Pengaruh Pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan
SKRIPSI
PENGARUH PEMERIKSAAN PPh PASAL 25/29 BADAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA
MEDAN
Oleh :
MUHANSAR HARAHAP 120522039
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(2)
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “PENGARUH PEMERIKSAAN PPh PASAL 25/29 BADAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA MEDAN” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/ atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/ atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, April 2014
Muhansar Harahap Nim. 120522039
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan pengetahuan, kekuatan, dan kebijaksanaan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi dengan judul: “Pengaruh Pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan”.
Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam peneltitian ini. Selain itu penelitian ini dilaksanakan juga untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi pada Universitas Sumatera Utara pada Program Studi Akuntansi.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan doa dari semua pihak baik secara moril maupun materil khususnya kepada kedua orang tua penulis H.S.Harahap dan Almh. Hj. R. Siregar. Dengan segala kerendahan hati, maka penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku Sekretaris Departemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Drs. Arifin Hamzah, M.M., Ak. selaku pembimbing penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi petunjuk, dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. Abi Kusno Dharsuky, MM., Ak. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya untuk memberi petunjuk dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
(4)
tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih buat kasih sayang dan dukungan yang diberikan selama ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat dijadikan enulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata ,penulis berharap skripsi ini menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi Pembaca.
Medan, April 2014 Penulis,
Muhansar Harahap Nim .120522039
(5)
ABSTRAK
PENGARUH PEMERIKSAAN PPh PASAL 25/29 BADAN TERHADAP PENCAPAIN PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK
MADYA MEDAN
Konsekuensi berlakunya sistem self assessment yang memberikan kepercayaan pada Wajib Pajak untuk melakukan kewajiban perpajakannya sendiri menjadi celah dan kesempatan tidak melaksanakan kewajiban perpajakan secara benar, sehingga pemerintah menguji kepatuhan Wajib Pajak melalui kegiatan pemeriksaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan. Variabel pemeriksaan pajak dilihat dari jumlah Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan, yang terdiri dari Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Sedangkan variabel Penerimaan Pajak dilihat dari jumlah penerimaan pajak yang diterima oleh KPP Madya Medan.
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berasal dari sumber internal dan merupakan data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber asli. Data primer berupa laporan realisasi penerimaan pajak di KPP Madya Medan dan data penerbitan surat ketetapan pajak. Penelitian ini menggunakan metode Analisis regresi linear sederhana.
(6)
ABSTRACT
EFFECT OF EXAMINATION PPh PASAL 25/29 BOARD OF ACHIEVEMENT OF REVENUE MADYA MEDAN TAX OFFICE
The consequences of the enactment of the self assessment system that gives credence to the taxpayer to do their own tax obligations into a gap and an opportunity not to implement the tax liability correctly, so that the government examine tax compliance through inspection activities.
This study aims to determine whether the examination PPh Pasal 25/29 Badan significant effect on tax revenue in the Tax Office Associate Field . Variable seen from the number of tax audits tax assessment letter issued by the Tax Office Associate Field , which consists of Underpayment Tax Assessment Letter , Letter of Additional Tax Underpayment , while the variable tax revenue seen from the amount of tax revenue received by the Tax Office Associate field .
The type of data in this study is quantitative data . The data used in this study is the data of 2010 to 2012 . Sources of data used in this thesis comes from internal sources and is the primary data is data obtained from the original source . Primary data in the form of tax revenue report in KPP Madya Medan field and an assessment of data publishing . This study uses a simple linear regression analysis .
Keywords: Examination of PPh Pasal 25/29 Badan, tax revenue
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Batasan Masalah ... 4
1.4 Hipotesis ... 5
1.5 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS... 7
2.1 Pajak Penghasilan ... 7
2.1.1 Pengertian Pajak Penghasilan ... 7
2.1.2 Fungsi Pajak ... 8
2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak ... 9
2.1.4 Pengertian-pengertian dalam KUP……… 10 2.1.5 Pengertian PPh Pasal 25/29 Badan ... 11
2.2 Pemeriksaan Pajak ... 12
2.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak ... 12
2.2.2 Jenis Pemeriksaan Pajak... 14
2.2.3 Prosedur Pemeriksaan Pajak... 14
2.2.4 Persiapan Pemeriksaan Pajak ... 14
2.2.5 Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak ... 22
2.3 Pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan ... 28
2.3.1 Kriteria Pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan ... 28
2.3.2 Materi Pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan ... 29
2.2.3 Laporan Pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
3.1 Jenis dan Lokasi Penelitaian ... 47
3.1.1 Jenis Penelitian ... 28
3.1.2 Lokasi Penelitian... 28
3.2 Populasi dan Sampel ... 47
3.2.1 Populasi ... 28
3.2.2 Sampel ... 28
3.3 Defenisi Operasional ... 48
3.4 Jenis dan Sumber Data ... 38
(8)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 41
4.1.1 Gambaran Umum Kantor ... 41
4.1.2 Struktur Organisasi ... 42
4.1.3 Gambaran Sektor Usaha ... 43
4.1.4 Jumlah Wajib Pajak dan Penerimaan Pajak ... 44
4.1.5 Rencana Penerimaan Pajak………...………46
4.1.6 Realisasi Penerimaan Pajak………..………48
4.2 Rumusan Hipotesis ... 52
4.3 Uji Asumsi Klasik ... 53
4.4 Analisis Data ... 53
4.5 Pembahasan……… .. 54
4.5.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 54
4.5.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 54
4.5.3 Hasil Analisis Regresi linear Sederhana ... 56
4.5.4 Hasil Uji Koefisien Regresi Sederhana ( Uji t ) ... 58
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 60
5.1 Simpulan ... 60
5.2 Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
(9)
ABSTRAK
PENGARUH PEMERIKSAAN PPh PASAL 25/29 BADAN TERHADAP PENCAPAIN PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK
MADYA MEDAN
Konsekuensi berlakunya sistem self assessment yang memberikan kepercayaan pada Wajib Pajak untuk melakukan kewajiban perpajakannya sendiri menjadi celah dan kesempatan tidak melaksanakan kewajiban perpajakan secara benar, sehingga pemerintah menguji kepatuhan Wajib Pajak melalui kegiatan pemeriksaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan. Variabel pemeriksaan pajak dilihat dari jumlah Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan, yang terdiri dari Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Sedangkan variabel Penerimaan Pajak dilihat dari jumlah penerimaan pajak yang diterima oleh KPP Madya Medan.
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berasal dari sumber internal dan merupakan data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber asli. Data primer berupa laporan realisasi penerimaan pajak di KPP Madya Medan dan data penerbitan surat ketetapan pajak. Penelitian ini menggunakan metode Analisis regresi linear sederhana.
(10)
ABSTRACT
EFFECT OF EXAMINATION PPh PASAL 25/29 BOARD OF ACHIEVEMENT OF REVENUE MADYA MEDAN TAX OFFICE
The consequences of the enactment of the self assessment system that gives credence to the taxpayer to do their own tax obligations into a gap and an opportunity not to implement the tax liability correctly, so that the government examine tax compliance through inspection activities.
This study aims to determine whether the examination PPh Pasal 25/29 Badan significant effect on tax revenue in the Tax Office Associate Field . Variable seen from the number of tax audits tax assessment letter issued by the Tax Office Associate Field , which consists of Underpayment Tax Assessment Letter , Letter of Additional Tax Underpayment , while the variable tax revenue seen from the amount of tax revenue received by the Tax Office Associate field .
The type of data in this study is quantitative data . The data used in this study is the data of 2010 to 2012 . Sources of data used in this thesis comes from internal sources and is the primary data is data obtained from the original source . Primary data in the form of tax revenue report in KPP Madya Medan field and an assessment of data publishing . This study uses a simple linear regression analysis .
Keywords: Examination of PPh Pasal 25/29 Badan, tax revenue
(11)
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Penerimaan Negara dari sektor perpajakan menjadi andalan sumber penerimaan dalam negeri dalam beberapa tahun terakhir ini. tercapainya rencana penerimaan pajak sangat ditentukan oleh peran serta wajib pajak dalam sistem pemungutan pajak. Sistem pemungutan pajak di Indonesia dikenal dengan Sistem Self Assesment yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi kepercayaan penuh kepada wajib pajak sendiri mulai dari mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, menghitung, memperhitungkan, membayar, serta melaporkan pajaknya dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT).
Dengan sistem ini tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak Wajib Pajak yang belum melaporkan kewajiban perpajakannya dengan benar sehingga penerimaan pajak yang selama ini belum optimal karena berhubungan dengan kejujuran Wajib Pajak itu sendiri dan untuk menguji kepatuhan wajib pajak akan pelaksanaan self assessment system maka perlu dilakukan pemeriksaan.
Pada pelaksanaan pemeriksaan pajak, kerjasama antara pemeriksa dan Wajib Pajak merupakan hal yang mutlak diperlukan keberadaannya. Kerjasama yang terjalin akan memperlancar aktivitas pemeriksaan pajak. Namun kenyataannya, kerjasama tersebut sulit terbentuk. Di satu sisi,
(12)
pemeriksa merasa diberikan tanggung jawab menjalankan tugas selaku pemeriksa pajak dari Kantor Pelayanan untuk menguji kebenaran pelaporan pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak, bukan semata-mata mencari kesalahan Wajib Pajak dengan berbagai temuan di lapangan.
Sedangkan di sisi lain, Wajib Pajak merasa bahwa dirinya telah menjalankan kewajiban perpajakan dengan benar dan kegiatan pemeriksaan pajak yang dilakukan hanyalah usaha untuk mencari-cari kesalahannya saja. Hal inilah yang akhirnya menyebabkan Wajib Pajak merasa tidak nyaman ketika diperiksa. Ungkapan perasaan ketidaknyamanan dari Wajib Pajak ini, bagi pemeriksa pajak dianggap sebagai sikap tidak kooperatif, sehingga menimbulkan sikap saling mencurigai. Bagi Wajib Pajak yang diperiksa akan timbul rasa keengganan untuk memberikan data yang dibutuhkan dalam kegiatan pemeriksaan, dan akibatnya pemeriksa akan menetapkan secara jabatan hasil pemeriksaan dari data yang diberikan secara ‘seadanya’ tersebut oleh Wajib Pajak.
Untuk mengatasi hubungan yang kurang harmonis antara pemeriksa dan Wajib Pajak tersebut, diperlukan strategi yang mampu mendorong keterbukaan dalam administasi perpajakan. Menjawab tantangan tersebut, pemerintah terus menerus melakukan reformasi perpajakan, yang salah satu hasilnya adalah Sistem Administrasi Perpajakan Modern (SAPM) atau biasa dikenal sebagai modernisasi perpajakan hal ini penting dilakukan mengingat penerimaan pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan negara. Upaya pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak salah satunya dengan uji
(13)
kepatuhan yaitu pemeriksaan pajak, atau dapat dikatakan bahwa meningkatnya penerimaan pajak akan meningkatkan produktifitas suatu negara Oleh karena itu pemeriksaan pajak memiliki fungsi yang sangat penting untuk mengawasi pelaksanaan sistem self assesment tersebut. Dengan adanya pemeriksaan pajak tersebut diharapkan Wajib Pajak melaporkan pajak yang terhutang dengan benar sehingga rencana penerimaan pajak yang telah ditetapkan pemerintah juga dapat tercapai. Salah satu pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak adalah pemeriksaan terhadap Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25/29 Badan. PPh Pasal 25/29 Badan adalah pajak atas penghasilan yang diperoleh oleh Wajib Pajak Badan dari kegiatan usaha dilakukannya.
Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan melakukan pemeriksaan terhadap Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak PPh Pasal 25/29 Badan yang disampaikan Wajib Pajak dengan cara mengumpulkan dan mengolah data yang terdapat dalam SPT Tahunan. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 17/ PMK.03/2013 tanggal 07 Januari 2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan. Tujuannya adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan adalah salah satu kantor unit pelaksana yang dibebani target penerimaan pajak setiap tahun. Target Penerimaan di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan setiap tahun semakin meningkat. Target penerimaan tersebut sebagian didukung dari hasil
(14)
pemeriksaan pajak PPh Pasal 25/29 Badan berdasarkan ketetapan-ketetapan pajak yang diterbitkan.
Oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan terhadap pencapaian target penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya medan. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan dan menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan memilih judul :
” Pengaruh pemeriksaan PPh pasal 25/29 badan terhadap penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan ”
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan identifikasi permasalahan di atas, penulis mengadakan penelitian pendahuluan pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
“Bagaimana pengaruh hasil pemeriksaan PPh pasal 25/29 Badan terhadap penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan”.
1.3.Batasan Masalah
Agar penelitian dapat dilakukan secara terarah sehingga tidak menyimpang dari arah dan tujuan penelitian, maka penulis memutuskan untuk melakukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan – pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut :
(15)
1. Penelitian dilakukan pada Pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan di Kantor Pelayanan Pajak Madya medan
2. Data untuk variabel bebas (independen) yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Jumlah PPh terutang dari pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 .
3. Data untuk variabel tidak bebas (dependen) yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari jumlah penerimaan PPh Pasal 25/29 Badan di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012.
1.4.Hipotesis
Hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini adalah untuk pengujian apakah pemeriksaan PPh pasal 25/29 Badan berpengaruh terhadap
penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan.. Secara konseptual hipotesis dapat dioperasikan sebagai berikut.
a. Ho = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara pemeriksaan PPh pasal 25/29 Badan (X) terhadap penerimaan PPh Pasal 25/29 Badan di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan (Y).
b. H1 ≠0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara pemeriksaan PPh pasal 25 Badan (X) terhadap penerimaan PPh Pasal 25/29 Badan di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan (Y).
1.5.Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, adalah sebagai berikut :
(16)
1. Sebagai bahan masukan untuk melakukan evaluasi terhadap pemeriksaan di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan
2. Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang sama berkaitan dengan pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan.
3. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan penulis di bidang perpajakan khususnya mengenai pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan.
4. Bagi penulis, sebagai wadah untuk mengaplikasikan pengetahuan teoritis ke dalam praktek.
5. Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan atas pendekatan pelayanan pemeriksaan pajak.
(17)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS
2.1.Pajak Penghasilan
2.1.1. Pengertian Pajak Penghasilan
Ada beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli antara lain :
Dalam Soemitro Mardiasmo (2006:1) menyebutkan bahwa “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang- undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk pengeluaran umum.” Menurut Markus (2003:1)
”Pajak adalah sebagian harta kekayaan rakyat (swasta) yang berdasarkan Undang-Undang, wajib diberikan oleh rakyat kepada Negara tanpa mendapat kontraprestasi secara individual dan langsung dari Negara, serta bukan merupakan penalti, yang berfungsi sebagai:
a. Dana untuk penyelenggaraan Negara, dan sisanya jika ada, digunakan untukpembangunan, serta
b. Instrumen untuk mengatur kehidupan sosial ekonomi masyarakat”. Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur:
1. Iuran dari rakyat kepada negara, yang berhak memungut pajak hanyalah negara, iuran tersebut dalam bentuk uang, bukan barang.
2. Berdasarkan Undang-Undang, pajak dipungut berdasarkan atau dengan ketentuan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya.
3. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk.
(18)
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara yaitu pengeluaran yang bermanfaat untuk masyarakat.
2.1.2 Fungsi Pajak
Pajak mempunyai tiga fungsi, yaitu : a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi budgetair artinya bahwa pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak, seperti Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, serta Pajak Lainnya.
b. Fungsi Regulerend ( Mengatur )
Pajak mempunyai fungsi mengatur, artinya, bahwa pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, dan mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan.
Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi mengatur, adalah:
1. Tarif pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dikenakan pada saat terjadi transaksi jual beli barang mewah, untuk menekan pembelian barang – barang mewah yang bersifat mubazir.
(19)
2. Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan, dimaksudkan agar pihak yang memperoleh penghasilan yang tinggi memberikan kontribusi (membayar pajak) yang tinggi pula, sehingga terjadi pemerataan pendapatan. 3. Tarif pajak ekspor adalah 0%, dimaksudkan untuk meningkatkan gairah
ekspor pengusaha lokal. c. Fungsi Sosial
Fungsi sosial artinya pemungutan pajak disesuaikan dengan kekuatan seseorang untuk mencapai pemuasan kebutuhan setinggi-tingginya.
2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak
Dalam Mardiasmo ( 2006 : 2 ) sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi :
1. Official Assessment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang. 2. Self Assessment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
3. With Holding System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak terutang oleh Wajib Pajak.
2.1.4. Pengertian-Pengertian dalam Ketentuan Umum Perpajakan
Dengan mengacu pada Undang-undang No.6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan STDD Undang-undang No.16 Tahun 2009 terdapat beberapa pengertian, meliputi :
1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
(20)
dengan tidak mendapatkan imbalan langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan , meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroaan terbatas, perseroaan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap 4. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan
takwim atau jangka waktu lainnya yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan paling lama tiga bulan takwim.
5. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak, atau dalam bagian tahun pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
6. Surat Ketetapan Pajak ( SKP ) adalah surat ketetapan pajak yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Pajak Ketetapan Kurang
(21)
Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil , atau Surat Ketetapan Pajak Lebih bayar.
2.1.5. Pengertian PPh Pasal 25/29 Badan
Definisi atau pengertian PPh Pasal 25/29 Menurut Waluyo dan Wirawan B. Ilyas (2002,;204) dalam buku yang berjudul Perpajakan Indonesia, menyatakan bahwa PPh Pasal 25 adalah:
“Pajak Penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulannya dalam tahun pajak berjalan. Dan angsuran pajak penghasilan pasal 25/29 tersebut dapat dijadikan sebagai kredit pajak terhadap pajak yang terhutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan”.
” Kredit pajak adalah pajak yang telah dilunasi setiap bulan atau masa lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dalam tahun berjalan, baik yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak maupun yang dipotong secara dipungut oleh pihak lain”.
”PPh Pasal 25/29 Badan merupakan angsuran pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak Badan setiap bulan dan merupakan kredit pajak yang dapat dikurangkan dari pajak yang terhutang pada akhir Tahun Pajak yang bersangkutan”.
(22)
2.2.Pemeriksaan Pajak
2.2.1. Pengertian Pemeriksaan Pajak
Defenisi pemeriksaan menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan (UU KUP) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 adalah ”serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.
Pada dasarnya pemeriksaan adalah pemeriksaan atas buku-buku atau catatan-catatan yang dibuat oleh Wajib Pajak mengenai kegiatan usahanya, kemudian menguji kebenaran formal/material dari pembukuan tersebut, serta meneliti apakah kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang bersangkutan telah dilaksanakan dan apakah pelaksanaan kewajiban itu telah memenuhi ketentuan-ketentuan yuridis fiskal sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku.
Di lain pihak defenisi di atas memberikan suatu pandangan bahwa laporan keuangan yang disusun dengan berpedoman kepada Standar Akuntansi dan telah di audit oleh kantor akuntan publik, dengan melakukan prinsip-prinsip dasar dan teknik/prosedur audit seperti yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik yang dinyatakan wajar tanpa syarat oleh akuntan publiknya. Jumlah laba bersih yang dilaporkan masih memerlukan beberapa penyesuaian yuridis fiskal.
Menurut Fauzi (1999:15) ”Pemeriksaan akuntan (auditing) adalah pemeriksaan secara objektif, independen dan sistematis yang dilakukan oleh akuntan publik terhadap ikhtisar keuangan suatu perusahaan atau kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk menyatakan pendapat tentang apakah ikhtisar keuangan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima secara umum”
(23)
Berdasarkan defenisi diatas pemeriksaan akuntan harus dilaksanakan secara:
1. Objektif, artinya pemeriksaan akuntan harus dilakukan berdasarkan data dan bukti secara apa adanya, dan tidak didasarkan pada kehendak atau prasangka subjektif dari pihak pemeriksa.
2. Independen, artinya pemeriksaan harus memiliki keabsahan di dalam melaksanakan tugasnya, adil di dalam tindakannya serta tidak memihak pada salah satu kepentingan.
3. Sistematis, artinya pemeriksaan akuntan harus dilakukan berdasarkan seperangkat kaidah formal yang harus dipatuhi sebagai kriteria, ukuran mutu, dan pedoman bertindak dalam melakukan pemeriksaan.
2.2.2. Jenis Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan dapat dilakukan melalui 2 (dua) jenis pemeriksaansebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan nomor
17/PMK.03/2013, yang meliputi :
1) Pemeriksaan Lapangan yaitu pemeriksaan yang dilakukan di tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak,dan/atau tempat lain yang dianggap perlu oleh Pemeriksa Pajak;atau
2) Pemeriksaan Kantor, yaitu pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak.
(24)
2.2.3. Prosedur Pemeriksaan Pajak
Berdasarkan KEP-01/PJ.7/1990 tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak, tahapan pemeriksaan pajak meliputi kegiatan persiapan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, dan penyusunan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Kertas Kerja Pemeriksaan Pajak. Masing-masing tahapan tersebut dirinci menjadi tahapan sebagai berikut :
1. Persiapan pemeriksaan 2. Pelaksanaan pemeriksaan
3. Penyusunan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Kertas Kerja Pemeriksaan Pajak
2.2.3.1Persiapan pemeriksaan Pajak.
Tahapan persiapan pemeriksaan terdiri dari tahapan sebagai berikut: (a) Mempelajari berkas Wajib Pajak termasuk berkas data.
(b) Menganalisis SPT Tahunan, SPT Masa, SPPT, dan Laporan Keuangan Wajib Pajak.
(c) Mengidentifikasi masalah. (d) Melakukan pengenalan lokasi.
(e) Menentukan ruang lingkup pemeriksaan. (f) Menyusun program pemeriksaan.
(g) Menentukan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen yang akan dilihat dan/atau dipinjam.
(25)
a. Mempelajari berkas Wajib Pajak/berkas data, tujuannya adalah untuk memperolah gambaran umum mengenai kegiatan Wajib Pajak antara lain kegiatan usaha, kewajiban perpajakan, organisasi dan administrasi perusahaan, struktur permodalan dan susunan direksi. Sedangkan dalam pelaksanaannya adalah untuk mempelajari seluruh dokumen yang merupakan isi berkas Wajib Pajak dan berkas data termasuk mencocokkan segi pembayaran pajak. Hal ini dalam pelaksanaannya adalah membuat catatan mengenai hal-hal penting yang diketahui setelah mempelajari berkas Wajib Pajak yaitu berkas data, SPT dan laporan keuangan Wajib Pajak dan menuangkannya kedalam kertas kerja pemeriksaan.
b. Menganalisis SPT dan laporan keuangan Wajib Pajak, tujuannya adalah untuk menentukan hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu melakukan pemeriksaan dan untuk menentukan perkiraan-perkiraan yang diprioritaskan dan/atau dikembangkan pemeriksaannya.
Pelaksanaan untuk menganalisis SPT dan laporan keuangan Wajib Pajak, antara lain:
1). Melakukan perbandingan laporan keuangan tahun yang diperiksa dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Apabila memungkinkan agar dibuat perbandingan laporan keuangan untuk 5 tahun berturut-turut. Perbandingan dapat dilakukan secara
(26)
vertikal maupun horizontal.
2). Membuat catatan mengenai perkiraan-perkiraan yang berdasarkan hasil analisis menunjukkan adanya gambaran atau perubahan yang cukup materil. Perkiraan tersebut merupakan perkiraan yang diprioritaskan dan/atau dikembangkan pemeriksaannya.
3). Melakukan analisis ratio, antara lain:
a). Ratio rentabilitas ekonomis, yaitu perbandingan antara pendapatan bersih setelah dikurangi pajak dengan investasi untuk mengetahui kemampuan usaha dalam memperoleh keuntungan dengan menggunakan modal sendiri dan modal pinjaman. Ratio ini dapat dipergunakan untuk menilai kewajiban laba bersih dengan melakukan perbandingan dengan usaha sejenis.
b). Ratio rentabilitas modal sendiri, yaitu perbandingan antara pendapatan bersih setelah dikurangi pajak dan modal sendiri untuk mengetahui kemampuan usaha dalam memperoleh keuntungan dengan menggunakan modal sendiri. Ratio ini dapat dipergunakan untuk nilai kewajaran laba bersih dengan melakukan perbandingan dengan usaha sejenis.
c). Ratio inventory turn over, yaitu perbandingan harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata untuk mengetahui kecepatan perputaran barang. Ratio ini dapat dipergunakan untuk menilai penjualan.
(27)
antara pelunasan piutang dengan jumlah penjualan kredit yang terjadi untuk meneliti kewajaran kebijaksanaan penjualan kredit. e). Ratio antara biaya-biaya perbaikan aktiva yang bersangkutan yaitu
perbandingan antara jumlah biaya perbaikan aktiva dengan nilai aktiva yang perbandingannya untuk jumlah biaya kewajaran pengeluaran tersebut.
4). Memperhatikan perkiraan tertentu yang tidak sesuai dengan sifat-sifat dan jenis-jenis usahanya.
5). Memperhatikan laporan pajak terdahulu serta mencatat masalah-masalah dan temuan-temuan pada pemeriksaan terdahulu.
6). Membuat catatan mengenai hal penting yang diketahui dari hasil analisis tersebut dan menuangkannya ke dalam kertas kerja pemeriksaan.
c. Mengindentifikasi masalah, tujuannya adalah untuk menentukan masalah yang memerlukan perhatian khusus dan sebagai bahan untuk menentukan ruang lingkup pemeriksaan yang akan dilakukan. Sedangkan pelaksanaannya adalah mempelajari dan mengindentifikasi:
1) Masalah yang ditemukan dalam berkas Wajib Pajak/berkas data, masalah yang ditemukan dalam SPT dan laporan keuangan dan masalah yang ditemukan dari data/informasi lainnya.
2) Membuat catatan mengenai masalah tersebut dan menuangkannya kedalam kertas kerja pemeriksaan.
(28)
D. Melakukan pengenalan lokasi
Tujuannya adalah untuk mendapatkan kepastian mengenai: alamat Wajib Pajak, lokasi usaha, denah usaha dan kebiasaan lain yang perlu diketahui misalnya jam kerja. Dalam pelaksanaanya adalah dengan melakukan pengenalan lokasi setempat sepengetahuan Wajib Pajak, apabila memungkinkan melakukan wawancara dengan pegawai Wajib Pajak maupun penduduk di sekitar lokasi dan membuat catatan mengenai hasil pengenalan lokasi dan menuangkannya ke dalam kertas kerja pemeriksaan.
E. Menentukan ruang lingkup pemeriksaan.
Himpunan Peraturan Pepajakan Tentang Pemeriksaan (1997:240) ”Ruang lingkup pemeriksaan sederhana lapangan dapat dilakukan : 3. Di lapangan, meliputi seluruh jenis pajak dan/atau tujuan lain baik tahun
berjalan dan/ atau tahun tahun sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan dengan bobot dan kedalaman yang sederhana.
4. Di kantor, meliputi jenis pajak tertentu untuk tahun berjalan dan/atau tahun tahun sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan teknik pemeriksaan dengan bobot dan kedalaman yang sederhana.”
Dari keterangan di atas, ada dua jenis pemeriksaan berdasarkan lokasi, yaitu pemeriksaan kantor (room audit) dan pemeriksaan lapangan (field audit). Pada pemeriksaan kantor ada dua cara pemeriksaan yaitu penelaahan berkas-berkas dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak tanpa perlu
(29)
memanggil Wajib Pajak yang bersangkutan, atau Wajb Pajak diminta datang dengan membawa berkas-berkasnya. Pada pemeriksaan lapangan petugas pemeriksa pajak datang memeriksa ke lokasi usaha Wajib Pajak. F. Menyusun program pemeriksaan.
Program pemeriksaan adalah suatu daftar prosedur-prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan oleh pemeriksa dalam suatu pemeriksaan. Sedangkan prosedur pemeriksaan merupakan langkah-langkah pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan terhadap objek yang diperiksa. Program pemeriksaan disusun berdasarkan hasil penelaahan yang diperoleh pada tahap-tahap persiapan sebelumnya. Tujuan menyusun program pemeriksaan ini adalah agar pemeriksaan dapat mencapai hasil yang optimal, sebagai alat untuk mengawasi, menimbang, dan mengarahkan pelaksanaan pemeriksaan serta dapat merupakan referensi untuk pemeriksaan berikutnya.
G. Menentukan buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang akan dipinjamkan.
Berdasarkan hasil penelitian pada tahap-tahap persiapan pemeriksaan sebelumnya, pemeriksa harus dapat menentukan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen yang akan dipinjam, sekaligus menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada Wajib Pajak sesuai dengan program pemeriksaan yang telah disusun. Pemeriksaan harus menghindari terjadinya pinjaman buku-buku, catatan dan dokumen yang tidak diperlukan atau sebaliknya tidak meminjam buku, catatan dan dokumen yang sebetulnya
(30)
diperlukan
H. Menyediakan sarana pemeriksaan.
Agar pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar, maka sebelum melakukan pemeriksaan perlu dipersiapkan sarana sebagai berikut :
1) Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa.
2) Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SPPP).
3) Surat Pemberitahuan tentang pemeriksaan pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak
4) Surat Pemberitahuan tentang pemeriksaan pajak kepada Wajib Pajak. 5) Formulir surat pernyataan penolakan pemeriksaan.
6) Formulir berita acara penolakan pemeriksaan.
7) Formulir surat pernyataan penolakan membantu kelancaran pemeriksaan.
8) Formulir permintaan keterangan kepada pihak ketiga.
9) Formulir surat permintaan peminjaman buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen lainnya.
10) Formulir daftar buku-buku, catatan-catatan dan dokumen lain yang akan dipinjam oleh pemeriksa.
11) Formulir surat persetujuan/penolakan perpanjangan batas waktu peminjaman buku, catatan dan dokumen lainnya.
12) Formulir bukti peminjaman buku-buku, catatan dan dokumen lainnya. 13) Formulir surat pernyataan telah menyerahkan foto copy buku-buku,
(31)
14) Formulir bukti pengembalian buku-buku, catatan dan dokumen lainnya.
15) Formulir segel.
16) Formulir berita acara penyegelan. 17) Formulir kertas kerja pemeriksaan.
18) Formulir surat pernyataan mengenai persetujuan hasil pemeriksaan. 19) Formulir tanda terima penerimaan pemberitahuan hasil pemeriksaan
dan lembar pernyataan persetujuan. 20) Berita acara hasil pemeriksaan. 21) Formulir surat panggilan.
22) Formulir berita ketidakhadiran Wajib Pajak.
23) Formulir berita acara penolakan penandatanganan berita acara hasil pemeriksaan.
Tujuan persiapan pemeriksaan adalah agar pemeriksaan dapat memperoleh gambaran umum mengenai Wajib Pajak yang akan diperiksa, sehingga program pemeriksaaan yang disusun sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai.
2.2.5. Pelaksanaan pemeriksaan Pajak
Tahapan pelaksanaan pemeriksaan terdiri dari tahap sebagai berikut: (a) memeriksa di kantor pemeriksa dan atau di tempat Wajib Pajak.
(b) menilai sistem pengendalian intern.
(c) memutakhirkan cakupan dan program pemeriksaan.
(d) melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen.
(32)
(e) melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga.
(f) memberitahukan hasil pemeriksaan kepada wajib pajak. (g) melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan.
Pelaksanaan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan pemeriksa yang meliputi :
a. Memeriksa di tempat Wajib Pajak.
Memeriksa di tempat Wajib Pajak adalah pemeriksaan yang dilakukan di Kantor atau Pabrik atau di tempat usaha atau di tempat tinggal atau ditempat lain yang diduga ada kaitannya dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak. Pemeriksaan dapat dilakukan di tempat lain yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Zulfikar Tahar (1999:13) Tujuan pemeriksaan di tempat lain adalah :
”1) Untuk mengetahui dan mendapatkan data-data/fakta-fakta mengenai kegiatan Wajib Pajak yang sebenarnya.
2) Untuk dapat mengetahui dan menilai sistem pengendalian intern. 3) Untuk menyakinkan kebenaran/keberadaan secara fisik aktiva tetap
yang dilaporkan dan kepemiliknya.” Pelaksanaan pemeriksaan adalah :
1) Sebelum memulai tugasnya, pemeriksa terlebih dahulu harus memperkenalkan diri dengan menunjukkan tanda pengenal pemeriksa. Menyampaikan Surat Pemberitahuan pemeriksaan dan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SPPP), serta menjelaskan tujuan kedatangan pemeriksa agar Wajib Pajak mengetahui dengan jelas dan tujuan
(33)
pemeriksaan yang akan dilakukan. Selanjutnya pemeriksa melakukan wawancara/tanya jawab berdasarkan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Wawancara dilakukan dengan orang-orang yang dianggap dapat mengungkapkan tambahan informasi yang akan bermanfaat untuk keberhasilan pemeriksaan.
2) Melakukan pemeriksaan pada bagian-bagian yang ada pada perusahaan sekaligus apabila diperlukan dan dimungkinkan melakukan pengujian fisik atas besarnya persediaan saldo uang yang ada dalam kas.
3) Melakukan tindakan penyegelan terhadap tempat atau ruangan tertentu yang diduga merupakan tempat penyimpanan buku-buku, catatan, dokumen atau barang-barang lainnya yang berhubungan dengan kegiatan Wajib Pajak apabila Wajib Pajak atau wakil kuasanya tidak memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan dimaksud atau tidak berada di tempat pada saat pemeriksaan dilakukan.
4) Melakukan peminjaman buku-buku, catatan, dan dokumen yang diperlukan dengan membuat dan menyerahkan bukti peminjaman kepada Wajib Pajak.
b. Melaksanakan penilaian atas sistem pengendalian intern.
Dilaksanakannya penilaian atas sistem pengendalian intern bertujuan untuk mengetahui lemah/kuatnya sistem pengendalian intern sebagai dasar untuk menentukan dalamnya pengujian-pengujian yang akan dilakukan. Dalam pelaksanaan penilaian sistem pengendalian dilakukan berdasarkan :
(34)
Mengumpulkan informasi mengenai sistem pengendalian intern dengan cara : mempelajari manual yang ada dalam perusahaan antara lain struktur organisasi, bagan perkiraan arus dokumen dan arus barang, melakukan wawancara mengenai pelaksanaan sistem pengendalian intern dengan pejabat berkompeten dan mengamati proses pelaksanaan sistem pengendalian intern.
2) Penelaahan.
Berdasarkan data yang telah terkumpul, pemeriksa melakukan penelaahan dengan membuat catatan yang dapat berupa : uraian singkat, bagan arus, daftar pertanyaan yang telah dijawab.
3) Penilaian sementara terhadap sistem pengendalian intern.
Berdasarkan hasil penelaahan, pemeriksa membuat penilaian sementara mengenai sistem pengendalian intern yang akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan dalamnya pengujian-pengujian yang akan dilakukan.
4) Pengujian.
Berdasarkan hasil penilaian sementara terhadap sistem pengendalian intern, pemeriksa melakukan pengujian mengenai kepatuhan dalam mengikuti sistem/prosedur/metode/peraturan yang telah ditetapkan. 5) Penilaian akhir dari sistem pengendalian intern.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, pemeriksa dapat menentukan penilaian akhir mengenai lemah/kuatnya sistem pengendalian intern.
(35)
c. Memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan.
Berdasarkan data/fakta yang diperoleh pada saat pemeriksaan setempat dan setelah memperhatikan hasil penilaian sistem pengendalian intern, pemeriksa menelaah dan menyusun kembali program pemeriksaan yang dibuat pada tahap persiapan pemeriksaan.
d. Melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan, dan dokumen Tujuannya adalah :
1) Untuk meyakinkan kebenaran angka-angka yang dicantumkan dalam SPT dengan membandingkannya terhadap angka-angka yang ada dalam pembukuan dan dokumen-dokumen pendukungnya.
2) Untuk menentukan apakah angka-angka yang dilaporkan dalam SPT telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.
e. Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga.
Tujuan melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga adalah untuk meneguhkan kebenaran data/informasi dari Wajib Pajak dengan bukti-bukti yang diperoleh dari pihak ketiga.
Bohari (2004:160) Pelaksanaan melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga adalah dengan :
“1) Meminta informasi melalui surat kepada pihak ketiga. 2) Melakukan pemeriksaan terhadap pihak ketiga yang terkait.” f. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak.
Tujuannya adalah menjelaskan koreksi fiskal dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Prakoso (1999:134) Pelaksanaan memberitahukan hasil
(36)
pemeriksaan kepada Wajib Pajak adalah :
”1) Memberitahukan secara tertulis koreksi fiskal kepada Wajib Pajak. 2) Melakukan pembahasan atas koreksi fiskal dengan Wajib Pajak.
3) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada Wajib Pajak untuk menyampaikan pendapat, sanggahan, persetujuan atau meminta penjelasan lebih lanjut mengenai koreksi fiskal yang telah dilakukan.”
g. Melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan.
Tujuannya adalah untuk membuat berita acara hasil pemeriksaan yang harus ditandatangani oleh Wajib Pajak dan Pemeriksa Pajak, Pelaksanaannya adalah :
1) Memberitahukan kepada Wajib Pajak mengenai tempat dan waktu pertemuan.
2) Membuat dan menandatangani berita acara hasil pemeriksaan yang memuat secara rinci seluruh koreksi baik yang disetujui oleh pemeriksa maupun yang disanggah oleh Wajib Pajak tetapi sanggahan tersebut tidak disetujui oleh pemeriksa.
3) Dalam hal Wajib Pajak menolak untuk menandatangani berita acara hasil pemeriksaan, maka pemeriksa membuat berita acara penolakan penandatangan berita acara hasil pemeriksaan.
Hasil akhir Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) dalam rangka ekstensifikasi Wajib Pajak adalah berupa pemberian NPWP dan/atau pengukuhan PKP secara jabatan yang merupakan kesimpulan dalam LPP serta usulan untuk ditindaklanjuti dengan pemeriksaan khusus apabila
(37)
ada data tentang objek pajak yang cukup material, baik untuk tahun yang berjalan maupunn tahun-tahun sebelumnya.
4) Penyusunan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Kertas Kerja Pemeriksaan Pajak
Sedangkan untuk tahap penyusunan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Kertas Kerja Pemeriksaan Pajak terdiri dari:
(a) format LPP dan KKP. (b) pengesahan LPP.
(c) pembuatan Nota Penghitungan dan LHP.
(d) pengiriman LPP, nota penghitungan dan berkas Wajib Pajak. (e) perekaman SP3.
Penelitian ini tidak membahas kepuasan Wajib Pajak atas hasil dari pemeriksaan pajak berupa Surat Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak, tetapi bertujuan untuk mengetahui ada tidak nya pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak dan penelitian ini hanya mencakup kejadian atau pengalaman yang dialami langsung oleh pemeriksa pajak dalam melakukan pemeriksaan dari proses awal berupa tahap persiapan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, hingga penyusunan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Kertas Kerja Pemeriksaan Pajak.
Menurut Mardiasmo (2004:231) ”laporan pemeriksaan pajak adalah laporan yang dibuat oleh pemeriksa pada akhir pelaksanaan pemeriksaan yang merupakan ikhtisar dan penuangan semua hasil pelaksanaan tugas pemeriksaan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan”.
(38)
Laporan pemeriksaan pajak menyajikan penilaian serta pengujian atas ketaatan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang diperiksa, yang disarikan dari kertas kerja pemeriksa. Laporan pemeriksaan pajak digunakan sebagai dasar untuk penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP). 2.3.Pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan
2.3.1.Kriteria Pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan
Pada prinsipnya pemeriksaan dapat dilakukan terhadap semua Wajib Pajak, namun karena keterbatasan sumber daya manusia atau tenaga pemeriksa di Direktorat Jenderal Pajak, maka pemeriksaan tidak dapat dilakukan terhadap semua Wajib Pajak. Pemeriksaan hanya dilakukan terutama terhadap Wajib Pajak yang SPT-nya menyatakan lebih bayar karena hal ini telah diatur dalam UU KUP. Selain itu pemeriksaan dilakukan juga terhadap Wajib Pajak tertentu dan Wajib Pajak yang tingkat kepatuhannya dianggap rendah. Pada masa yang akan datang dengan kuasa Pasal 17 c UU KUP, pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang SPT-nya menyatakan lebih bayar akan dikurangi jumlahnya, selanjutnya pemeriksaan dapat lebih diarahkan kepada Wajib Pajak yang tingkat kepatuhannya rendah atau Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu.
Kriteria pemeriksaan yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak (SE-28/PJ/2013,Tentang Kebijakan Pemeriksaan Pajak) adalah terdapat 2 (dua) kriteria yang merupakan alasan dilakukannya pemeriksaan, yaitu:
1. Pemeriksaan Rutin,merupakan pemeriksaan yang dilakukan sehubungan dengan pemenuhan hak dan/atau pelaksanaan kewajiban perpajakan
(39)
Wajib Pajak dan,
2. Pemeriksaan Khusus atau pemeriksaan berdasarkan analisis risiko (risk based audit), merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yang berdasarkan hasil analisis risiko secara manual atau secara komputerisasi menunjukkan adanya indikasi ketidakpatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.
2.3.2.Materi Pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan
Dalam pelaksanaan pemeriksaan PPh Pasal 25 Badan terdapat materi – materi pemeriksaan yang harus diperiksa sesuai dengan prosedur pemeriksaan, antara lain :
1. Laporan Keuangan
Pemeriksa melakukan analisis terhadap laporan keuangan dan dokumen dokumen pembukuan Wajib Pajak dan membuat catatan mengenai perkiraan -perkiraan yang berdasarkan hasil analisis menunjukkan adanya gambaran atau perubahan yang cukup materil. Perkiraan tersebut merupakan prioritas dalam pemeriksaan untuk melakukan koreksi fiskal.
2. Daftar Pembayaran Wajib Pajak Badan
Mendapatkan daftar pembayaran bulanan PPh Pasal 25 Badan dengan rincian sebagai berikut :
a. Pembayan angsuran untuk bulan Januari sampai Desember Tahun pajak yang diperiksa.
b. Jumlah Pembayaran. c. Tanggal pembayaran.
(40)
d. Nomor dan Tanggal STP (Surat Tagihan Pajak). e. Pembayaran PPN
f. Faktur Pajak 3. Besarnya Angsuran
Meyakinkan bahwa besarnya angsuran pajak dalam Tahun berjalan (PPh Pasal 25 Badan ) untuk setiap bulan adalah sebesar pajak yang terhutang pada Tahun Pajak yang lalu dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan pajak ,Pasal 22, Pasal 23, (sebagai kredit pajak) dibagi dengan banyaknya masa pajak. 4. Bukti Pembayaran
Mencocokkan seluruh jumlah yang tercantum dalam daftar pembayaran angsuran dengan bukti asli pembayaran PPh Pasal 25 Badan (arsip Wajib Pajak).
5. Jumlah Kredit Pajak
Meyakinkan bahwa jumlah yang dikreditkan dengan hutang pajak penghasilan Wajib Pajak untuk Tahun berjalan sesuai dengan jumlah daftar pembayaran angsuran.
6. Alket (Alat Keterangan)
Memanfaatkan data (alket/alat keterangan) yang ada di master file Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan dan memperhitungkannya terhadap pajak yang terhutang.
7. Dokumen Lain
(41)
yang berkaitan dengan transaksi keuangan wajib pajak badan seperti dokumen PEB, akte perubahan perusahaan, dan sebagainya.
2.3.3.Laporan Pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan
Setiap pemeriksaan selalu diakhiri dengan pertanggungjawaban yaitu dengan menyusun laporan pemeriksaan. Dalam pemeriksaan pajak, pembuatan laporan pemeriksaan itu menjadi keharusan. Laporan ini akan mencerminkan watak dan profesionalisme pemeriksa. Selain itu, dalam laporan ini akan diketahui kekurangan yang ditemui oleh pemeriksa dalam pembukuan atau diri Wajib Pajak yang berkaitan dengan Ketetapan Pajak.
Atas dasar hal itu, maka pemerintah perlu mengatur pedoman laporan pemeriksaan. Sophar (1999:393) Pedoman laporan pemeriksaan adalah sebagai berikut :
”1. Laporan pemeriksaan pajak disusun secara rinci, ringkas, jelas, memuat ruang lingkup sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat kesimpulan pemeriksaan pajak yang didukung bukti yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan, dan memuat pula pengungkapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Laporan pemeriksaan pajak yang berkaitan dengan pengungkapan penyimpangan Surat Pemberitahuan harus memperhatikan :
a. Berbagai faktor perbandingan. b. Nilai absolut dari penyimpangan. c. Sifat dari penyimpangan.
(42)
d. Bukti atau petunjuk adanya penyimpangan. e. Pengaruh penyimpangan.
f. Hubungan dengan permasalahan lainnya.
3. Laporan pemeriksaan pajak harus didukung oleh daftar yang lengkap dan rinci sesuai dengan tujuan pemeriksaan.”
Pembuatan Laporan Pemeriksaan Pajak dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut (Bambang,1999) :
” 1).Cara Penyusunan Laporan Pemeriksaan Pajak. 2). Pengesahan Laporan Pemeriksaan Pajak. 3). Pembuatan Nota Perhitungan dan DKHP.
4). Pengiriman LPP, Nota Penghitungan dan DKHP”
Berikut ini penulis akan menjelaskan keempat tahap pembuatan laporan pemeriksaan pajak.
1. Cara Penyusunan Laporan Pemeriksaan Pajak.
Laporan Pemeriksaan Pajak disusun dengan sistematika sebagai berikut : a. Umum.
Memuat keterangan-keterangan mengenai identitas Wajib Pajak, pemenuhan kewajiban perpajakan, gambaran kegiatan Wajib Pajak, penugasan dan alasan pemeriksaan, data/informasi yang tersedia dan daftar lampiran. b. Pelaksanaan pemeriksaan.
(43)
Memuat penjelasan secara lengkap mengenai pos-pos yang diperiksa, penilaian pemeriksaan atas pos-pos yang diperiksa dari temuan-temuan pemeriksaan.
c. Hasil pemeriksaan.
Merupakan ikhtisar yang menggambarkan perbandingan antara laporan Wajib Pajak (SPT) dengan hasil pemeriksaan dan penghitungan mengenai besarnya pajak-pajak yang terhutang.
d. Kesimpulan dan usul pemeriksaan.
Menggambarkan hasil pemeriksaan dalam bentuk perbandingan antara pajak-pajak yang terhutang berdasarkan laporan Wajib Pajak dengan hasil pemeriksaan, data/informasi yang diproduksi dan usul-usul pemeriksaan. 2. Pengesahan LPP.
Konsep LPP yang telah ditandatangani oleh pemeriksa harus disampaikan bersama-sama dengan lembar pengawasan Laporan Pemeriksa Pajak kepada Ketua Tim Pemeriksa dan Supervisor untuk ditelaah. Setiap konsep LPP yang diserahkan untuk ditelaah harus selalu disertai dengan berkas LPP. Bila telah disetujui, penelaah akan membubuhkan parafnya pada konsep LPP tersebut.
Setelah konsep LPP yang bersangkutan selesai ditelaah, maka konsep tersebut diteruskan untuk mendapatkan persetujuan dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang, yaitu :
(44)
2) Direktur Pemeriksaan Pajak atau pejabat yang ditunjuk oleh Direktur Pemeriksaan Pajak bagi pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Pemeriksaan Pajak.
Konsep yang telah disetujui oleh Kepala KPP diteruskan ke Bagian Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal berupa konsep dan SPHP untuk diberi nomor selanjutnya dikembalikan ke pemeriksa untuk dibuatkan risalah pembahasan selanjutnya setelah disetujui kepala KPP dibuatkan SPHP final dan Nota Penghitungan untuk ditandatangani Kepala KPP selanjutnya direkam dan dinomori kemabali oleh Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal.
3. Pembuatan Nota Penghitungan dan DKHP.
Setelah LPP disetujui, selanjutnya pemeriksa membuat Nota Penghitungan yang akan digunakan sebagai dasar untuk penerbitan Surat Ketetapan Pajak yang diparaf :
1) Kolom dihitung : diparaf oleh Ketua Tim Pemeriksa dan anggota. 2) Kolom disetujui : diparaf oleh Kepala Unit Pemeriksaan dan Penyidikan
Pajak
3) Kolom ditetapkan : diparaf oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
Sedangkan kolom-kolom lainnya diparaf oleh petugas pada Kantor Pelayanan Pajak yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Kemudian pemeriksa membuat DKHP yang merupakan lembar kesimpulan dari hasil pemeriksa.
4. Pengiriman LPP, Nota Penghitung dan DKHP.
LPP, Nota Penghitung dan berkas Wajib Pajak dikirim ke Kantor Pelayanan Pajak terkait.
(45)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Jenis dan Lokasi Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian dengan menggunakan jenis data kuantitatif, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berasal dari sumber internal dan merupakan data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber asli. Data primer berupa laporan realisasi penerimaan pajak dan data penerbitan surat ketetapan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan.
3.1.2.Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan, yang berlokasi di Jalan Sukamulia No.17 A Lantai II Medan.
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Menurut Sugiono (2004:72) “ Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik teertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Populasi penelitian yaitu Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan sampai tahun 2012.
(46)
3.2.2. Sampel
Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
proportional sampling method atau pemilihan sampel proporsional, yaitu
metode penentuan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2004 : 78). Teknik sampel ini dipilih karena anggota populasinya dianggap homogen, yaitu Wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan.
3.3.Defenisi Operasional
PPh Pasal 25/29 Badan merupakan angsuran pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak Badan setiap bulan dan merupakan kredit pajak yang dapat dikurangkan dari pajak yang terhutang pada akhir Tahun Pajak yang bersangkutan.
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.
Penerimaan Pajak adalah angka penerimaan pajak yang berhasil dihimpun Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan dalam satu Tahun Pajak.
Pemeriksa adalah tenaga fungsional Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan perpajakan.
(47)
SP3 (Surat Perintah Pemeriksaan Pajak) adalah instruksi untuk melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak tertentu di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan.
SKP ( Surat Ketetapan Pajak ) adalah hasil ketetapan pajak yang diperoleh dari hasil pemeriksaan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan.
3.4. Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan sumber data yang diteliti, penelitian ini tergolong dalam penelitian data primer. Menurut Indriantoro (1999), data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data primer yang relevan dengan tujuan penelitian adalah metode observasi.
Penelitian ini menggunakan data primer dan dokumentasi yaitu data data PPh Pasal 25/29 Badan terutang hasil pemeriksaan untuk tahun 2010, 2011, dan 2012 dan data penerimaan Pajak Penghasilan PPh Pasal 25/29 Badan untuk Tahun 2010, 2011 dan 2012 yang bersumber dari Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan. Adapun data yang dimaksud antara lain; jumlah penerimaan pajak PPh Pasal 25/29 Badan setiap tahun, jumlah pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan setiap tahun, dan jumlah pajak terutang dari hasil pemeriksaan PPh Psl 25/29 Badan tersebut.
(48)
3.5. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan untuk mengumpulkan data pada objek penelitian dengan cara melakukan tanya jawab terhadap Fungsional Pemeriksa pajak secara langsung.
b. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara menyalin laporan, data maupun catatan yang berkaitan dengan data penerimaan PPh Pasal 25/29 Badan , jumlah pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan dan data-data lain yang diperlukan dalam penelitian ini. c. Observasi Nonperilaku
Observasi nonperilaku merupakan metode pengumpulan data dengan cara membaca, menyalin, dan mengolah dokumen atau catatan tertulis yang ada, seperti penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29, kepatuhan wajib pajak, serta pemeriksaan pajak, yaitu pencatatan jumlah SKPKB dan SKPKBT yang diterbitkan Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan.
3.6.Teknik Analisis Data
Dalam analisis data, metode yang digunakan adalah metode statistik untuk menguji pengaruh satu variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat (Ghozali, 2002:6). Analisis yang dilakukan adalah menguji hipotesis dengan metode regresi linier sederhana dan proses datanya menggunakan program komputer SPSS. Data yang di uji yaitu data PPh Pasal 25/29 Badan terutang hasil pemeriksaan pajak dan data penerimaan PPh Pasal 25/29 Badan di KPP Madya Medan.
(49)
Uji t digunakan untuk menguji hipotesis kedua yang menyatakan bahwa variabel bebas (X) yang digunakan dalam penelitian ini secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y).
Kriteria Pengujian
Ho diterima jika –t tabel < t hitung < t tabel
(50)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Deskripsi Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Kantor
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Medan merupakan salah satu instansi di Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I. KPP Madya Medan yang berdiri sejak tahun 2007 merupakan hasil dari reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan khususnya di Direktorat Jenderal Pajak dan mengemban tugas untuk melaksanakan pelayanan, pengawasan administratif, dan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak Badan Usaha di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPN dan PPnBM), dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL) berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku.
Kantor Wilayah DJP Sumatera Utara I sendiri membawahi satu KPP Madya dan delapan KPP Pratama. Perbedaan KPP Madya dengan KPP Pratama adalah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Madya seluruhnya adalah Wajib Pajak Badan Usaha, berbeda halnya di KPP Pratama yang terdiri dari wajib pajak Badan Usaha dan Orang Pribadi. Pemilihan Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Madya Medan didasarkan atas kriteria tertentu, yaitu berdasarkan batasan omzet yang telah ditetapkan. Jadi wajib pajak yang terdaftar di KPP Madya Medan adalah wajib pajak badan usaha terbesar
(51)
yang ada di wilayah Sumatera Utara I, yang diukur dari jumlah pembayaran pajak yang disetor ke kas negara.
Berikut ini adalah hal-hal penting yang berhubungan dengan gambaran umum KPP Madya Medan, yaitu :
4.1.2. Struktur Organisasi
KPP Madya Medan dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang bertanggung jawab untuk melakukan koordinasi seksi-seksi di bawahnya demi kelancaran tugas KPP dalam rangka mencapai target penerimaan pajak. Susunan Organisasi KPP Madya Medan terdiri dari :
(1) Subbagian Umum, bertugas menangani urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan rumah tangga.
(2) Seksi Pengolahan Data dan Informasi, bertugas menangani pengolahan data dan menyajikan informasi, dan penggalian potensi pajak berdasarkan perkembangan ekonomi dan keuangan. (3) Seksi Penagihan, bertugas melakukan penatausahaan piutang
pajak, pelaksanaan penagihan pajak, penundaan dan angsuran, serta pembuatan usulan penghapusan piutang pajak.
(4) Seksi Pelayanan, bertugas melakukan penatausahaan surat, dokumen dan laporan Wajib Pajak seperti tata cara pendaftaran diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pokok Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) serta penghapusannya.
(52)
pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban pajak oleh Wajib Pajak, membuat profil Wajib Pajak, memberikan bimbingan terkait konsultasi teknis perpajakan bagi wajib pajak. Terdapat 4 seksi Waskon di KPP Madya Medan dan masing-masing seksi dibebani target penerimaan pajak setiap tahunnya.
(6) Seksi Pemeriksaan, bertugas melakukan pemeriksaan lapangan maupun pemeriksaan kantor.
4.1.3. Gambaran Sektor Usaha
Potensi pajak setiap Kantor Pelayanan Pajak tentu berbeda-beda tergantung dari kegiatan usaha yang dilakukan Wajib Pajak yang terdaftar di KPP masing-masing. Adapun sektor-sektor usaha yang menjadi andalan penerimaan pajak di KPP Madya Medan sampai dengan Desember 2012 antara lain perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil serta sepeda motor yang memberikan kontribusi sebesar 32% terhadap total penerimaan pajak; industri pengolahan yang memberikan kontribusi sebesar 22% terhadap total penerimaan pajak; jasa keuangan dan asuransi yang memberikan kontribusi sebesar 17% terhadap total penerimaan pajak; pertanian, kehutanan dan perikanan yang memberikan kontribusi sebesar 14% terhadap total penerimaan pajak; konstruksi yang memberikan kontribusi sebesar 3% terhadap total penerimaan pajak, transportasi dan pergudangan yang memberikan kontribusi sebesar 2% terhadap total penerimaan pajak dan sektor lain-lain yang memberikan kontribusi sebesar 10% terhadap total penerimaan pajak. Untuk mengetahui peranan dari setiap
(53)
sektor usaha dapat dilihat dalam gambar berikut:
Sumber: SIDJP Seksi PDI KPP Madya Medan
Gambar IV.1. Penerimaan Pajak 2012 Per Sektor Usaha
4.1.4. Jumlah Wajib Pajak dan Penerimaan Pajak
Jumlah Wajib Pajak di KPP Madya Medan dari tahun 2007 sampai dengan 2012 selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan data SIDJP, sampai dengan tahun 2012 diketahui bahwa pertambahan jumlah Wajib Pajak yang telah terdaftar di KPP Madya Medan dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
(1) Per 1 April 2007 berjumlah 332 wajib pajak.
(2) Per 1 April 2008 ada penambahan 871 wajib pajak baru, sehingga total menjadi 1.203 wajib pajak terdaftar.
(3) Per 1 April 2012 ada penambahan 196 wajib pajak baru, sehingga total menjadi 1.399 wajib pajak terdaftar.
32%
22% 17%
14% 3%2%
10%
Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan peraw at an m obil sert a sepeda m ot or
Indust ri pengolahan
Jasa keuangan dan asuransi
Pert anian, kehut anan dan perikanan
(54)
berlangsung setiap tahun, tetapi hanya berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Pertambahan jumlah Wajib Pajak per 1 April 2007 sampai dengan per 1 April 2012 secara rinci dapat dilihat dalam gambar berikut:
Sumber: SIDJP Seksi PDI KPP Madya Medan
Gambar IV.2. Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2012
Sementara itu, jumlah penerimaan pajak KPP Madya Medan tahun 2010, 2011, dan 2012 adalah Rp 4.351.125.569.722,00; Rp 4.537.648.410.388,00; dan Rp 6.070.182.943.818,00. Dari uraian di atas, jumlah penerimaan pajak dari 2010 sampai dengan 2012 selalu mengalami peningkatan. Gambar berikut akan menjelaskan lebih rinci :
0 500 1000 1500
1 April 2007 1 April 2008 1 April 2012 332
1203
1399
Ju
m
la
h
W
a
ji
b
P
a
ja
k
(55)
Sumber: Modul Penerimaan Negara 2013
Gambar IV.3. Pertumbuhan Penerimaan Pajak 2010 sampai dengan 2012
4.1.5. Rencana Penerimaan Pajak
Dalam penetapan rencana penerimaan pajak, KPP Madya Medan membuat perkiraan yang diperoleh dari setiap seksi yang bersangkutan. Perkiraan ini juga mempertimbangkan realisasi penerimaan pajak pada tahun sebelumnya disertai dengan perkiraan kondisi perekonomian sektor usaha yang mungkin terjadi pada tahun yang akan datang. Hasil perkiraan tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I dalam menetapkan perkiraan penerimaan pajak KPP Madya Medan. Secara garis besar rencana penerimaan tersebut terbagi atas tiga kelompok utama yaitu jenis Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN dan
0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000
2010 2011 2012
4,351,125 4,537,648
6,070,182 Ju m la h P e n e ri m a a n P a ja k (J u ta a n R p ) Tahun
(56)
No. Jenis Pajak Jumlah (Rp)
1 PPh Pasal 21
2 PPh Pasal 22
3 PPh Pasal 22
4 PPh Pasal 23
5 PPh Pasal 25/29
6 PPh Pasal 26
7 PPh Final
Total
Sumber: Modul Penerimaan Negara 2013
KPP Madya Medan pada tahun 2012 telah merencanakan total penerimaan pajak sebesar Rp 6.415.510.280.000,00. Jumlah tersebut terdiri dari rencana penerimaan pajak penghasilan tahun 2012 adalah sebesar Rp 5.011.761.350.000,00, rencana penerimaan PPN dan PPnBM sebesar Rp 1.270.709.980.000,00, dan rencana penerimaan Pajak Lainnya dan sebesar Rp 133.038.950.000,00.
Rincian jumlah rencana penerimaan untuk masing-masing jenis pajak tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini:
Tabel IV.1
(57)
No. Jenis Pajak
Jumlah ( Rp) 1 PPN Dalam Negeri
2 PPN Impor 1.461.972.796.777
3 PPnBM Dalam Negeri
4 PPnBM Impor
Total 1.270.709.980.000
Sumber: Modul Penerimaan Negara 2013
No. Jenis Pajak Jumlah (Rp)
1 Bea Materai 22.495.284.427
2 Penjualan Bea 110.543.665.573
Total 133.038.950.000
Sumber: Modul Penerimaan Negara 2013
Tabel IV.2
Rencana Penerimaan PPN dan PPnBM Tahun 2012
Tabel IV.3
Rencana Penerimaan Pajak Lainya
4.1.6. Realisasi Penerimaan Pajak
Selanjutnya realisasi penerimaan pajak KPP Madya Medan per jenis pajak yang berhasil dicapai di tahun 2012 adalah sebesar Rp 6.070.182.943.818,00. Jumlah tersebut terdiri dari realisasi penerimaan Pajak Penghasilan tahun 2012 adalah sebesar Rp 4.417.980.628.259,00, realisasi penerimaan PPN dan PPnBM sebesar Rp 1.578.118.392.556,00, dan realisasi penerimaan Pajak Lainnya sebesar Rp 74.083.923.003,00.
Rincian jumlah rencana penerimaan untuk masing-masing jenis pajak tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini:
(58)
No. Jenis Pajak Jumlah (Rp) A PPh Non-Migas
1 PPh Pasal 21
2 PPh Pasal 22
3 PPh Pasal 22 impor
4 PPh Pasal 23
5 PPh Pasal 25/29
6 PPh Pasal 26
7 PPh Final
8 PPh Lainnya
PPh Migas
Total
Sumber: Modul Penerimaan Negara 2013
No. Jenis Pajak Jumlah ( Rp)
1 PPN Dalam Negeri 26.299.621.339
2 PPN Impor 1.549.409.295.018
3 PPnBM Dalam Negeri 2.025.117.034
4 PPnBM Impor 384.359.165
Total 1.578.118.392.556
Sumber: Modul Penerimaan Negara 2013
No. Jenis Pajak Jumlah (Rp)
1 Bea Materai 11.017.832.000
2 Penjualan Bea 61.838.544.000
3 Bunga Penagihan 1.063.991.073
4 Bunga Penagihan 163.555.930
Total 74.083.923.003
Sumber: Modul Penerimaan Negara 2013
Tabel IV.4
Realisasi Penerimaan PPh Tahun 2012
Tabel IV.5
Realisasi Penerimaan PPN dan PPnBM Tahun 2012
Tabel IV.6
(59)
Tabel IV.7
Realisasi Penerimaan Pajak Per sektor Tahun 2012
Smber: Modul Penerimaan Negara 2013
Realisas penerimaan per sektor disajikan pada table diatas dimana pertumbuhan penerimaan sebesar 33,07 % dan sektor yang memiliki
2011 2012
1 2 3 4 5 6
A Pertanian , Perburuan dan
Kehutanan 643.630,46 822.383,43 27,77 13,62
B Perikanan 274,95 3.657,35 3.104,03 0,06
C Pertambangan dan
Penggalian 29.592,63 54.080,79 82,75 0,90
D Industri Pengolahan 684.274,15 1.428.711,10 108,79 23,66
E Listrik, Gas dan Air 77.343,13 99.894,36 29,16 1,65
F Konstruksi 217.757,92 289.674,61 33,03 4,80
G
Perdagangan Besar dan Eceran;Reparasi Mobil Sepeda Motor, serta Barang-barang Keperluan Pribadi dan Rumah Tangga
1.652.315,30 2.051.427,32 24,15 33,97
H
Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum
6.640,61 8.727,52 31,43 0,14
I Transportasi, Pergudangan
dan Komunikasi 38.667,30 88.955,63 130,05 1,47
J Perantara Keuangan 1.005.758,93 1.042.319,34 3,64 17,26
K
Real Estat, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan
129.008,50 121.406,57 (5,89) 2,01
L
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
0,00 0,00 0,00 0,00
M Jasa Pendidikan 3.557,76 3.744,23 5,24 0,06
N Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 9.754,29 15.886,45 62,87 0,26
O
Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Kegiatan Lainnya
2.409,20 2.081,17 (13,62) 0,03
P Jasa Perorangan 0,00 0,00 0,00 0,00
Q
Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya
0,00 0,00 0,00 0,00
Z
Kegiatan yang Belum Jelas Batasannya/Tidak Tercakup Dalam Kategori
36.977,58 5.801,24 (84,31) 0,10
Total 4.537.962,70 6.038.751,10 33,07 100,00 Kategori Sektor Realisasi s.d Bulan ini (Rp) Growth
(%)
Peranan (%)
(60)
peranan paling besar terhadap penerimaan KPP Madya medan ditahun 2012 adalah sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil sepeda motor , serta barang –barang keperluan pribadi dan rumah tangga.
Selanjutnya realisasi penerimaan pajak KPP Madya Medan dari PPh Pasal 25/29 Badan yang berhasil dicapai di tahun selama lima tahun terakhir dimulai dari tahun 2008 sebesar Rp 1.008.870.543.066, tahun 2009 sebesar Rp 1.309.454.042.303, tahun 2010 sebesar Rp 1.494.530.740.690, tahun 2011 sebesar Rp 1.350.528.355.866, dan tahun 2012 sebesar Rp 1.919.140.809.253.
Rincian jumlah realisasi penerimaan untuk masing-masing tahun untuk PPh Pasal 25/29 Badan tersebut dapat dilihat pada tabel IV.8 di bawah ini:
Tabel IV.8
Realisasi Penerimaan PPh Pasal 25/29 Badan Tahun 2010 s.d 2012
No Tahun Jumlah (Rp)
1 2010 1.494.530.740.690 4 2011 1.350.528.355.866 3 2012 1.919.140.809.253
(61)
Rincian jumlah realisasi penerimaan dan pemeriksaan untuk masing-masing tahun untuk PPh Pasal 25/29 Badan tersebut dapat dilihat pada tabel IV.9 di bawah ini:
Tabel IV.9
Realisasi Penerimaan dan Pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Tahun 2010 s.d 2012
Tahun Jumlah Penerimaan Pemeriksaan
2010 1.494.530.740.690 142.698.384.966 2011 1.350.528.355.866 24.330.479.551 2012 1.919.140.809.253 54.914.648.842
Sumber: Modul Penerimaan Negara dam ALPP 2013
4.2. Rumusan hipotesis
Hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini adalah untuk pengujian apakah pemeriksaan PPh pasal 25/29 Badan berpengaruh terhadap
penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan.. Secara konseptual hipotesis dapat dioperasikan sebagai berikut.
Ho: tidak ada pengaruh yang signifikan antara pemeriksaan PPh pasal 25/29 Badan (X) terhadap penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan (Y).
H1: terdapat pengaruh yang signifikan antara pemeriksaan PPh pasal 25/29 Badan (X) terhadap penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan (Y).
(62)
4.3 Uji Asumsi Klasik
(1) Uji normalitas, yaitu suatu pengujian untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi variabel bebas, variabel terikat, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Kenormalan suatu data dapat dilihat dan diamati dari uji one sample kolomogorov-smirnov test.
(2) Uji linearitas dipergunakan untuk melihat apakah model yang dibangun mempunyai hubungan linear atau tidak.
4.4 Analisis Data
Dalam analisis data, metode yang digunakan adalah metode statistik untuk menguji pengaruh satu variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat (Ghozali, 2002:6). Analisis yang dilakukan adalah menguji hipotesis dengan metode regresi linier sederhana dan proses datanya menggunakan program komputer SPSS. Model tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan:
Y’ = a + bX Keterangan :
Y = Realisasi Penerimaan PPh Pasal 25/29 Badan (Rp) a = Konstanta / Intercept
b = Koefosien regresi
X = Jumlah Nominal Pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan (Rp) Uji t digunakan untuk menguji hipotesis kedua yang menyatakan bahwa variabel bebas (X) yang digunakan dalam penelitian ini secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y).
(63)
4.5. Pembahasan
4.5.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Pada Tabel 4.1 berikut disajikan statistik deskriptif dari tiap-tiap variabel. Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation
PEMERIKSAAN_PAJAK 3 7.40E10 6.144E10
PENERIMAAN_PAJAK 3 1.59E12 2.956E11
Valid N (listwise) 3
Sumber: data diolah
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata pemeriksaan PPh pasal 25/29 wajib pajak badan (dengan data 3 tahun) adalah Rp 7,40 × 1010, dengan standar deviasi Rp 6,144 × 1010 . Rata-rata penerimaan PPh pasal 25/29 wajib pajak badan (dengan data 3 tahun) adalah adalah Rp 1,59 × 1010, dengan standar deviasi Rp 2,956 × 1011.
4.5.2 Hasil pengujian asumsi klasik
Berikut disajikan uji asumsi klasik yang diolah dengan program SPSS versi 16.0.
a. Uji Normalitas
Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal.
(1)
berarti pengaruh yang terjadi dapat berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan).
Dari hasil analisis regresi di atas dapat diketahui nilai t hitung seperti pada tabel 2. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
1. Menentukan Hipotesis
c. Ho = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara pemeriksaan PPh pasal 25/29 Badan (X) terhadap penerimaan pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Madya Medan (Y).
d. H1 ≠0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara pemeriksaan PPh pasal 25/29 Badan (X) terhadap penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan (Y).
2. Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi menggunakan = 5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian) 3. Menentukan t hitung
Berdasarkan tabel diperoleh t hitung sebesar -0,026 4. Menentukan t tabel
Tabel distribusi t dicari pada = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 3-1-1 = 1 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 12,706 (Lihat pada lampiran) atau dapat dicari di Ms Excel dengan cara pada cell kosong ketik
=tinv(0.05,1) lalu enter.
(2)
5. Kriteria Pengujian
Ho diterima jika –t tabel < t hitung < t tabel
Ho ditolak jika -thitung < -t tabel atau t hitung > t tabel 6. Membandingkan t hitung dengan t tabel
-t tabel < t hitung < t tabel hitung < t tabel ( -12,706 < -0,026 < 12,706 ) maka Ho diterima.
7. Kesimpulan
Oleh karena nilai hitung diantara nilai t tabel ( -12,706 < -0,026 < 12,706 ) maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara pemeriksaan PPh pasal 25/29 Badan (X) terhadap penerimaan PPh Pasal 25/29 Badan di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan (Y).
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan adalah bentuk pengujian kepatuhan wajib Badan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya dalam hal ini pemenuhan kewajiban PPh Pasal 25/29 Badan telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.
2. Pemeriksaan dilakuakan terhadap wajib pajak badan berdasarkan analisis risiko (risk based audit), merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yang berdasarkan hasil analisis risiko secara manual atau secara komputerisasi.
3. Pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan PPh Pasal 25/29 Badan berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan
4. Kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan sudah cukup tinggi sehingga dari hasil pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan jumlah koreksi yang dilakukan tidak menghasilkan nominal ketetapan pajak yang besar sehingga tidak berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan PPh Pasal 25/29.
(4)
5. keawajiban pembayaran angsuran massa (rutin) PPh pasal 25/29 Badan lebih dominan pengaruhnya terhadap penerimaan PPh pasal 25/29 Badan. 5.2. Saran
Penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Pemeriksaan terhadap wajib pajak badan sebaiknya lebih meningkatkan jumlah dan kualitas pemeriksaan dengan menambah kriteria atau syarat wajib pajak untuk masuk dalam kategori WP yang harus diperiksa.
2. Sebaiknya Tenaga Pemeriksa Pajak ditambah dan disesuaikan dengan jumlah pemeriksaan yang ada agar tidak terfokus ke pemeriksaan rutin dan amanat undang undang perpajakan dapat dilaksanakan.
3. Perlu dilakukan sosialisasi terhadap Wajib Pajak yang akan diperiksa mengenai tujuan pemeriksaan. .
4. Agar dalam pengusulan Wajib Pajak yang akan diperiksa lebih selektif terhadap Wajib Pajak potensial dengan tingka kepatuhan rendah.
5. Penyuluhan untuk Wajib Pajak hendaknya perlu ditingkatkan pelaksanaannya, sehingga dalam pelaksanaan kewajibannya Wajib Pajak tidak merasa terpaksa ataupun merasa mendapat beban yang berat.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Bambang, Waluyo, Pemeriksaan dan Peradilan di Bidang Perpajakan, Edisi V, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 1999
Fauzi, Pedoman dan Prosedur Pemeriksaan Akuntan, Edisi I, Penerbit Indah, Surabaya, 1999
Hardi, Pemeriksaan Pajak, Edisi I, Penerbit Kharisma, Jakarta, 2003
H. Bohari, Pengantar Hukum Pajak, Edisi Revisi, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004
Kesit Bambang Prakoso, Pajak Penghasilan Teknik Rekonsiliasi Fiskal, Edisi I, Penerbit Salemba Empat,jakarta, 1999
Mardiasmo, Perpajakan, Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2004
Sophar Lumbantoruan, Akuntansi Pajak, Edisi Revisi, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1999
Zulfikar, Thahar, Dasar-dasar Teknik Pemeriksaan Pajak, Edisi I, Direktorat Pemeriksaan Pajak, Jakarta, 1999
S. Nasution dan M. Thomas, Penuntun Membuat Thesis, Skripsi, Disertasi, Makalah, Edisi VII, Penerbit Jemmars, Jakarta, 1995
Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang No.36 Tentang Pajak Penghasilan, 2008
Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang No.16 Tentang Ketentuan Umum Perpajakan, 2009
Direktorat Jendral Pajak, Pedoman Pemeriksaan Pajak, Jakarta, 1995
..., Himpunan Peraturan Perpajakan Tentang Pemeriksaan, Penerbit Karya Jaya 13440, Jakarta, 1997
..., Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 17/PJ.03/2013, Tentang Tata cara Pemeriksaan Pajak
Ilyas, Wirawan B., Richard Burton, 2004, Hukum Pajak, Edisi Revisi, Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Markus, 2003, Hukum Pajak, Jakarta: Penerbit Salemba Empat
(6)
Mardiasmo, 2006, Perpajakan, Edisi Revisi, Yogyakarta: Penerbit Andi Offset Mardiasmo, 1995, Perpajakan III, Yogyakarta: Penerbit Andi Offset