:46
Dapat dilihat bar yang dimaksud bukanlah jenis bar yang menyediakan aneka minuman mahal dan fasilitas kelas atas, bar ini
masuk ke dalam jenis bar yang cocok bagi anak muda kelas menengah ke bawah. Minuman yang disediakna pun sebatas bir biasa bukan
anggur putih yang berusia tahunan. Mereka saling berbincang di sebuah meja di bar yang telah disediakan. Tokoh yang terdiri tiga
orang laki-laki dan si tokoh aku sebagai satu-satunya Perempuan. Tokoh aku tidak berada di dalam satu meja yang sama dengan para
laki-laki itu. Ia memilih menjadi latar di dekat meja bar, sehingga ia dapat memperhatikan sosok yang selama ini ia kagumi dan selalu
menjadi tujuannya untuk bertahan. Sampai akhirnya salah satu dari lelaki itu menarik salah satu bangku untuk mengajaknya bergabung di
meja mereka. Dapat dilihat pada kutipan berikut, “Satu diantara mereka menghampiri meja bar, meminta
lampu warna-warni itu dimatikan. Rupanya mereka tidak lagi
tahan. Cuma
aku yang tidak terganggu.” Rectoverso:47
“Sebuah kursi didekatkan ke meja mereka, dan dia mempersilakan aku duduk. Dia, yang paling kucari. Tapi
tidak dalam jarak seperti ini. Kursi kami yang berdempetan membuat tempurung kami
bersinggungan.” Rectoverso:47
“Kami sedang melakukan satu permainan, bertukar cerita paling sedih, lalu temannya menambahkan, yang terpilih
jadi juara akan mendapatkan ini. Sebuah botol bir yang
masih utuh digeser ke pusat meja” Rectoverso:48 Selanjutnya, adalah latar ketika si tokoh aku mengingat ketika ia
besama dengan laki-laki yang ia kagumi dan kawannya yang lain, ketika ia berjalan di trotoar, ketika ia memperhatikan siluet punggung
laki-laki tersebut yang menghadap panggung sebuah bar. Ia pun teringat tentang sahabatnya yang tinggal di negeri orang, dan ia mulai
menceritakan kisah paling menyedihkannya, akan cintanya yang tidak kan bisa ia miliki. Dapat dilihat pada kutipan berikut,
“Aku mulai berkisah, tentang satu sahabatku yang lahir di negeri orang, lalu menjalani kehidupan keluarga imigran
yang sederhana.” Rectoverso:51 “Sahabat saya itu adalah orang yang berbahagia. Ia
menikmati punggung ayam tanpa tahu ada bagian lain. Saya adalah orang yang paling bersedih, karena saya
mengetahui apa yang tidak sanggup saya miliki” Rectoverso:52
Cerpen Hanya Isyarat tidak mengalami banyak perubahan ketika mengalami proses ekranisasi, cerpen ini hanya mendapat beberapa
penambahan latar yaitu latar ketika tokoh aku berada di dalam pesawat, ketika ia hendak berangkat untuk bertemu dengan sahabat-
sahabatnya yang tergabung dalam sebuah milis, padahal pada cerpen cerita dIbuka dengan penggambaran latar di sebuah café pinggiran.
Selain itu, pada film juga ditambahkan latar ketika mereka berlima berada di sebuah pantai untuk menikmati lIburan mereka, sehingga
penggambaran café yang dimaksud dalam cerita diletakkan di sekitar pinggir pantai. Hal ini terjadi, agar penonton dapat memahami tujuan
mereka berlima bertemu yaitu untuk menikmati liburan dan berpetualang bersama, karena mereka tergabung dalam sebuah milis
yang sama. Dapat dilihat pada gambar berikut,
1.b Latar waktu
Latar waktu pada cerpen Malaikat juga Tahu adalah malam Minggu. Malam minggu adalah latar waktu pada saat Bunda dan Perempuan
itu bersama menikmati kebersamaan. Latar tersebut terlihat pada
kutipan sebagai berikut.
“Laki-laki dan Perempuan itu terbaring di atas rumput, menatap bintang yang bersembulan dari carikan awan
kelabu. Saat yang paling tepat untuk bermalam minggu di
pekarangan” Rectoverso: 14. Malam minggu juga merupakan waktu disaat Bunda mulai marah dan
mengamuk karena si Perempuan itu tidak datang menemui si Bunda. Malam minggu yang tadinya adalah malam yang indah
bagi Bunda karena ada si Perempuan itu, namun setelah Perempuan itu pergi meninggalkan Bunda, malam minggu di rumah
Bunda menjadi malam minggu yang mengerikan karena yang terdengar adalah suara barang-barang yang diberantaki oleh
Bunda. Suasana malam minggu yang mencekam tersebut dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut.
“Semua anak kos kini menyingkir jika malam minggu tiba. Mereka tidak tahan mendengar suara lolongan, barang-
barang yang diberantidaki, dan seseorang yang hilir mudik gelisah mengucap satu nama seperti mantra. Menanyakan
keberadaannya” Rectoverso: 20. Selain malam Minggu, latar waktu yang digunakan adalah jadwal hari
yang berkaitan dengan rutinitas yang dilakukan Bunda. Memangkas rumput setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Mencuci baju putih
setiap Senin, baju warna gelap hari Rabu, baju warna sedang hari Jumat. Menjerang air panas setiap hari pukul enam pagi untuk semua
penghuni rumah. Menghitung koleksi sabun mandinya yang bermerk sama dan berjumlah genap seratus, setiap pagi dan sore. Setiap pagi
Bunda membangunkan seisi rumah dengan ketukannya di pintu dan secerek air panas untuk mandi. Setiap Lebaran adalah waktu saat
Bunda memasak layaknya katering pernikahan karena banyak mulut yang sudah tergila-gila pada masakan Bunda.
Latar waktu pada cerpen Malaikat juga Tahu, tidak banyak mengalami perubahan. Beberapa latar waktu yang tergambar sesuai
dengan apa yang digambarkan di dalam cerpen, hanya sedikit penambahan dan penciutan. Penambahan yang terjadi ialah waktu
pagi hari ketika Lea ingin berangkat untuk pergi kampusnya dan waktu itu Hans pun mengajak Lea untuk berangkat bersama, hal ini
yang menggambarkan pertama kali kedekatan mereka berdua. Selain itu, penambahan waktu di malam hari ketika Lea dan Hans pergi
untuk makan bersama dan mengunjungi tempat yang romantis, beberapa penambahan itu menegaskan bahwa kedekatan Lea dan Hans
memang ada, sehingga melalui penambahan ini cerita menjadi lebih kompleks. Dapat dilihat pada gambar berikut,
Selain itu, ada pula beberapa penggambaran latar waktu pada cerpen yang mengalami penciutan ialah aktivitas Bunda pada hari selasa
kamis dan sabtu untuk memangkas rumput ditidak ditampilkan di dalam film. Selain itu waktu berbulan-bulan ketika Bunda harus
mendapat perawatan di rumah sakit pun tidak ditampilkan. Durasi cerita yang cukup panjang apabila seluruh isi cerpen harus
ditayangkan. Film ini memilih bagian-bagian penting saja yang aan ditayangkan di dalam film.
Latar waktu pada cerpen Cecak di Dinding adalah tiga minggu, pagi hari, suatu hari saat pameran tunggal berlangsung, hingga waktu
tengah malam malam hari. Waktu yang paling menonjol selama cerita ialah ketika pagi hari hingga malam hari, ketika pelukis datang
ke rumah sahabatnya untuk melukis studio yang akan dihadiahkan khusus untuk calon istrinya, sekaligus Perempuan yang di kagumi
oleh pelukis. Waktu pagi hari ketika pelukis sampai di rumah sahabatnya dapat dilihat pada kutipan berikut,
“Beberapa detik mata lelaki itu tidak berkedip, menatap wajah tersipu yang berkilau dipapar mentari pagi, untung ia
segera sadar.” Rectoverso:96 Jelas sekali, berdasarkan kutipan di atas waktu yang di gambarkan
ialah ketika pagi hari, karena pada teks dijelaskan bahwa adanya paparan mentari pagi. Selanjutnya pelukis itu mulai melukis studio
yang terdiri dari empat buah dinding polos tanpa furniture, ia melukis hingga lewat tengah malam. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut,
“Lelaki itu kemudian mulai melukis, sampai lewat tengah malam. Hingga tertidur lelah di lantai studio.”
Rectoverso:97
Latar waktu berikutnya ialah, ketika ingatan si pelukis lari ketika ia pertama kali bertemu dengan si Perempuan, ketika acara pameran
tunggalnya berlangsung. Saat itu adalah pertama kalinya ia bertemu dan saat itu pula ia jatuh cinta sekaligus patah hati di waktu yang
sama. Dapat dilihat pada kutipan berikut, “Suatu hari saat pameran tunggalnya berlangsung,
sahabatnya memperkenalkan seorang Perempuan yang mengagumi lukisannya matih-matian. Matanya ingin
mengekalkan
apa yang
ia lihat,
hatinya ingin
mengkristalkan apa yang ia rasa. Tidak lama sahabatnya mengaku bahwa Perempuan yang dikenalinya tadi baru saja
resmi ia pacari. Pelukis itu pun patah hati pada pandangan pertama, kedua, seterusnya dan moga-moga tidak perlu
sampai mati.” Rectoverso:96-97 Latar waktu pada cerpen Cecak di Dinding, mengalami beberapa
perubahan setelah mengalami proses ekranisasi. Penambahan dan penciutan juga terjadi pada cerpen ini. Penambahan yang terjadi ialah
waktu pagi hari hingga malam hari, ketika Taja dan Saras bertemu pada suatu café dan mereka berbincang hingga malam hari, adanya
ketertarikan antara mereka berdua sehingga membuat Taja dan Saras lupa waktu, mereka pun kembali memadu kasih di rumah Taja.
Penambahan berikutnya ialah pernikahan yang terjadi antara Bang Irwan dan Saras, pada cerpen hanya diceritakan bahwa mereka
sebagai calon suami dan istri, namun tidak diceritakan proses mereka menuju pelaminan. Hal ini berkaitan dengan alur pada cerita, waktu
perikahan mereka yang menyebabkan Taja merasa tertekan dan kehilangan. Hal ini tentunya berpengaruh kepada proses jalannya
cerita, dan nilai rasa baru yang muncul yaitu terlihatnya kesedihan Taja yang mendalam. Dapat dilihat pada gambar berikut,
Selain penambahan, pada cerpen juga terdapat penciutan pada beberapa peristiwa. Diceritakan pelukis yang bernama Taja, ia
melukis hingga waktu tengah malam, namun karena pada film tidak digambarkan ketika ia melukis, maka secara otomatis latar waktu pada
cerpen pun mengalami penciutan. Perubahan bervariasi juga terjadi pada cerpen ini, latar pada cerpen yang menceritakan bahwa pameran
lukisan yang di gelar oleh sahabatnya pelukis, merupakan waktu pertama kali mereka bertemu, namun hal ini berlainan. Latar pameran
lukisan merupan kali ketiga antara Taja dan Saras bertemu, waktu pertama ketika mereka di café, kali kedua di sebuah café kopi pada
pagi hari, dan ketiga ketika di sebuah pameran. Cerpen berikutnya ialah Firasat. Latar waktu pada cerpen
Firasat adalah pada awal cerita digambarkan tentang waktu pertemuan klub tersebut yaitu satu kali dalam seminggu dan dimulai
pada pukul tujuh dengan durasi pertemuan sekitar dua jam. Waktu dua jam yang biasa mereka gunakan untuk saling berbagi cerita dengan
anggota klub lainnya. Lalu, dilanjutkan dengan tokoh aku yang menyebutkan tentang pertemuannya yang ke-52, sekaligus tepat waktu
setahun tokoh aku mengikuti klub firasat tersebut. Dapat dilihat pada kutipan berikut,
“Mereka bertemu seminggu sekali, dimulai pukul tujuh. Lokasi pertemuan mereka berpindah-pindah, tapi modelnya
tetap sama: dua puluhan orang berkumpul membentuk lingkaran, kadang duduk kadang di kursi kadang lesehan,
lalu satu orang bercerita dan yang lain mendengarkan. Dalam dua jam pertemuan, mungkin hanya tujuh orang
yang memilih berbagi.” Rectoverso: 104 “malam ini adalah pertemuanku yang ke-52. Tepat setahun
aku ikut Klub Firasat. Tidak satu kali pun aku pernah absen” Rectoverso: 105
Pertemuan tokoh Aku yang ke-52 tahun, jika dibagi sebanyak empat kali dalam sebulan memang menjadi 13 bulan, sedangkan tokoh tokoh
Aku menyebutkan tepat setahun. Dilihat dari hitungan bulan tidak selalu genap 30 hari dan hitungannya ialah pertemuan ke-52 bukan
minggu ke-52. Tepat, jika tokoh Aku menyebutkan bahwa ia tepat setahun di klub tersebut. Latar waktu berikutnya ialah, waktu pagi
hingga sore hari, hal ini menggambarkan kebersamaan tokoh Aku, Pemuda, dan Bapak Ibu tetangga pemuda ketika berada di rumah
Bapak dan Ibu. Dapat dilihat pada kutipan berikut, “kami menghabiskan waktu seharian dirumah Bapak-Ibu,
ditemani celotehan ayam kate yang tidak henti-hentinya minta dihujani remah kue, sampai aku menyadari bahwa
setengah bolu pandanku lenyap di perut ayam-ayam mungil
itu. Baru pada sore hari kami kembali ke rumahnya” Rectoverso:110
Berdasarkan kutipan di atas, tertera kata “seharian” yang berarti menandakan tokoh Aku dan Pemuda berkunjung sejak pagi hari,
namun tidak sampai malam hari karena sore hari mereka sudah kembali ke rumah Pemuda itu. Latar waktu berikutnya ialah waktu
selama satu minggu tokoh aku merasakan hal aneh dalam dirinya, hal ini merupakan firasat yang datang untuk memberitahukannya. Dapat
dilihat pada kutipan berikut,
“seminggu ini aku merasa berada di tubuh yang salah. Ini bukan diriku yang ingin kukenal. Kuping yang tahu-tahu
mendengar tiupan angin seperti memanggil nama seseorang, mata yang menangkap pola awan dilangit seperti
raut muka seseorang.” Rectoverso:113 Sejak Pemuda itu menceritakan rencana kepulangannya ke rumah
orang tua kandungnya, firasat itu muncul mulai saat itu hingga seminggu. Latar waktu ini digambarkan dengan sangat jelas, setelah
seminggu firasat itu muncul, mereka kembali bertemu untuk pertemuan klub, barulah esok harinya Pemuda itu berangkat untuk
pergi. Dapat dilihat pada kutipan berikut, “ia sengaja menghampiriku. Aku sengaja pulang paling
belakangan. “saya berangkat besok,” ucapnya.
“aku mengangguk dan berusaha tersenyum. “cepat pulang,” Cuma itu yang keluar dari mulutku. Rectoverso:117
Latar waktu berikutnya ialah waktu siang hari dan musin kemarau, hal ini terlihat ketika dialog antar tokoh, yaitu antara tokoh Aku dan tokoh
Ibu, dapat dilihat pada kutipan berikut, “aku tidak tahu berapa lama aku tidur, tapi siang ini rasanya
berlangsung berhari-hari. Seolah dunia beracara sendiri tanpa menghendaki keterlibatanku. Perasaan tertinggal.
Perasaan d
i percundangi.” Rectoverso:118-119 “tangannya menjulur keluar dari sela-sela kaca nako.
“hujan nak.” Senyum cerah merekah di wajahnya, dan dengan kepolosan bocah kecil, Ibuku menadahkan telapak
menampung tetesan-tetesan air yang turun menghujam bumi
dengan butiran besar. “ajaib Hujan besar di tengah musim
kemarau begini…,”
tukasnya senang”
Rectoverso:119 Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa peristiwa tersebut
terjadi pada musim kemarau, berdasarkan perhitungan musim kemarau terjadi antara bulan januari hingga pertengahan tahun. Tetapi,
pada cerita digambarkan bahwa hujan turun secara tiba-tiba. Hal tersebut tokoh Aku artikan sebagai sebuah firasat buruk, namun jika
kita lihat siklus musim sekarang sangat memungkinkan jika hujan turun pada musim kemarau karena siklus yang mulai tidak teratur.
Ditambah dengan kejadian yang tokoh Aku alami ketika ia terbangun dari tidurnya, hal tersebut semakin memperkuat pertanda yang tokoh
Aku alami. Cerpen Firasat setelah melalui proses ekranisasi terdapat beberapa
perubahan bervariasi yang terjadi, seperti perayaan anniversary tidak dilaksanakan. Tetapi. pada cerpen hanya dikatidakan akan terjadi
bulan depan setelah tokoh Aku atau Senja datang membawa kue untuk pertemuannya yang tepat ke-52. Hal ini akan tetapi pada film, cerita
sedikit berubah yaitu mereka merayakan anniversary yang ke-2 perkumpulan Klub Firasat pada minggu pertemuan berikutnya setelah
Senja datang membawa kue. Dapat dilihat pada gambar berikut,
Perubahan berikurnya ialah, ketika di cerpen diceritakan bahwa Senjamendapat mimpi buruk ketika ia tidur siang dan lalu Ibunya
melihat hujan turun di musim kemarau, hal ini menjadi pula sebuah penciutan karena pada film tidak digambarkan dan dijelaskan bahwa
hal tersebut terjadi pada musim kemarau. Film menggambarkan bahwa Senja mendapat mimpi buruk ketika ia tidur di malam hari, dan
hujan turun pun diwaktu malam ketika ia pulang dari perayaan anniversary Klub Firasat yang ke-2 Ibu pun datang menghampirinya
dengan membawa payung. Dapat dilihat pada gambar berikut,
Cerpen berikutnya ialah Curhat buat Sahabat, latar waktu pada cerpen Curhat buat Sahabat ialah waktu yang paling banyak terjadi peristiwa
yaitu pada waktu malam hari, ketika pertemuan antara tokoh Aku dan tokoh kamu Perempuan. Peristiwa ini terjadi waktu malam hari pada
sebuah restoran, latar waktu ini terlihat melalui penjelasan dari tokoh Aku ketika ia berdialog dengan tokoh Kamu. Awal cerita latar waktu
tersebut sudah sangat terlihat jelas. Dapat dilihat pada kutipan berikut, “kamu tidak tahu betapa pentingnya malam ini,” katamu,
tertawa tersipu, sekan minta dimaklumi. Pastinya kamu yang merasa berlebihan, karena katamu tadi di telepon, kita
hanya akan makan malam sambil mendengarkanmu
curhat.” Rectoverso:4 Seluruh peristiwa terjadi pada malam hari, karena meraka hanya
duduk untuk makan malam dan bercerita di sebuah restoran. Latar waktu yang lain muncul seiring dengan berjalannya cerita dari tokoh
kamu dan tokoh aku. Latar waktu yang muncul lainnya dalam cerita ialah pukul setengah dua belas malam ketika tokoh aku bercerita saat
itu ia tengah sakit dan membutuhkan seeorang untuk membawakannya obat dan segelas air putih, namun orang yang ia harapkan tidak
kunjung datang. Akhirnya tokoh aku lah yang datang untuk membawakannya obat. Dapat dilihat pada kutipan berikut,
“malam itu rasanya aku sampai ke titik terendah. Aku capek dan kamu tahu? Aku tidak butuh dia. Yang
kubutuhkan adalah orang yang menyayangi aku… dan segelas air putih” Rectoverso:7
Barulah pengarang menuliskan, bahwa tokoh aku mengingat dan menceritakan peristiwa ketika tokoh kamu membutuhkan untuk
dibawakan obat dan segelas air putih kerumahnya. Dapat dilihat pada kutipan berikut,
“teleponku berdering pukul setengah dua belas malam. Aki mobilku kering, jadi kupinjam motor adikku. Sayangnya
adikku tidak punya jas hujan. Dan aku terlalu terburu-buru untuk ingat bawa baju ganti. Ada seseorang yang
membutuhkanku. Ia minta dibelikna obat flu karena stok di
rumahya habis. Ia lalu minta dibawakan segelas air putih.” Rectoverso:7
Latar waktu berikutnya ialah waktu lima tahun yang lalu, waktu yang cukup lama. Selama itu tokoh kamu Perempuan merasa sudah cukup
untuk menahan segala beban terhadap cintanya, terhadap harapannya kepada seseorang yang ia sayang. Dapat dilihat pada kutipan berikut,
“selesai Semua sudah selesai. Lima tahun sudah cukup. Aku berhenti menunggu, berhenti berharap. Cheers
” kamu dentingkan gelasmu ke gelasku. Rectoverso:5
Cerpen Curhat buat Sahabat setelah melalui proses ekranisasi pada fil Rectoverso, tidak terlalu banyak mendapat perubahan pada latar
waktu. Penambahan yang terjadi hanya pada cerita ketika Perempuan mengingat masa lalunya bersama mantan pacarnya yang terdahulu.
Ketika ia bersama seorang aktivis kampus dan seorang vokalis band, padahal pada cerpen tidak diceritakan ketika tokoh aku mengingat
kejadian bersama mantan pacarnya terdahulu. Latar waktu ketika bersama seorang aktivis terlihat pada waktu siang hari, sedangkan
bersama vokalis band metal latar yang terlihat ialah ketika malam hari. Dapat dilihat pada gambar berikut,
Latar waktu yang terdapat pada cerpen Hanya Isyarat ialah waktu dini hari, latar waktu ketika tokoh dia bercerita pengalaman mati
surinya, dan latar waktu ketika tokoh Aku dan tokoh yang lain bertemu. Sepanjang cerpen Hanya Isyarat latar yang lebih sering
muncul ialah waktu malam hari menjelang dini hari. Hal ini dapat terlihat melalui penjelasan pengarang melalui tokoh Aku. Hanya satu
latar waktu saja yang melatar belakangi kisah pada cerpen ini. Mereka
berkumpul pada sebuah bar dan bercerita sepanjang malam. Awal cerita dapat dilihat petunjuk yang menggambarka latar waktu. Dapat
dilihat pada kutipan berikut, “hIburan yang tersedia adalah tayangan pertandingan sepak
bola dini hari dari televisi 14 inci dan kumandang lagu disko era satu dekade silam serta kelap-kelip bohlam
warna-warni yang sebaiknya jangan dilihat lebih dari satu
menit karena membuat mata sakit” Rectoverso:46 Berdasarkan kutipan di atas tertulis bahwa televisi tersebut
menayangkan pertandingan sepak bola dini hari. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan mereka di bar tersebut hingga dini hari. Selain itu, hal
ini ditegaskan kembali pada akhir cerita oleh tokoh aku, bahwa kegiatan mereka selama di bar tersebut tejadi pada malam hari, dapat
dilihat pada kutipan berikut, “malam itu, sebagai hadiah kisah sedihku tentang cinta
sebatas punggung dan punggung ayam di negeri orang, aku memilih dia.” Rectoverso:53
Latar waktu tambahan yang muncul yaitu cerita di dalam cerita, maksudnya ialah latar waktu ini muncul ketika tokoh Aku
menceritakan kisah yang dialami oleh tokoh Dia. Latar waktu ini terjadi ketika tokoh Dia mengalami mati suri dalam hidupnya, dalam
tidurnya ia dapat melihat sebuah cahaya dan akhirnya ia pun terbangun, hingga akhirnya setelah peristiwa itu ia memutuskan untuk
menjadi seseorang berjalan di atas cinta ilahi. Dapat dilihat pada kutipan berikut,
“tiba gilirannya, dia berkisah tentang cahaya. Dia pernah mati suri, dan dalam tidurnya ia melihat padang besar hijau,
lalu cahaya besar. Namun saat cahaya itu hendak
merengkuhnya, ia justru terbangun.” Rectoverso:48 Cerpen Hanya Isyarat setelah mengalami proses ekranisasi terdapat
beberapa penambahan pada latar waktu di dalam cerita, yaitu latar waktu ketika pagi hingga siang hari, karena pencahayaan dalam film
masih cukup baik karena sinar matahari. Hal ini dapat dilihat melalui
gambar, ketika tokoh Al hendak berangkat menaiki pesawat dan juga ketika Al, Raga dan kawan-kawannya bermain di pinggir pantai.
Dapat dilihat pada gambar berikut,
1.c Latar Sosial
Di dalam latar ini umumnya menggambarkan keadaan masyarakat,
kelompok-kelompok sosial
dan sikapnya,
kebiasaannya, cara hidup, dan bahasa. Latar sosial pada cerpen Malaikat Juga Tahu menggambarkan kelompok masyarakat yang
hidupnya berada pada sebuah rumah kost dan hidup bersamaan dengan seorang penderita autisme. Bunda sebagai pemilik rumah
kost merupakan seorang janda yang memiliki dua anak, walaupun Bunda seorang janda bukan berarti mereka hidup serba
kekurangan. Bunda memiliki rumah indekos yang cukup terkenal dan memiliki banyak kamar, selain itu anak bungsu Bunda
bersekolah di luar Indonesia sejak ia remaja. Dapat dilihat pada kutipan berikut,
“anak bungsunya yang juga laki-laki, menurut orang-orang adalah figure sempurna. Ia pintar, normal, dan fisiknya
menarik. Ia hanya tak pernah dirumah karena sedari remaja meinggalkan Indon
esia demi bersekolah.” Rectoverso:17 Hal ini dapat diartikan bahwa, kehidupan Bunda bukan seperti
seorang janda yang serba kekurangan, Bunda berasal dari masyarakat kalangan menengah ke atas, karena ia mampu
menyekolahkan anaknya di luar negeri sejak ia remaja hingga dewasa. Kehidupan keseharian Bunda dan Bunda di lingkungan
indekos, tidak berjalan seperti rutinitas orang kebanyakan. Bunda yang menderita autis, kerap dijauhi bahkan dijaili oleh beberapa
abak indekos, walau ada anak indekos yang baik dan perhatian kepada Bunda. Dapat dilihat pada kutipan berikut,
“laki-laki yang biasa mereka panggil Abang itu adalah makhluk paling dihindari di rumah Bunda, nomor dua
sesudah blasteran Doberman yang galaknya di luar akal,
tapi untungnya sekarang sudah ompong dan buta.” Rectoverso:15
“suatu hari pernah ada anak indekos yang jail. Dia menyembunyikan satu dari seratus sabun koleksi Abang.
Abang mengacak-ngacak satu rumah, lalu pergi minggat
demi mencari sebatang sabunnya yang hilang.” Rectoverso: 20
“semua anak indekos kini menyingkir jika malam minggu tiba. Mereka tidak tahan mendengar suara lolongan, barang-
barang diberantaki, dan seseorang yang hilir mudik gelisah
mengucap satu nama seperti mantra.”Rectoverso: 21 Berdasarkan kutipan di atas, cara bersosialisasi yang harus dijalami
penderita autis, mereka cenderung lebih banyak dijauhi karena kemunculan sikap-sikap yang tidak biasa. Seolah tidak ada
kecocokan antara orang normal dan penderita autis, padahal penderita autis tidak seburuk yang masyarakat pikirkan, ia
mempunyai kelebihan tersendiri dibanding orang normal lainnya. Komunikasi yang kurang baik bukan berarti mereka tidak dapat
menjadi pendengar yang baik. Latar sosial yang muncul pada cerpen Malaikat juga Tahu setelah mengalami proses ekranisasi
tidak mengalami perubahan, latar sosial yang tergambarkan sesuai dengan apa yang ada pada cerpen.
Latar sosial pada cerpen Cecak di Dinding menggambarkan latar sosial pada masyarakat kalangan menengah atas yang dengan
segala kehidupannya yang bebas. Kehidupan bebas disini yang di maksud ialah, norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Baik
norma social, norma agama, maupun norma kesopanan tidak terlihat nyata. Dapat dilihat pada kutipan berikut,
“kedatangannya di sambut hangat oleh dua orang yang senatiasa berpelukan mesra, bahkan saat menerima tamu di
pintu. Mereka calon suami-istri yang sudah akan sehidup semati itu, masih saling berangkulan terlebih dahulu
sebelum merangkulnya.” Rectoverso: 95 Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa seorang yang
belum menikah namun sudah berangkulan mesra di depan orang lain, jika di lihat pada masa kekinian hal ini memang sudah bukan
hal tabu lagi, karena memang norma-norma di masyarakat sudah banyak yang mulai tergerus oleh jaman. Selain itu, mereka calon
suami istri yang belum menikah namun sudah tinggal satu rumah. Ajaran agama tertentu melarang hal ini terjadi, selain melanggar
norma agama hal ini juga melanggar norma social yang ada. Hal ini ditegaskan kembali pada kutipan berikut,
“mengendap-endap Perempuan itu membuka pintu studionya sendiri seperti seorang pencuri yang takut
tertangkap manusia paling berbakat dalam daftarnya tengah berupacara di dalam situ, memerawani ruangan lukisnya.
Rectoverso: 98
Kutipan tersebut terjadi ketika malam hari setelah pelukis menyelesaikan pekerjaannya hingga tengah malam dan ia tertidur,
berdasarkan logika, Perempuan itu tidak mungkin datang dari rumahnya di malam hari untuk melihat hasil pekerjaan Pelukis itu,
ia dipastikan menginap atau pun tinggal di rumah tersebut. hal ini kiranya merupakan hal biasa pada masa kekinian, terutama yang
sudah mulai melupakan nilai-nilai yang berlaku di masyarakt. Cerpen ini setelah melalui proses ekranisasi pada film Rectoverso,
mengalami banyak penambahan pada latar sosial. Pada film, permasalah norma, adat istiadat menjadi sorotan yang utama. Gaya
hidup bebas yang berlaku tergambarkan lebih jelas melalui film ini, dapat dilihat pada gambar berikut,
Berdasarkan gambar di atas, hubungan suami istri yang mereka lakukan tanpa sebuah ikatan yang sah tentunya hal ini sangat
bertentangan dengan norma sosial dan norma agama, ditambah dengan tato yang menempel pada tubuh Perempuan itu. Di
masyarakat, tato memiliki stereotype negative baik pada Perempuan maupun laki-laki. Masyarakat pasti menilai seseorang
yang memiliki tato telah terbiasa dengan kehidupan yang melanggar aturan dan norma.
Latar sosial pada cerpen Firasat ialah menggambarkan sekumpulan orang yang di anugerahi kelebihan seperti firasat
maupun indera keenam, mereka berkumpul dalam satu klub dengan nama Klub Firasat. Bagi masyarakat kebanyakan orang-orang yang
memiliki kelebihan yang diberikan tuhan memiliki nilai yang lebih, karena ia berbeda karena kelebihannya itu. Di satu sisi, kelebihan
yang ia punya terkadang dapat mengganggu jiwanya dan kenyamanan orang lain. Ketika seseorang yang memiliki firasat
yang sangat tajam maupun indera keenam mendapat pertanda buruk tentang seseorang dan ia berusaha untuk mencegah atau
memperingati, hal ini tentu akan sangat mengganggu bagi orang tersebut. Dapat dilihat pada kutipan berikut,
“semalam saya mimpi…,” ucapku terbata “mimpi apa?”
“saya mimpi hanyut disungai, tapi tidak tahu kemana” “saya tahu,” dan ia menangkupkan tangannya dipipiku.
Untuk kali pertamanya kulit kami bersentuhan. “Semua sungai pulai kelaut,” lanjutnya dengan kerling jenaka. Tiba-
tiba ia merengkuhkan kedua lengannya memelukku. “tidak
ada apa-apa. Semua baik-baik saja. Ketemu minggu depan,ya” bisiknya. Rectoverso:117-118
Orang yang bersangkutan hanya mampu menenangkan dan meyakinkan Perempuan tersebut. Selain, itu sosialisasi orang yang
memiliki kelebihan tertentu, terkadang tidak terlalu baik. Seperti pada kutipan berikut,
“belum pernah Ibu melihat kamu sebegini setia pada sesuatu. Sebetulnya apa yang kamu ingin cari dari sana?
Setahun kamu ikut klub itu dan cuma jadi pendengar.” Rectoverso:105
Kutipan di atas menggambarkan bahwa anaknya memang jarang untuk tertarik dan betah bergabung pada sebuah komunitas maupun
kelompok, namun karena kelompok ini memiliki kesamaan dari segi kelebihan yang ia miliki maka ia dapat bertahan hingga waktu
yang cukup lama. Cerpen Firasat setelah melalui proses ekranisasi tidak
terlalu mengalami
perubahan pada
latar sosial,
penggambarannya latar sosialnya sama dengan apa yang pengarang tuliskan.
Latar sosial
pada cerpen
Curhat Buat
Sahabat menggambarkan, persahabatan seorang laki-laki dan Perempuan,
mereka telah bersahabat dalam waktu yang cukup lama, persahabatan mereka merupakan persahabatan yang berasal dari
dua golongan masyarakat yang berbeda. Sahabat Perempuannya, dapat di golongkan sebagai seorang yang berasal dari golongan
menengah ke atas. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut, “gaun hitam menyambar kaki meja, lalu menyapu ujung
kakiku.” Rectoverso: 4 “anggur itu berusia enam tahun. gaun itu cuma keluar sekali
dalam dua tahun. restoran ini terakhir kamu pilih saat ulang tahun hari jadi jatuh cintamu ke-
1.” Rectoverso: 4 “selesai Semua sudah selesai. Lima tahun sudah cukup.
Aku berhenti menunggu. Berhenti berharap. Cheers ” kamu
dentingkan gelasmu ke gelasku Rectoverso: 5 Berdasarkan kutipan di atas dapat terlihat, bagaimana pemilihan
restoran, pakaian, minuman dan cara perempuan itu bersikap.
Sebuah restoran dengan menyediakan anggur putih yang mahal bukanlah sebuah restoran biasa, sedangkan untuk golongan
masyarakat menengah ke bawah pasti akan memilih tempat yang biasa saja untuk sekedar makan malam dan bercerita. Cara
Perempuan itu mengajak sahabat laki-lakinya meminum anggur pun di awali dengan kata “Cheers” lalu mendentingkan gelas
mereka berdua. Hal ini menunjukkan, kelas Perempuan itu dengan kebiasaan yang ia tunjukkan. Berbeda dengan sahabat laki-lakinya
yang berasal dari golongan masyarakat menengah ke bawah, dari cara berpakaian dapat dilihat pada kutipan berikut,
“kamu sengaja berdandan, membuatku agak malu karena muncul berbalut jaket jeans, celana khaki, dan badan sedikit
demam” Rectoverso: 4 Lelaki itu hanya menggunakan jaket jeans dan celana khaki, hal itu
tampak kontras dengan apa yang digunakan oleh Perempuan tersebut. persahabatan mereka bukan dilihat dari segi materi yang
mereka miliki, ketika kenyaman untuk saling bertukar pikiran, berbagi cerita, maka persahabatan mereka dapat terus berjalan.
Persahabatan antara laki-laki dan Perempuan pada masyarakat jarang dinilai sebagai sebuah ikatan murni persahabatan, kedekatan
mereka, kenyamanan mereka, pasti akan memunculkan rasa sayang di antara keduanya yyang akhirnya memunculkan penilaian yang
berbeda di mata orag lain. Hal ini lah yang terjadi pada persahabatan mereka, Perempuan itu menyadari, ia tidak perlu lagi
mencari orang yang sayang tulus dan selalu ada untuknya. Pada film Rectoverso, cerpen ini mengalami penambahan pada latar
sosial. Di film, diperjelas dan digambarkan aktivitas yang dijalankan oleh lelaki tersebut. ia difilm digambarkan sebagai
seorang yang memiliki usaha fotocopy sederhana di dekat sebuah kampus, dan juga penambahan dengan penggambaran rumah
Perempuan itu, terlihat rumah yang memiliki televise dan sofa yang cukup nyaman. Selain hal itu, tidak ada penciutan dan
perubahan bervariasi yang terjadi. Dapat dilihat pada gambar berikut,
Latar sosial pada cerpen Hanya Isyarat menggambarkan kehidupan sekelompok orang dengan kehidupan malam dan
kebebasannya. Kehidupan yang mereka jalani berbeda dengan cerpen sebelumnya. Mereka berkumpul pada sebuah bar untuk
saling berbagi cerita, jika dilihat dari tempat mereka berkumpul, mereka merupakan golongan masyarakat kelas menengah ke
bawah. Dapat dilihat pada kutipan berikut, “tempat ini di desain dengan penerangan yang buruk.
Remang yang malah tidak romantic. Remang yang membuat segalanya tidak jelas. Namun, hanya tempat ini
yang masih buka. HIburan yang tersedia adalah tayangan
pertandingan sebak bola dini hari dari televise 14 inci” Rectoverso:46
Mereka memilih tempat yang cukup sederhana, tidak dengan fasilitas lengkap layaknya sebuah bar ataupun café dengan
minuman yang harganya cukup mahal. Penggambaran tempat di atas biasanya menjadi tempat favorite bagi kumpulan anak muda
dengan golongan kelas menengah ke bawah, tetapi hal ini tidak dapat dipastikan karena ada pernyataan hanya tempat itu saja yang
masih buka pada dini hari. Hal ini dapat menjadi satu alasan mereka memilih tempat itu karena buka hingga dini hari. Mereka
terdiri dari seorang Perempuan dan tiga laki-laki, walaupun penilaian yang muncul di masyarakat cenderung negative ketika
seorang Perempuan berkumpul dengan tiga orang laki-laki pasa dini hari, hal ini bukan berarti dapat menjadi kesimpulan akhir
bahwa Perempuan itu memiliki kelakuan buruk. Ia awalnya lebih memilih untuk duduk menjauh dan memandang teman-temannya
dari meja yang berbeda, dapat dilihat pada kutipan berikut. “tanpa sengaja mereka menoleh ke arahku. Mereka tidak
bisa lagi menghindar. Aku pun tidak bisa lagi menyamar mrnjadi latar. Sebuah kursi didekatkan ke meja mereka dan
dia mempersilakan aku duduk.” Rectoverso:47 Perempuan itu sejak awal memisahkan diri dari para teman laki-
lakinya, barulah ketika ia di persilakan bergabung ia duduk di meja yang sama. Aktivitas yang mereka lakukan sepanjang malam,
bukan hal-hal negative layaknya penggambaran dunia malam pada masa kini. Mereka melakukan sebuah permainan dan saling
bertukar cerita. Hal ini seolah membuka pandangan masyarakat, bahwa kehidupan ataupun aktivitas yang dilakukan seorang
Perempuan bersama laki-laki tidak selamanya negative, mereka saling berbagi dan bertukar cerita. Memang hal ini masih cukup
tabu pada lingkungan masyarakat yang bukan tinggal di kota besar. Penilaian terhadap Perempuan cukuplah sensitive, karena hal ini
berkaitan dengan norma yang berlaku dimasyarakat. Setelah mengalami proses ekranisasi cerpen ini mengalami beberapa
penambahan, lingkungan sosial mereka pada film menunjukkan mereka merupakan pemuda pemudi yang menikmati hidupnya
untuk sebuah hal-hal baru. Jika Perempuan itu merupakan golongan masyarakat menengah ke bawah, ia tidak mungkin pergi
menggunakan pesawat terbang, seperti yang terlihat pada gambar berikut,
Film ini menggambarkan suasana lIburan mereka dari satu tempat ketempat lain, tentunya biaya yang mereka keluarkan tidak sedikit.
Hal ini sedikit berbeda dengan apa yang dipaparkan pada cerpen. Mereka berfoto dan berbincang-bincang pada sebuah bar yang
cukup sederhana. Selain itu tidak ada hal yang berubah dari penggambaran latar sosial pada cerpen dan film.
Berdasarkan analisis latar tersebut, tampak adanya penambahan, penciutan, hingga perubahan bervariasi pada cerpen dan film Rectoverso.
Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut,
Penam bahan
Penciut an
Perubahan Bervariasi
Keterangan
1. Malaikat
juga tahu
√ √
- Penambahan latar terjadi
pada latar tempat Lea bekerja, tempat romantis
Lea dan Hans, di dalam mobil Hans, sedangkan
pada cerpen latar tersebut tidak ada. Penciutan terjadi
pada saat abang mengalami perawatan
dirumah sakit, namun hal tersebut tidak muncul pada
film. 2.
Cecak di Dinding
√ √
√
Penambahan terjadi pada tempat pertemuan pertama
kali tokoh Taja dan Saras di sebuah café, penciutan
muncul pada latar tempat
studio lukis milik sahabat pelukis, hal ini dihilangkan
pada film, perubahan bervariasi terjadi pada
tempat lukisan cecak yang dihadiahkan oleh Taja, ia
melukis dinding kamar milik sahabatnya.
3. Firasat
- √
√
Latar tempat rumah Bapak dan Ibu tetangga Pemuda,
pada film latar ini tidak dimunculkan. Perubahan
bervariasi, ketika pemuda mengajak Senja berjalan-
jalan ke danau bukan ke rumah Bapak Ibu tetangga
Pemuda. 4.
Curhat Buat Sahabat
- -
√
Perubahan bervariasi, ialah latar di dalam restoran
yang menggambarkan adanya alunan piano,
berubah menjadi tokoh Amanda menyanyi di
sebuah panggung kecil. 5.
Hanya Isyarat
√ -
- Penambahan terjadi pada
latar awal cerita, yang menggambarkan tokoh Al
berangkat menggunakan pesawat.
Tabel. 3