Kesimpulan Kejahatan Pembobolan Website (Cracking) Dari Perspektif Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan skripsi yang berjudul “Kejahatan Pembobolan Website Cracking dari Perspektif Undang- undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik” ini adalah : 1. Pembobolan website merupakan kejahatan jenis baru di dalam ruang lingkup Hukum Pidana di Indonesia. Pembobolan website masih tergolong dalam kejahatan dunia maya cybercrime. Kejahatan jenis ini memang tergolong susah untuk ditanggulangi. Namun pemerintah Indonesia telah melaksanakan langkah awal yang cukup baik dengan membentuk suatu aturan yang dapat menjerat pelaku kejahatan pembobolan website. Aturan tersebut ialah Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengatur tentang kejahatan pembobolan website dalam Bab VII dalam Pasal 30, 31 ayat 1 dan 2, 32, 33, dan 35. Sehingga menurut undang-undang ini pembobolan website termasuk ke dalam kejahatan di bidang informasi dan transaksi elektronik. Menurut undang-undang ini, kejahatan pembobolan website hanya dapat diproses oleh Hukum Pidana apabila korban mengadukan perbuatan Universitas Sumatera Utara tersebut kepada pihak yang berwenang, atau kejahatan pembobolan website ini termasuk delik aduan. 2. Faktor penyebab terjadinya kejahatan pembobolan website ini adalah karena didorong motif dendam, iseng dan atau hanya untuk memenuhi kepuasan pribadi, kepentingan pribadi baik yang bersifat materi maupun non materi, keinginan untuk mengacaukan sistem pemerintahan suatu negara dalam hal ini khusus dalam kasus pembobolan situs-situs yang dimiliki pemerintah suatu negara. Adapun modus yang dilakukan oleh pelaku pembobol website dalam melakukan aksinya adalah dengan cara : a. Footprinting, yaitu proses mencari informasi tentang korban atau target yang sebanyak-banyaknya. Hal ini dilakukan dengan cara mencari data-data melalui internet, koran atau surat kabar dan media lainnya. b. Scanning, yaitu proses lanjutan dengan menganalisa layanan service yang dijalankan dengan server dan router di internet. Biasanya dilakukan dengan ping atau nmap. c. Enumeration, yaitu proses lanjutan dengan mencoba koneksi ke mesin target. d. Gaining Access, yaitu percobaan pengambilalihan ke target berdasarkan informasi yang didapatkan sebelumnya. e. Escalating Privilege, yaitu meningkatkan hak akses jika telah berhasil masuk ke dalam sistem pada server atau router. Universitas Sumatera Utara f. Covering Tracks, yaitu proses menghapus jejak segala macam log pada server atau router agar tidak bisa dilacak. g. Creating Back Doors, yaitu menciptakan sebuah jalan rahasia dari sebuah sistem router atau server agar bisa memasuki sistem kembali. h. Denial of Servive, segala upaya dilakukan oleh seorang hacker atau cracker untuk menguasai sistem sudah dilakukan tetapi gagal. Dengan demikian, hacker maupun cracker mengambil langkah terakhir, yaitu Denial of Service yang merupakan wujud keputusasaan seorang hacker ataupun cracker. Denial of Service lebih dikenal dengan DoS yang mana hal ini bisa menyebabkan server atau router mengalami restart bahkan rusak crash.

B. Saran